Penyeberangan aliran Sungai Ciujung di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten perlu alat keselamatan agar tidak mengakibatkan korban jiwa.

Penyeberangan aliran Sungai Ciujung di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten sepanjang 100 meter perlu alat keselamatan agar tidak mengakibatkan korban jiwa apabila terjadi kecelakaan.

"Kami berharap pemerintah daerah dapat memberikan bantuan alat transportase berupa kapal atau perahu untuk kenyamanan dan keselamaan," kata Samsudin (55) seorang pengayuh ojek rakit penyeberangan antarkelurahan di aliran Sungai Ciujung di Kabupaten Lebak, Kamis.

Baca juga: Pemkot Tangerang pantau pasien positif COVID-19 isolasi

Penyeberangan dengan menggunakan rakit dari bambu dan ditarik menggunakan batang pohon cukup mengkhawatirkan dan membahayakan jika debit aliran Sungai Ciujung deras.

Meskipun saat ini belum pernah terjadi kecelakaan rakit bambu terbalik jatuh ke aliran Sungai Ciujung yang begitu dalam.

Penyeberangan yang menghubungkan antarkelurahan MC Rangkasbitung Timur dan Cijoro Lebak sangat padat,terutama pada pagi dan sore hari.

Kebanyakan mereka menggunakan penyeberangan rakit menuju Pasar Rangkasbitung dari Kampung Nembo Seeng Kelurahan Cijoro Lebak.

Dimana warga yang melintasi penyeberangan Sungai Ciujung sekitar 2.000 orang/hari dan mereka menempuh menuju Pasar Rangkasbitung lebih dekat hingga lima menit dibandingkan menggunakan kendaraan dan berjalan kaki bisa mencapai 50 menit.

"Kami tidak berani mengangkut penumpang hingga 15 orang, karena khawatir mengalami kecelakaan," katanya menjelaskan.

Menurut dia, masyarakat pengguna transportase penyeberangan rakit bambu itu sebagian besar para pedagang Pasar Rangkasbitung juga buruh dan anak-anak sekolah.

Mereka warga setempat sudah berlangsung puluhan tahun menggunakan jasa penyeberangan rakit bambu.

Karena itu, dirinya sebagai jasa penyeberangan sangat mendambakan bantuan perahu dan kapal dengan dilengkapi pakaian pelampung untuk mencegah kecelakaan agar tidak menimbulkan korban jiwa.

Saat ini, aliran Sungai Ciujung cukup deras sehingga penuh hati-hati jika mengoperasikan penyeberangan itu.

"Kami menyeberangakan warga itu mengenakan tarif Rp2.000/orang dan bisa menghasilkan Rp160 ribu mulai pukul 06.00 WIB sampai 18.00 WIB," kata Samsudin.

Begitu juga Enjat (55) seorang ojek jasa penyeberangan warga Rangkasbitung Kabupaten Lebak mengaku bahwa dirinya sangat berharap pemerintah daerah memberikan bantuan kapal atau perahu untuk peralatan transportase menghubungkan antarkelurahan di aliran Sungai Ciujung.

Selama ini, dirinya secara manual dan tradisional jika warga menyeberang menggunakan bambu rakit dengan kekuatan tenaga tongkat bambu.

"Jika menggunakan perahu atau kapal tentu lebih nyaman dan aman karena dioperasikan mesin itu," ujarnya menjelaskan.

Sementara itu, sejumlah penumpang rakit bambu mengaku mereka sangat ketakutan bila debit aliran Sungai Ciujung deras karena bisa menimbulkan kecelakaan.

"Kami merasa was-was jika menyeberang menggunakan rakit bambu karena khawatir tenggelam dan terjatuh ke sungai tanpa pakaian pelampung," kata Madropi, warga Rangkasbitung Kabupaten Lebak.
 
 

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020