Pakar lingkungan hidup, Sonny Keraf mengatakan pembangkit listrik tenaga air memiliki lebih banyak keunggulan dibanding pembangkit energi baru dan terbarukan lainnya.

"Lebih unggul dibandingkan pembangkit surya dan angin," kata Sonny dalam keterangan tertulis, Selasa.

PLTA bisa disandingkan dengan pembangkit panas bumi, biomasa, dan mesin diesel berbahan sawit (B20), jelas Sonny.

Menurut dia, hadirnya EBT sudah mendesak mengingat perubahan iklim sudah menjadi persoalan yang serius, sedangkan konsumsi energi ke depannya semakin meningkat. 

"Potensi PLTA di Indonesia itu cukup besar sekitar 75.000 megawatt, baru dimanfaatkan 7 persen dari 75.000 megawatt karena banyak sekali sungai besar belum lagi yang kecil mini hidro.  Yang sudah dimanfaatkan bisa belasan saja. Misalnya Cirata, Saguling, Jatiluhur di Jawa Barat, Poso di Sulawesi, Sigura-gura, ada Asahan Sumatera Utara, Maninjau di Danau Singkarak, Tampur di Aceh, dan lainnya. Potensi di sumatera banyak, belum lagi di Kalimantan, dan Papua," ujar Sonny.

Peningkatan pemanfaatan energi terbarukan berperan penting tidak hanya untuk mengurangi emisi karbon guna mengatasi krisis perubahan iklim, tapi juga mendukung pemulihan ekonomi dan pertumbuhan lapangan pekerjaan, termasuk dari dampak pandemi COVID-19.   

Berdasarkan paparan Badan Energi Terbarukan Internasional (International Renewable Energy Agency/IRENA), transformasi energi dari fosil menuju EBT akan merangsang pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) hingga 2,4%. Kemudian, fokus investasi yang mengarah kepada pemanfaatan energi terbarukan diyakini berdampak pada munculnya 42 juta lapangan pekerjaan baru secara global.

Pakar Komunikasi Hijau Wimar Witoelar mengatakan pengurangan emisi karbon menjadi hal krusial dalam hal pencegahan dampak perubahan iklim yang setiap hari makin mengancam kehidupan seluruh makhluk hidup di Bumi. 

"Mendorong percepatan pemanfaatan energi terbarukan menunjukkan Indonesia sangat kooperatif di mata dunia untuk mitigasi perubahan iklim," kata Wimar.

Indonesia memiliki kesempatan untuk memperbesar penggunaan energi terbarukan karena  memiliki potensi energi terbarukan yang besar sekali yaitu mencapai 442,4 GW. Salah satu yang terbesar adalah dari energi air mencapai 75 GW (75.000 MW).

Pemanfaatan air sebagai energi listrik di Indonesia juga bisa mencapai kapasitas besar dan mampu mengurangi emisi karbon sangat signifikan. Misalnya, PLTA Batang Toru berkapasitas 510 MW di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, diatur untuk berkontribusi pada pengurangan emisi karbon sekitar 1,6 juta ton per tahun atau setara dengan kemampuan 12 juta pohon menyerap karbon.

Saat ini perubahan iklim dan pandemi COVID-19 menjadi ancaman terbesar bagi kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Krisis tersebut hanya bisa ditangani secara bersama oleh semua pihak. 

Dalam pesan akhir tahun, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) António Guterres mengatakan bahwa ambisi utama PBB untuk 2021 adalah membangun koalisi global untuk netralitas karbon - emisi nol - pada tahun 2050. Setiap pemerintah, kota, bisnis, dan individu bisa berperan dalam mencapai visi ini.

"Bersama, mari berdamai di antara kita dan dengan alam, atasi krisis iklim, hentikan penularan COVID-19," kata Guterres

 

Pewarta: Ganet Dirgantoro

Editor : Ridwan Chaidir


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021