Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kota Tangerang Selatan mendesak agar pemerintah daerah Tangsel turun lebih dalam ke perajin Tempe-Tahu di Kota Tangerang Selatan yang tengah kesulitan karena harga kedelai yang kian mahal.

"Perajin Tempe sudah sejak akhir tahun menghadapi masalah karena kenaikan harga kedelai dari Rp6 ribu-an ke Rp9500. Saat ini harga kedelai Rp10.000/kg. Perajin menjerit karena terhimpit mahalnya harga kedelai," ujar Pak Tawas (Minggu, 14/3/2021). 

“Karena sangat berat terasa untuk bisa tetap berproduksi, tidak sedikit cadangan dana yang tadinya untuk disimpan, kini banyak yang keluar lagi guna menutupi kebutuhan produksi”, tambahnya.

Pak Tawas mengatakan PSI Tangsel rutin berkomunikasi dengan perajin Tempe di wilayah Kedaung, Pamulang. Di satu wilayah tersebut bisa ratusan orang terlibat dari distribusi kedelai, pembuatan tempe, pengiriman tempe dan pedagang eceran. Di daerah Kedaung saja konsumsi kedelai bisa 15-20 ton/hari, sedangkan konsumsi kedelai di kelompoknya itu saat ini sehari mencapai 1,5 ton.

Ditemui secara terpisah, Ketua Divisi Ekonomi Kerakyatan DPD PSI Kota Tangerang Selatan yang juga pengamat ekonomi yaitu Rahman Faisal, S.S., M.M. menambahkan bahwa saat ini manajemen hulu dan hilir ada ketidakberesan. Alasannya adalah harga kedelai sulit dikontrol oleh Pemerintah artinya harga diserahkan ke Pasar. 

 "Perajin Tempe-Tahu di Pamulang ini menjadi pemasok protein bagi masyarakat menengah bawah di Tangsel. Dalam kondisi ekonomi yang terdampak pandemi, Tempe-Tahu menjadi lauk pilihan masyarakat. Asupan protein yang sehat yang terjangkau. Jangan sampai di kondisi sulit ini, perajin dan konsumen justru makin sulit hidupnya," tandas Rahman.

 "Tidak ada salahnya Pemkot Tangsel mencari tahu ke pemerintah pusat dan kementerian pertanian untuk menyampaikan keluhan perajin tempe agar segera ada solusi konkrit," ujar Rahman menambahkan.

Pewarta: Fadzar Ilham

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021