Presiden Direktur Amar Bank, Vishal Tulsian mengatakan akan terus memperkuat posisi bank yang dipimpinnya sebagai bank digital melalui serangkaian inovasi untuk memberi kontribusi bagi ekonomi Indonesia.
"Teknologi memiliki peran penting untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat," kata Vishal dalam diskusi "Digital Banking Revolution" yang diselenggarakan Katadata melalui keterangan tertulis, Senin.
Vishal mengatakan perusahaan pada Agustus 2020, meluncurkan produk digital banking, Senyumku (mobile-only digital banking) untuk membantu masyarakat membangun kebiasaan menabung setelah kesuksesan Tunaiku, pionir digital lending di Indonesia yang diluncurkan pada 2014 untuk memperluas akses kredit kepada masyarakat yang belum atau kurang terlayani oleh lembaga keuangan formal.
Vishal menyampaikan hadirnya digital bank diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Perekonomian Indonesia sempat mengalami kontraksi tahun lalu sebesar -2,07% dan berada di bawah Cina, Turki, dan Korea Selatan.
Airlangga Hartanto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian membuka konferensi IDE KATADATA 2021 dengan optimisme akan pemulihan ekonomi yang berlangsung seiring dengan distribusi vaksin dan terkendalinya pandemi COVID-19.
"Pemerintah optimis bahwa ekonomi Indonesia diperkirakan akan kembali pulih di kisaran antara 4-5,5% di tahun ini di tahun 2021."
Terlebih lagi, Indonesia juga merupakan kontributor terbesar ekonomi digital di Asia Tenggara. Menurut data Google, saat ini, pangsa ekonomi digital Indonesia mencapai US$ 40 miliar. Pada 2025, potensi ekonomi digital Indonesia diperkirakan naik menjadi US$ 133 miliar, menduduki peringkat pertama diatas Thailand, Vietnam, Singapura, Malaysia, dan Filipina. Untuk mendukung peningkatan potensi ekonomi digital, pemerintah pun terus mendorong pembangunan awan data (cloud) ke Indonesia. "Kita ketahui dengan cloud, database di mana saja bisa diakses".
"Pemerintah juga mendukung pembangunan fasilitas infrastruktur digital lainnya, yaitu pengadaan jaringan 4G dan 5G di 9.113 desa/kelurahan. Layanan 5G bakal segera tersedia di Indonesia. Untuk itu, pemerintah mendorong optik fiber yang terkoneksi dari barat ke timur,” ujarnya.
Senada dengan Airlangga, pada sesi pertama konferensi IDE KATADATA (24/03), Wakil Presiden Republik Indonesia Bapak Prof. Dr. K.H. Ma’ruf Amin juga menyampaikan bahwa pemerintah mendukung perkembangan digitalisasi di semua sektor “Opportunity-nya sudah terbuka, kita sudah punya tekad untuk melakukan digitalisasi di semua sektor. Karena itu pemerintah saat ini sedang menyiapkan semua infrastruktur digitalnya di seluruh Indonesia, 3 tahun ini sudah hampir semua.”
Mendukung hal tersebut, terkait digitalisasi di ranah perbankan, Ketua Dewan Komisioner OJK Prof. Wimboh Santoso, Ph.D dalam paparan keynotenya menyampaikan, "Dengan adanya 120 juta rakyat Indonesia kelas menengah harapan, 83 juta penduduk Indonesia tergolong unbanked dan penggunaan Internet sebesar 67% di Indonesia yang dikategorikan cukup besar dan juga penetrasi smartphone sebesar 60%, hal ini menjadikan Indonesia memiliki potensi yang besar untuk industri keuangan digital."
Wimboh menyampaikan bahwa transformasi digital di sektor jasa keuangan akan menjadi game changer bagi penyedia aktivitas keuangan di masyarakat.
"OJK senantiasa memberikan dukungan untuk mempercepat akselerasi transformasi digital dimana roadmap 2020-2025 akan diarahkan untuk memperkuat tata kelola dalam manajemen risiko terintegrasi, mendorong penggunaan IT sebagai game changer, mendorong terjadinya kerjasama penggunaan teknologi, dan mendukung implementasi digital di sektor perbankan," tambahnya.
