Lebak (ANTARABanten) - Sebanyak 32 anak usia di bawah lima tahun atau balita penderita gizi buruk ditemukan di Kecamatan Cipanas Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

"Kami saat ini terus melakukan pengawasan dan pemantauan secara intensif agar status gizi mereka meningkat dan kesehatannya membaik," kata Kepala Puskesmas Cipanas Kabupaten Lebak, Suripto, di Lebak, Rabu. 
   
Suripto mengatakan, selama ini balita penderita gizi buruk mendapatkan program pemberian makanan tambahan air susu ibu berupa biskuit dan vitamin.

Pemberian makanan tersebut untuk meningkatkan status gizi mereka agar tidak terserang penyakit penyerta.

Sebab penderita gizi buruk sangat potensial terserang penyakit menular, karena kondisi daya tahan tubuh mereka lemah.

"Banyak balita gizi buruk mengidap penyakit penyerta, seperti TBC, diare, pneumonia, dan jantung," katanya.

Menurut dia, ke-32 balita gizi buruk itu setiap dua pekan diwajibkan ke klinik gizi Puskesmas untuk mendapatkan makanan tambahan dan pengobatan penyakit penyerta.

Mereka penderita gizi buruk tersebut diketahui para kader posyandu karena masuk kategori di bawah garis merah (BGM) sesuai dengan panduan buku kartu menuju sehat (KMS).

"Kami terus melakukan perawatan dan mereka dipantau perkembangannya melalui klinik gizi," ujarnya.

Dia menjelaskan, pihak puskesmas akan memberikan asupan gizi berupa makanan dan vitamin hingga berat badannya meningkat.

"Kami selain memberikan makanan bergizi juga pengobatan penyakit penyerta bagi anak penderita gizi buruk," katanya.

Dia menyebutkan, jumlah penderita gizi buruk di wilayah kerjanya 2010 sebanyak 38 anak. Namun, saat ini jumlahnya mencapai sebanyak 32 anak.

Setelah adanya klinik gizi kini jumlahnya makin berkurang, tambahnya.

Penderita gizi buruk setiap dua pekan rutin diwajibkan mendatangi puskesmas untuk mendapat perawatan dan dipantau kesehatannya hingga dinyatakan sembuh.

Dia menjelaskan, penyebab penderita gizi buruk akibat berbagai faktor antara lain faktor himpitan kemiskinan sehingga mereka tak mampu memenuhi asupan gizi yang baik.

Selain itu, juga faktor rendahnya pendidikan kesehatan dan faktor budaya masyarakat seperti anak balita tidak boleh makan dengan ikan atau daging ayam.

"Saya kira penanggulangan gizi buruk harus melibatkan semua komponan masyrakat dan bukan hanya petugas kesehatan saja," katanya.

Kepala Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, dr Firman, mengatakan pihaknya meminta kader posyandu terus melakukan kegiatan penimbangan dan pemberian makanan tambahan untuk meningkatkan status gizi anak.

"Dengan aktifnya posyandu tentu sangat membantu petugas juga bisa menemukan kasus penderita gizi buruk baru," katanya.

Berdasarkan data balita penderita gizi buruk hasil pemantauan status gizi (PSG) 2009 tercatat 1.028 anak.

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2011