Lebak, (ANTARA News) - Lukisan tentang kehidupan suku pedalaman Baduy akan tampil pada pameran jambore seni rupa tingkat nasional di Ancol Jakarta, karena memiliki nilai seni budaya khas Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
        
"Kami setiap tahun selalu menampilkan lukisan-lukisan Baduy pada pameran jambore seni rupa di Jakarta," kata Dedi (45) seorang seniman lukis asal Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Sabtu.
         Dedi mengatakan, dirinya kini telah mempersiapkan puluhan lukisan kehidupan warga Baduy Dalam (pakaian putih-putih) maupun Baduy Luar (pakaian hitam-hitam).
        
Lukisan warga Baduy memiliki nilai jual tinggi dan banyak pengunjung tertarik dengan lukisan tersebut.
       
Tahun 2009 lalu, kata Dedi, lukisan khas Baduy laku terjual di pameran jambore seni rupa tingkat nasional itu.
        
Kelebihan lukisan Baduy dengan gaya lukisan natural mereka mengangkat kehidupan keseharian Baduy.
        
Sebab warga Baduy yang kini masih menolak modernisasi akibat terhalang adat dan lembaga agama setempat dengan menampilkan lukisan kesederhanaan mereka.
        
Kesederhanaan warga Baduy ternyata memiliki nilai seni cukup tinggi.
       
Misalnya, lukisan Baduy ketika berada di ladang huma atau sedang menggendong anak-anak.
        
Selain itu, lukisan  gadis-gadis Baduy yang lugu maupun bekerja menenun kain.
        
"Saya kira lukisan khas Baduy sangat tertarik karena menggambarkan ilustrasi kehidupan sederhana dan cinta alam," katanya.
        
Dedi mengaku dirinya setiap hari melukis di jalan Sunan Bonang Rangkasbitung juga banyak pesanan lukisan mulai dari warga biasa maupun pejabat negara.
        
Karya-karya dia tidak kalah dengan pelukis tersohor seperti Basuki Abdullah.
        
Namun, ia menampilkan lukisan-lukisan natural karena bisa langsung menghasilkan uang.
       
"Kami hanya menjual lukisan natural saja, karena warga di sini kurang tertarik dengan lukisan abstrak," katanya.
        
Menurut dia, perkembangan seniman pelukis di Kabupaten Lebak cukup banyak, namun mereka kebanyakan mencari hidup di Bali atau Jakarta.
        
Karena itu, ujar dia, dirinya kini mendirikan Wadah Kreasi Seni (WKS) yang anggotanya  pelajar SD sampai SMA juga pemuda.
        
Bahkan, para anggotanya pernah meraih juara lukis dan seni rupa tingkat provinsi maupun nasional.
       
Namun demikian, pihaknya hingga kini belum memiliki gedung WKS untuk dijadikan sarana kreativitas pelajar dan remaja Kabupaten Lebak.
        
"Saya berharap pemerintah daerah bisa membangun gedung untuk dijadikan bengkel kreativitas seni rupa dan seni budaya," katanya.
        
Sementara itu, Nurmanah (50) seorang ibu rumah tangga warga Rangkasbitung mengaku dirinya sangat tertarik  dengan lukisan-lukisan Dedi karena menampilkan kehidupan Baduy yang memiliki nilai seni sangat tinggi.
        
"Saya merasa tenang jika melihat lukisan Baduy sedang menggendong anak," katanya.
(U.KR-MSR/B/R010/R010)

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2010