Perjalanan transformasi digital Amar Bank dimulai tahun 2014 dengan adanya Tunaiku, produk fintech digital lending pertama di Indonesia yang memanfaatkan teknologi big data analytics untuk melayani segmen masyarakat yang belum dan kurang terlayani oleh perbankan melalui website dan aplikasi.
Seiring berkembangnya produk Tunaiku, pemegang saham Tunaiku kemudian mengakuisisi Amin Bank dan kemudian berganti nama menjadi Amar Bank. Amar Bank kemudian fokus untuk bertransformasi menjadi bank digital yang mengedepankan teknologi untuk memajukan kehidupan masyarakat Indonesia.
Komitmen Amar Bank tersebut dibuktikan dengan penyaluran pinjaman Tunaiku yang saat ini telah mencapai lebih dari 5 Triliun Rupiah dan nasabah yang sudah terbantu sebanyak lebih dari 400,000 nasabah dimana lebih dari 100,000 merupakan UMKM. Setelah memiliki jumlah nasabah yang besar dan memahami kebutuhan serta kesulitan nasabahnya, Amar Bank kemudian membangun produk digital banking, Senyumku, yang dilengkapi oleh kecerdasan buatan (AI) dan teknologi cloud (awan data).
Vishal menjelaskan perbedaan antara bank digital dan bank konvensional, dengan 3 lini poin, yaitu Pertama, Perbedaan Fungsi dimana bank konvensional dapat melakukan transaksi perbankan pada umumnya seperti menabung, mentransfer dan meminjam uang sementara bank digital bukan hanya sekedar internet banking, bank digital seperti Senyumku (Amar Bank) menyediakan keseluruhan rekening-rekening bank dalam satu tampilan, membantu nasabah untuk secara otomatis mengkategorikan pengeluaran untuk mengelola keuangan.
Kedua, Perbedaan pengalaman atau experience yang dimana sekarang lebih banyak nasabah yang sudah terbiasa dengan sesuatu yang instan atau cepat sehingga bank digital harus memberikan kemudahan bagi para nasabah.
Ketiga, Perbedaan Pendekatan yaitu mindset dimana bank konvensional membuka cabang dan mengharapkan ‘nasabah datang ke Bank’, sedangkan Bank Digital ‘mendatangi nasabah’.
Salah satu tantangan untuk bank pada umumnya dalam melakukan transformasi digital adalah adanya dua sisi yaitu sisi konvensional dan sisi digital dan juga kultur budaya di dalam perusahaan.
Menurut Vishal, keunggulan Amar Bank sebagai bank digital adalah pengembangan bank digital menggunakan infrastruktur cloud (teknologi awan) yang bekerjasama dengan google.
"Dengan infrastruktur teknologi cloud yang kami gunakan, biaya untuk pelayanan kepada nasabah dapat jauh lebih rendah sementara skalabilitas dapat dilakukan dengan cepat. Selain infrastruktur, Amar Bank juga memiliki budaya layaknya start-up yang mendukung agility atau kelincahan yang harus dimiliki oleh bank digital untuk selalu terdepan dalam menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang semakin dinamis. Kedepannya bank digital harus mampu menyediakan layanan yang bersifat hyper-personalization dimana bank digital yang mengakomodasi kebutuhan beragam profil nasabah sesuai dengan personanya.”
Menanggapi peran regulator dalam pengembangan perbankan digital saat ini, Vishal mengapresiasi dukungan dari OJK. "OJK sangat suportif kepada kami, kedepannya kami mengharapkan dukungan dari pemerintah dan OJK dalam sentralisasi informasi nasabah yang dapat dicapai dengan teknologi blockchain, misalnya, sehingga informasi tersebut dapat diakses oleh Bank dan tidak menutup kemungkinan juga oleh perusahaan e-commerce, fintech, digital wallet dan lainnya sehingga ekosistem digital di Indonesia dapat terus berkembang dan dapat memberikan pelayanan yang lebih kepada masyarakat," tutupnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021
"Teknologi memiliki peran penting untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat," kata Vishal dalam diskusi "Digital Banking Revolution" yang diselenggarakan Katadata melalui keterangan tertulis, Senin.
