Pelaku usaha batik di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, masih bertahan dari order permintaan pesanan di tengah pandemi COVID-19 itu.
"Kami sekarang yang diandalkan pendapatan dari order pesanan itu," kata Yusup, pemilik Rumah Batik Sehati Rangkasbitung, Lebak, Jumat.
Permintaan order pesanan batik itu hingga mencapai 15 konsumen dan kebanyakan mereka dari kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN), BUMD dan BUMN.
Selama ini, penjualan batik di tengah pandemi COVID-19 sangat terpuruk, bahkan masih bertahan saja sudah bagus.
Biasanya, kata dia, mereka konsumen datang ke sini untuk membeli pakaian batik, namun sekarang hanya mengandalkan order pesanan.
"Itu juga beruntung dari pesanan bisa bertahan memproduksi batik," katanya menjelaskan.
Menurut dia, omzet dari pesanan itu dibawah Rp10 juta dan sangat jauh dibandingkan pendapatan sebelum pandemi yang bisa mencapai Rp80 juta/bulan.
Produksi batik Rumah Sehati memiliki kualias, bahkan sudah menembus pasar ekspor, meski jumlahnya kecil.
Keunggulan batik di sini memiliki hak paten dengan 12 motif dan mengandung makna filosofi sesuai budaya masyarakat Badui dan budaya masyarakat Kaolotan.
Selain itu juga unsur alamnya cukup mengagungkan dunia melalui Tanjung Layar Sawarna.
"Kami memproduksi batik itu dari pengembangan budaya lokal yang berkembang di sini, seperti kehidupan Suku Badui," kata Yusuf.
Umsaro (55), seorang pelaku batik Lebak Chanting Pradana mengaku sejak pandemi COVID-19 permintaan pasar sangat lesu sehingga omzet pendapatan menurun drastis hingga 95 persen.
Akibat menurunnya omzet itu, kata dia, terpaksa dari enam pekerja kini empat karyawanya dirumahkan dan dua karyawan yang dipekerjakan juga kalau ada permintaan pesanan.
Saat ini, menurut dia, produksi batik masih bertahan karena permintaan pesanan ada, meski jumlahnya kecil.
"Kami melayani permintaan pesanan itu sekitar lima sampai delapan orang dengan pendapatan Rp5 juta. Pendapatan sebesar itu sangat terpukul dibandingkan sebelum Corona," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak, Hj Yudawati mengatakan pemerintah daerah mendorong agar pelaku usaha batik bertahan di tengah Pandemi COVID-19 Dengan mengoptimalkan pemasaran secara online.
"Kami minta pelaku usaha batik dapat memanfaatkan teknologi digital agar tetap bertahan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021
"Kami sekarang yang diandalkan pendapatan dari order pesanan itu," kata Yusup, pemilik Rumah Batik Sehati Rangkasbitung, Lebak, Jumat.
Permintaan order pesanan batik itu hingga mencapai 15 konsumen dan kebanyakan mereka dari kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN), BUMD dan BUMN.
Selama ini, penjualan batik di tengah pandemi COVID-19 sangat terpuruk, bahkan masih bertahan saja sudah bagus.
Biasanya, kata dia, mereka konsumen datang ke sini untuk membeli pakaian batik, namun sekarang hanya mengandalkan order pesanan.
"Itu juga beruntung dari pesanan bisa bertahan memproduksi batik," katanya menjelaskan.
Menurut dia, omzet dari pesanan itu dibawah Rp10 juta dan sangat jauh dibandingkan pendapatan sebelum pandemi yang bisa mencapai Rp80 juta/bulan.
Produksi batik Rumah Sehati memiliki kualias, bahkan sudah menembus pasar ekspor, meski jumlahnya kecil.
Keunggulan batik di sini memiliki hak paten dengan 12 motif dan mengandung makna filosofi sesuai budaya masyarakat Badui dan budaya masyarakat Kaolotan.
Selain itu juga unsur alamnya cukup mengagungkan dunia melalui Tanjung Layar Sawarna.
"Kami memproduksi batik itu dari pengembangan budaya lokal yang berkembang di sini, seperti kehidupan Suku Badui," kata Yusuf.
Umsaro (55), seorang pelaku batik Lebak Chanting Pradana mengaku sejak pandemi COVID-19 permintaan pasar sangat lesu sehingga omzet pendapatan menurun drastis hingga 95 persen.
Akibat menurunnya omzet itu, kata dia, terpaksa dari enam pekerja kini empat karyawanya dirumahkan dan dua karyawan yang dipekerjakan juga kalau ada permintaan pesanan.
Saat ini, menurut dia, produksi batik masih bertahan karena permintaan pesanan ada, meski jumlahnya kecil.
"Kami melayani permintaan pesanan itu sekitar lima sampai delapan orang dengan pendapatan Rp5 juta. Pendapatan sebesar itu sangat terpukul dibandingkan sebelum Corona," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak, Hj Yudawati mengatakan pemerintah daerah mendorong agar pelaku usaha batik bertahan di tengah Pandemi COVID-19 Dengan mengoptimalkan pemasaran secara online.
"Kami minta pelaku usaha batik dapat memanfaatkan teknologi digital agar tetap bertahan," katanya.
Editor :
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021