Lebak (ANTARA News) - Nelayan Kabupaten Lebak, Provinsi Banten selama tiga bulan terakhir dilanda musim paceklik karena tangkapan ikan sepi, akibat gelombang serta tiupan angin cukup tinggi.
"Saya sendiri kini tidak melaut lagi karena selalu merugi dan tidak sebanding dengan biaya operasional," kata Agus (45) salah seorang nelayan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bayah, Kabupaten Lebak, Rabu.
Agus mengatakan, selama menganggur ia terpaksa menjadi buruh tani untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.
Menurut dia, tangkapan ikan makin berkurang akibat ombak besar disertai tiupan angin kencang, sehingga menyulitkan untuk menangkap ikan ke tengah laut.
"Saya tidak berani melaut karena ombak pesisir pantai sangat besar," katanya.
Bersama nelayan lainnya di TPI Bayah, ia kini beralih profesi menjadi buruh tani, serta ada pula yang menjadi pengemudi angkutan, tukang ojek, serta buruh bangunan.
"Saat ini nelayan jika mengandalkan dari hasil melaut dipastikan keluarga kesulitan untuk membeli beras," katanya.
"Saya sudah biasa jika musim paceklik menjadi buruh tani," tambahnya.
Ujang (55) seorang nelayan di TPI Panggarangan mengatakan, selama ini tangkapan ikan makin berkurang sehingga menyebabkan nelayan tidak melaut.
Saat ini, hasil tangkapannya berupa jenis ikan tembang dan layur dengan jumlah lima sampai tujuh kilogram.
Penghasilan sebanyak itu, kata dia, dilakukan selama lima sampai enam jam dengan biaya operasional Rp80 ribu.
"Saya sudah tiga pekan ini menganggur karena jika melaut selalu merugi karena tangkapan ikan sepi," katanya.
Menurut dia, berkurangnya tangkapan ikan tentu membuat keadaan ekonomi nelayan terpuruk bahkan banyak juga nelayan terjerat utang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
Di samping itu, juga banyak nelayan menjual barang-barang perabotan rumah tangga untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.
"Kami pada hari normal seharian bisa membawa uang ke rumah Rp200.000 per hari. Uang itu bersih setelah dipotong beli bahan bakar minyak," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Produksi Kelautan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak Agus Taman mengaku selama ini pendapatan nelayan berkurang sekitar 50 persen akibat cuaca buruk yang melanda perairan Samudera Hindia.
Menyinggung berkurangnya tangkapan ikan, lanjut dia, nelayan di pesisir Lebak selatan masih tradisional sehingga daya tangkap ikan serba terbatas.
"Kami mengusulkan pada Kementrian Kelautan dan Perikanan agar ada bantuan kapal di atas jelajah tiga mil," katanya. (U.KR-MSR/B/A035/C/A035)
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2010
"Saya sendiri kini tidak melaut lagi karena selalu merugi dan tidak sebanding dengan biaya operasional," kata Agus (45) salah seorang nelayan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bayah, Kabupaten Lebak, Rabu.
Agus mengatakan, selama menganggur ia terpaksa menjadi buruh tani untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.
Menurut dia, tangkapan ikan makin berkurang akibat ombak besar disertai tiupan angin kencang, sehingga menyulitkan untuk menangkap ikan ke tengah laut.
"Saya tidak berani melaut karena ombak pesisir pantai sangat besar," katanya.
Bersama nelayan lainnya di TPI Bayah, ia kini beralih profesi menjadi buruh tani, serta ada pula yang menjadi pengemudi angkutan, tukang ojek, serta buruh bangunan.
"Saat ini nelayan jika mengandalkan dari hasil melaut dipastikan keluarga kesulitan untuk membeli beras," katanya.
"Saya sudah biasa jika musim paceklik menjadi buruh tani," tambahnya.
Ujang (55) seorang nelayan di TPI Panggarangan mengatakan, selama ini tangkapan ikan makin berkurang sehingga menyebabkan nelayan tidak melaut.
Saat ini, hasil tangkapannya berupa jenis ikan tembang dan layur dengan jumlah lima sampai tujuh kilogram.
Penghasilan sebanyak itu, kata dia, dilakukan selama lima sampai enam jam dengan biaya operasional Rp80 ribu.
"Saya sudah tiga pekan ini menganggur karena jika melaut selalu merugi karena tangkapan ikan sepi," katanya.
Menurut dia, berkurangnya tangkapan ikan tentu membuat keadaan ekonomi nelayan terpuruk bahkan banyak juga nelayan terjerat utang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
Di samping itu, juga banyak nelayan menjual barang-barang perabotan rumah tangga untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.
"Kami pada hari normal seharian bisa membawa uang ke rumah Rp200.000 per hari. Uang itu bersih setelah dipotong beli bahan bakar minyak," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Produksi Kelautan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak Agus Taman mengaku selama ini pendapatan nelayan berkurang sekitar 50 persen akibat cuaca buruk yang melanda perairan Samudera Hindia.
Menyinggung berkurangnya tangkapan ikan, lanjut dia, nelayan di pesisir Lebak selatan masih tradisional sehingga daya tangkap ikan serba terbatas.
"Kami mengusulkan pada Kementrian Kelautan dan Perikanan agar ada bantuan kapal di atas jelajah tiga mil," katanya. (U.KR-MSR/B/A035/C/A035)
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2010