Vishal mengatakan perusahaan pada Agustus 2020, meluncurkan produk digital banking, Senyumku (mobile-only digital banking) untuk membantu masyarakat membangun kebiasaan menabung setelah kesuksesan Tunaiku, pionir digital lending di Indonesia yang diluncurkan pada 2014 untuk memperluas akses kredit kepada masyarakat yang belum atau kurang terlayani oleh lembaga keuangan formal.
Vishal menyampaikan hadirnya digital bank diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Perekonomian Indonesia sempat mengalami kontraksi tahun lalu sebesar -2,07% dan berada di bawah Cina, Turki, dan Korea Selatan.
Airlangga Hartanto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian membuka konferensi IDE KATADATA 2021 dengan optimisme akan pemulihan ekonomi yang berlangsung seiring dengan distribusi vaksin dan terkendalinya pandemi COVID-19.
"Pemerintah optimis bahwa ekonomi Indonesia diperkirakan akan kembali pulih di kisaran antara 4-5,5% di tahun ini di tahun 2021."
Terlebih lagi, Indonesia juga merupakan kontributor terbesar ekonomi digital di Asia Tenggara. Menurut data Google, saat ini, pangsa ekonomi digital Indonesia mencapai US$ 40 miliar. Pada 2025, potensi ekonomi digital Indonesia diperkirakan naik menjadi US$ 133 miliar, menduduki peringkat pertama diatas Thailand, Vietnam, Singapura, Malaysia, dan Filipina. Untuk mendukung peningkatan potensi ekonomi digital, pemerintah pun terus mendorong pembangunan awan data (cloud) ke Indonesia. "Kita ketahui dengan cloud, database di mana saja bisa diakses".
"Pemerintah juga mendukung pembangunan fasilitas infrastruktur digital lainnya, yaitu pengadaan jaringan 4G dan 5G di 9.113 desa/kelurahan. Layanan 5G bakal segera tersedia di Indonesia. Untuk itu, pemerintah mendorong optik fiber yang terkoneksi dari barat ke timur,” ujarnya.
Senada dengan Airlangga, pada sesi pertama konferensi IDE KATADATA (24/03), Wakil Presiden Republik Indonesia Bapak Prof. Dr. K.H. Ma’ruf Amin juga menyampaikan bahwa pemerintah mendukung perkembangan digitalisasi di semua sektor “Opportunity-nya sudah terbuka, kita sudah punya tekad untuk melakukan digitalisasi di semua sektor. Karena itu pemerintah saat ini sedang menyiapkan semua infrastruktur digitalnya di seluruh Indonesia, 3 tahun ini sudah hampir semua.”
Mendukung hal tersebut, terkait digitalisasi di ranah perbankan, Ketua Dewan Komisioner OJK Prof. Wimboh Santoso, Ph.D dalam paparan keynotenya menyampaikan, "Dengan adanya 120 juta rakyat Indonesia kelas menengah harapan, 83 juta penduduk Indonesia tergolong unbanked dan penggunaan Internet sebesar 67% di Indonesia yang dikategorikan cukup besar dan juga penetrasi smartphone sebesar 60%, hal ini menjadikan Indonesia memiliki potensi yang besar untuk industri keuangan digital."
Wimboh menyampaikan bahwa transformasi digital di sektor jasa keuangan akan menjadi game changer bagi penyedia aktivitas keuangan di masyarakat.
"OJK senantiasa memberikan dukungan untuk mempercepat akselerasi transformasi digital dimana roadmap 2020-2025 akan diarahkan untuk memperkuat tata kelola dalam manajemen risiko terintegrasi, mendorong penggunaan IT sebagai game changer, mendorong terjadinya kerjasama penggunaan teknologi, dan mendukung implementasi digital di sektor perbankan," tambahnya.
