Anggota DPR RI Nasyirul Falah Amru meminta agar PT Pertamina (Persero) Tbk melakukan investigasi menyeluruh insiden kebakaran di area pertangkian 39 Kilang Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap, Jawa Tengah yang terjadi pada Jumat (11/6) lalu.
"Pendekatannya harus solutif, bukan asal pecat. Harus pendekatan investigatif, agar persoalan diketahui secara komprehensif," kata Nasyirul dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Pertamina jelaskan kebakaran di Kilang Cilacap berhasil dipadamkan
Terlebih, lanjut pria yang biasa disapa Gus Falah ini, insiden itu bukan yang pertama, karena pada Maret lalu juga terjadi kebakaran dan ledakan di Kilang Pertamina Balongan, Indramayu.
Politisi PDI Perjuangan ini mengatakan, pengelolaan Pertamina sebagai perusahaan negara harus ditradisikan secara profesional dalam pengambilan keputusan.
Menurut dia, bisa jadi ada banyak faktor kenapa kebakaran kilang bisa terulang.
"Karena bisa jadi bukan masalah teknis saja, makanya perlu dilakukan investigasi menyeluruh, termasuk dilakukan audit teknologi terhadap perangkat pencegahan kebakaran yang dimiliki Pertamina," kata anggota Komisi VII DPR ini pula.
Gus Falah pun mengingatkan, jangan sampai dalam penanganan dan mencari solusi atas terulangnya kebakaran diorientasikan pada "mencari kambing hitam", sementara dari sisi perangkat teknologi diabaikan dengan alasan efisiensi.
"Karena kalau kita misalnya lihat dari sisi SDM Pertamina yang tergolong cepat mengatasi kebakaran, sebenarnya sudah cukup bagus. Yang terpenting adalah bagaimana ini ke depan tidak terulang lagi, sehingga harus diketahui secara menyeluruh apa saja faktor-faktornya," kata Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Baitul Muslimin Indonesia (PP Bamusi) ini.
Sebelumnya diberitakan, kebakaran melanda area Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap yang terjadi pada Jumat sekitar pukul 19.45 WIB.
Peristiwa kebakaran itu terjadi pada tangki T39 yang berisi benzena untuk produk dasar petrochemical di Kilang Cilacap.
Pada saat terbakar, tangki di area bundwall hanya berisikan sepertiga produk benzena atau sebanyak 1.100 barel dari kapasitas tangki 3.000 barel.
Kilang Cilacap merupakan satu dari enam Kilang Pertamina dengan kapasitas pengolahan 270 ribu barel per hari, dan memiliki sekitar 200 tangki untuk menampung minyak mentah, gas, serta bahan bakar minyak (BBM).
Kilang Cilacap juga bernilai strategis, karena memasok 44 persen kebutuhan BBM dan 75 persen BBM di Pulau Jawa. Selain itu, kilang ini merupakan satu-satunya kilang di Tanah Air yang memproduksi aspal dan base oil.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021
"Pendekatannya harus solutif, bukan asal pecat. Harus pendekatan investigatif, agar persoalan diketahui secara komprehensif," kata Nasyirul dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Pertamina jelaskan kebakaran di Kilang Cilacap berhasil dipadamkan
Terlebih, lanjut pria yang biasa disapa Gus Falah ini, insiden itu bukan yang pertama, karena pada Maret lalu juga terjadi kebakaran dan ledakan di Kilang Pertamina Balongan, Indramayu.
Politisi PDI Perjuangan ini mengatakan, pengelolaan Pertamina sebagai perusahaan negara harus ditradisikan secara profesional dalam pengambilan keputusan.
Menurut dia, bisa jadi ada banyak faktor kenapa kebakaran kilang bisa terulang.
"Karena bisa jadi bukan masalah teknis saja, makanya perlu dilakukan investigasi menyeluruh, termasuk dilakukan audit teknologi terhadap perangkat pencegahan kebakaran yang dimiliki Pertamina," kata anggota Komisi VII DPR ini pula.
Gus Falah pun mengingatkan, jangan sampai dalam penanganan dan mencari solusi atas terulangnya kebakaran diorientasikan pada "mencari kambing hitam", sementara dari sisi perangkat teknologi diabaikan dengan alasan efisiensi.
"Karena kalau kita misalnya lihat dari sisi SDM Pertamina yang tergolong cepat mengatasi kebakaran, sebenarnya sudah cukup bagus. Yang terpenting adalah bagaimana ini ke depan tidak terulang lagi, sehingga harus diketahui secara menyeluruh apa saja faktor-faktornya," kata Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Baitul Muslimin Indonesia (PP Bamusi) ini.
Sebelumnya diberitakan, kebakaran melanda area Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap yang terjadi pada Jumat sekitar pukul 19.45 WIB.
Peristiwa kebakaran itu terjadi pada tangki T39 yang berisi benzena untuk produk dasar petrochemical di Kilang Cilacap.
Pada saat terbakar, tangki di area bundwall hanya berisikan sepertiga produk benzena atau sebanyak 1.100 barel dari kapasitas tangki 3.000 barel.
Kilang Cilacap merupakan satu dari enam Kilang Pertamina dengan kapasitas pengolahan 270 ribu barel per hari, dan memiliki sekitar 200 tangki untuk menampung minyak mentah, gas, serta bahan bakar minyak (BBM).
Kilang Cilacap juga bernilai strategis, karena memasok 44 persen kebutuhan BBM dan 75 persen BBM di Pulau Jawa. Selain itu, kilang ini merupakan satu-satunya kilang di Tanah Air yang memproduksi aspal dan base oil.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021