Lebak (ANTARABanten) - Jumlah anak usia bawah lina tahun atau balita penderita gizi buruk di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, menurun dari 1.250 menjadi 900 anak setelah mendapat bantuan makanan pendamping air susu ibu tahun 2010.


Kepala Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Kesehatan Kabupaten Lebak, Kusbandriyo, Jumat, mengatakan, menurunya jumlah balita gizi buruk karena pemerintah menggulirkan  program makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) berupa biskuit dan susu yang dialokasikan dari APBN dan APBD Provinsi Banten dan Kabupaten Lebak.

Program tersebut guna mengurangi status gizi buruk yang selama ini perlu mendapat penanganan medis.

Sebab penderita gizi buruk akan mudah terserang penyakit penyerta akibat kondisi daya tubuh lemah.

Biasanya, penyakit penyerta itu mengalami TBC, sesak napas, pneumonia, jantung dan lainya.

Dengan bantuan MP-ASI, kata dia, diharapkan status gizi mereka membaik dan pertumbuhanya kembali normal.

Pemerintah daerah terus melakukan penyuluhan untuk meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam penanganan kasus gizi buruk.

Penyebab penderita gizi itu multifaktor sehingga penuntasanya dengan melibatkan pemerintah, pelaku ekonomi, masyarakat, tokoh agama dan tenaga medis.

"Saya yakin jika partisipasi masyarakat meningkat tentu bila anak sakit akan dibawa ke petugas medis di Puskesmas terdekat," katanya.

Menurut dia, kasus gizi buruk tersebut akibat himpitan ekonomi keluarga, pola asuh salah, pendidikan rendah dan keterbatasan pangan.

Namun demikian, kata dia, penyebab yang dominan gizi buruk akibat kemiskinan sehingga orangtua tidak mampu memberikan asupan nutrisi yang baik.

"Dengan adanya bantuan MP-ASI dan diharapkan dapat meningkatkan status gizi anak menjadi lebih baik," jelasnya

Kepala Puskesmas Cipanas Kabupaten Lebak dr Budi mengatakan, jumlah penderita gizi buruk diwilayahnya tercatat 32 anak dan kini terus dilakukan pengawasan dan pemantauan secara intensif agar status gizi mereka meningkat dan kesehatannya membaik.

Selama ini balita penderita gizi buruk mendapatkan program MP-ASI berupa biskuit dan vitamin.

Pemberian makanan tersebut untuk meningkatkan status gizi mereka agar tidak terserang penyakit penyerta.

Sebab penderita gizi buruk sangat potensial terserang penyakit menular, karena kondisi daya tahan tubuh mereka lemah.

Menurut dia, ke-32 balita gizi buruk itu setiap dua pekan diwajibkan ke klinik gizi Puskesmas untuk mendapatkan makanan tambahan dan pengobatan penyakit penyerta.

Kasus ini diketahui para kader posyandu karena masuk kategori di bawah garis merah (BGM) sesuai dengan panduan buku kartu menuju sehat (KMS).

"Kami terus melakukan perawatan dan mereka dipantau perkembangannya melalui klinik gizi," ujarnya.

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2011