Perjalanan transformasi digital Amar Bank dimulai tahun 2014 dengan adanya Tunaiku, produk fintech digital lending pertama di Indonesia yang memanfaatkan teknologi big data analytics untuk melayani segmen masyarakat yang belum dan kurang terlayani oleh perbankan melalui website dan aplikasi.
Seiring berkembangnya produk Tunaiku, pemegang saham Tunaiku kemudian mengakuisisi Amin Bank dan kemudian berganti nama menjadi Amar Bank. Amar Bank kemudian fokus untuk bertransformasi menjadi bank digital yang mengedepankan teknologi untuk memajukan kehidupan masyarakat Indonesia.
Komitmen Amar Bank tersebut dibuktikan dengan penyaluran pinjaman Tunaiku yang saat ini telah mencapai lebih dari 5 Triliun Rupiah dan nasabah yang sudah terbantu sebanyak lebih dari 400,000 nasabah dimana lebih dari 100,000 merupakan UMKM. Setelah memiliki jumlah nasabah yang besar dan memahami kebutuhan serta kesulitan nasabahnya, Amar Bank kemudian membangun produk digital banking, Senyumku, yang dilengkapi oleh kecerdasan buatan (AI) dan teknologi cloud (awan data).
Vishal menjelaskan perbedaan antara bank digital dan bank konvensional, dengan 3 lini poin, yaitu Pertama, Perbedaan Fungsi dimana bank konvensional dapat melakukan transaksi perbankan pada umumnya seperti menabung, mentransfer dan meminjam uang sementara bank digital bukan hanya sekedar internet banking, bank digital seperti Senyumku (Amar Bank) menyediakan keseluruhan rekening-rekening bank dalam satu tampilan, membantu nasabah untuk secara otomatis mengkategorikan pengeluaran untuk mengelola keuangan.
Kedua, Perbedaan pengalaman atau experience yang dimana sekarang lebih banyak nasabah yang sudah terbiasa dengan sesuatu yang instan atau cepat sehingga bank digital harus memberikan kemudahan bagi para nasabah.
Ketiga, Perbedaan Pendekatan yaitu mindset dimana bank konvensional membuka cabang dan mengharapkan ‘nasabah datang ke Bank’, sedangkan Bank Digital ‘mendatangi nasabah’.
Salah satu tantangan untuk bank pada umumnya dalam melakukan transformasi digital adalah adanya dua sisi yaitu sisi konvensional dan sisi digital dan juga kultur budaya di dalam perusahaan.
Menurut Vishal, keunggulan Amar Bank sebagai bank digital adalah pengembangan bank digital menggunakan infrastruktur cloud (teknologi awan) yang bekerjasama dengan google.
"Dengan infrastruktur teknologi cloud yang kami gunakan, biaya untuk pelayanan kepada nasabah dapat jauh lebih rendah sementara skalabilitas dapat dilakukan dengan cepat. Selain infrastruktur, Amar Bank juga memiliki budaya layaknya start-up yang mendukung agility atau kelincahan yang harus dimiliki oleh bank digital untuk selalu terdepan dalam menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang semakin dinamis. Kedepannya bank digital harus mampu menyediakan layanan yang bersifat hyper-personalization dimana bank digital yang mengakomodasi kebutuhan beragam profil nasabah sesuai dengan personanya.”
Menanggapi peran regulator dalam pengembangan perbankan digital saat ini, Vishal mengapresiasi dukungan dari OJK. "OJK sangat suportif kepada kami, kedepannya kami mengharapkan dukungan dari pemerintah dan OJK dalam sentralisasi informasi nasabah yang dapat dicapai dengan teknologi blockchain, misalnya, sehingga informasi tersebut dapat diakses oleh Bank dan tidak menutup kemungkinan juga oleh perusahaan e-commerce, fintech, digital wallet dan lainnya sehingga ekosistem digital di Indonesia dapat terus berkembang dan dapat memberikan pelayanan yang lebih kepada masyarakat," tutupnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021