Lebak, (ANTARABanten) - Gitar hasil kerajinan siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) Padesan Pasir Tariti Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten diminati warga Amerika Serikat karena memiliki kualitas yang bagus.

"Kami menjual gitar kepada warga Amerika Serikat dengan harga Rp1 juta sampai Rp3 juta per buah," kata Ariguna, seorang pembimbing SLB Padesan Pasir Tariti Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.

Ariguna mengatakan, selama ini permintaan gitar produksi siswa SLB cukup tinggi, termasuk warga Amerika Serikat yang sudah membelinya.

Selain itu juga banyak warga Jakarta, Bekasi, dan Padang telah memesan gitar melalui jejaring sosial facebook di internet.

Namun, permintaan tersebut belum bisa terpenuhi karena pembuatan kerajinan gitar hanya menggunakan alat-alat manual.

"Kami selama sebulan hanya membuat kerajinan gitar hanya belasan saja karena tidak memiliki modal itu," katanya.

Dia juga mengatakan, produksi gitar SLB Padesan Pasir Tariti Rangkasbitung memiliki keunikan tersendiri, selain mengeluarkan bunyi keras juga kayunya sangat lembut dan halus.

Oleh karena itu, kata dia, kerajinan gitar SLB Padesan bisa bersaing di pasar karena kualitas sangat bagus dan tidak kalah dengan produksi pabrikan.

Menurut dia, pelatihan kerajinan gitar bagi siswa SLB sangat mudah dan tidak mengalami kesulitan.

Sebab kemauan siswa SLB sangat tinggi dan mereka terpokus untuk mampu membuat kerajinan tersebut.

"Kami melatih membuat kerajinan gitar hanya cukup dua hari mereka sudah mampu mengerjakan dengan baik," katanya.

Dia menyebutkan, pembuatan kerajinan gitar merupakan pelajaran kemandirian bagi siswa SLB untuk mengembangkan minat dan bakat siswa.

Pelajaran SLB berbeda dengan sekolah umum lainnya, karena siswa di sini sekitar 70 persen ditekankan kepada ketrampilan.

Saat ini, produk kerajinan SLB, selain gitar juga membuat alat permainan edukatif (APE).

Sementara itu, Kepala SLB Padesan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Muzani mengatakan jumlah siswa di sini tercatat 45 orang, mereka terdiri dari siswa SD-LB, SMP-LB dan SMA-LB.

Dari 45 siswa itu sebagian besar kategori tuna rungu dan tuna netra.

Metode pembelajaran di sekolahnya ditekankan pada bidang ketrampilan, seperti kerajinan gitar dan APE, komputer, sablon, dan pencak silat.

"Semua alumni di sini rata-rata mereka hidupnya mandiri di tengah masyarakat dengan membuat aneka kerajinan," katanya.

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2011