Ekonom dari Universitas Gajah Mada, Prof Dr Sri Adiningsih mengatakan pentingnya gotong royong dalam menghadapi wabah COVID-19 agar ekonomi tetap dapat bergerak.

"Dalam keterpurukan, ternyata pandemi membangkitkan semangat gotong royong yang telah menjadi DNA bangsa ini. Peran masyarakat, dunia usaha, LSM, akademisi, semua pemangku kepentingan diperlukan untuk memulihkan kehidupan masyarakat," kata Sri dalam keterangan tertulis, Selasa.

Sri melihat ekonomi masih bergerak selain dengan cara menerapkan protokol kesehatan serta beradaptasi dengan gaya hidup baru yang mengacu pada transformasi digital. Antara lain adalah meningkatnya belanja online, cashless, melakukan kegiatan dari rumah serta menurunnya traveling. 

Dalam membangkitkan optimisme di tengah pandemi, Gerakan Pakai Masker (GPM) bersama PaninBank serta beberapa Gerakan Masyarakat Peduli Sesama (GMPS) melaksanakan webinar yang bertajuk "Gotong Royong lewati krisis. Mengkapitalisasi Solidaritas Sosial di tengah pandemi," pada Senin (7/9). 
 
Menurut Ketua Umum GPM Sigit Pramono, saat ini ada perubahan sosial yang terjadi akibat pandemi, yaitu munculnya solidaritas sosial, pemanfaatan media digital yang meningkat, masyarakat lebih banyak tinggal di rumah serta adanya pergeseran pemenuhan kebutuhan.

GPM menyadari bahwa pemerintah tidak mungkin dapat bekerja sendiri menangani permasalahan akibat pandemi. Selain GPM, banyak Gerakan Masyarakat Peduli Sesama (GPMS) yang turut aktif membantu pemerintah mengatasi masalah sosial ekonomi di Indonesia, Contohnya: Muhammadiyah, Rumah Zakat, Gerakan Kemanusiaan Sambatan Jogja (Sonjo) maupun BenihBaik.  
 
GMPS dapat memberikan kontribusi dengan mengkapitalisasi perubahan besar solidaritas sosial, berbagi tugas dengan pemerintah, mengerahkan kemampuan bangsa untuk menggalang dana diluar APBN dan APBD (seperti zakat, sedekah dan donasi) serta koordinasi antara sesama GMPS maupun pemerintah. 
 
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur PaninBank Herwidayatmo menyampaikan apresiasinya atas GMPS yang ada saat ini. Peranan maupun dukungan lembaga – lembaga ini akan sangat membantu pemerintah. Karena sekarang saatnya semua pihak untuk bersatu. 
 
Dilema yang terjadi saat ini adalah penderita COVID-19 makin meningkat, namun, tenaga medis yang ada banyak berguguran karena terpapar COVID-19. Belum lagi, dilema dana APBN pemerintah yang telah digelontorkan, sampai kapan dapat menopang keadaan. Hal tersebut disampaikan oleh founder benihbaik.com, Andy F Noya dalam kesempatan yang sama. 
 
Indonesia memiliki modal utama untuk memutus penyebaran COVID-19 yang membuat kita semua bersemangat, karena kita memilik modal sosial yang tinggi dibanding dengan negara-negara lainnya, serta diakui sebagai bangsa paling dermawan. 

Hal tersebut tercermin dari posisi Indonesia pada peringkat negara paling dermawan pada tahun 2018, yang dikeluarkan dari British Charity, Charities Aid Foundation. 

"Di tengah situasi seperti ini, dengan adanya kebangkitan dari semangat gotong royong, mudah-mudahan hal ini merupakan momentum yang bukan saja momentum untuk bergotong royong untuk saling membantu mengatasi pandemi. Tapi, ini adalah salah satu momentum untuk merekatkan kembali, masyarakat Indonesia yang sempat terpecah-pecah, dan sekarang dipersatukan kembali sebagai bangsa," tutur Andy. 
 
Sejalan dengan hal tersebut, CEO Rumah Zakat Nur Efendi, meyakini Indonesia bisa survive kendati sekarang tengah diterjang pandemi. "Kuncinya ada di kolaborasi dan gotong royong," katanya. 
 
Rumah Zakat sendiri fokus pada 4 program, baik program jangka pendek maupun jangka panjang untuk memutus penyebaran COVID-19. Yang pertama adalah sosialisasi dan edukasi; bantuan kesehatan; jaminan sosial; dan program ekonomi serta ketahanan pangan. 
 
Ketua MCC Muhammadiyah, Drs. M. Agus Syamsudin, MM juga menjelaskan bagaimana peran Muhammadiyah memutus penyebaran COVID-19 dengan membentuk MCC di tingkat wilayah dan cabang yang bertugas mengkoordinir semua persyarikatan sehingga satu komando dalam penanganan COVID. 
 
Salah satu langkah kuratif yang telah dilakukan oleh MCC adalah mensuplai APD ke rumah sakit yang menjadi unit usaha Muhammadiyah. Selain itu, ada divisi pencegahan, yang terus mengampanyekan edukasi dan sosialisasi mengenai protokol kesehatan melalui media TV, radio, seminar, dan lain-lain. Selain itu, Muhammadiyah juga bekerjasama dengan UNICEF, WHO, dan juga dengan pemerintah Australia untuk melakukan proses-proses edukasi ini kepada masyarakat.  
 
Di sisi lain, Founder Gerakan Kemanusiaan Sonjo (Sambatan Jogja), Rimawan Pradiptyo, Ph.D terus menggelorakan semangat kemanusiaan melalui Sonjo (Sambatan Jogja) yang berfokus pada tiga bidang utama yaitu, kesehatan, ekonomi, dan pendidikan.  
 
"Sonjo memilki fokus pada masyarakat yang berisiko terhadap penyebaran covid. Prinsipnya adalah transparansi, empati, solidaritas, dan gotong royong," ungkap Agus.  
 
Sonjo sendiri merupakan gerakan informal yang awalnya dimulai dari gerakan anti korupsi, kemudian berkembang menjadi grup WA yang terdiri dari 9 grup dengan anggota mencapai 900an orang.

Pewarta: Ganet Dirgantoro

Editor : Ridwan Chaidir


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020