Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti sejak Januari hingga Juli 2020 telah menginfeksi 38 anak dan dua diantaranya meninggal dunia, kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin Machli Riyadi,
"Kami harus bekerja keras di masa pandemi COVID-19 ini untuk mensosialisasikan kewaspadaan DBD, apalagi kondisi saat ini kembang biak nyamuk aedes aegypti karena banyak genangan akibat hujan," katanya di Banjarmasin, Rabu.
Ia mengingatkan, jangan sampai semua terkonsentrasi terhadap wabah virus corona atau COVID-19, hingga penyakit DBD menjadi kurang perhatian.
"Padahal tidak kalah sangat bahaya juga penyakit ini, karenanya mari kita sama-sama menjaga diri dan keluarga serta lingkungan dari wabah DBD ini, dengan selalu hidup bersih," paparnya.
Ia mengungkap, korban DBD ini kebanyakan anak-anak dari usia 6 tahun hingga 14 tahun.
Saat ini, kata Machli Riyadi, penyebaran DBD di kota itu sudah meliputi lima kecamatan sehingga kita imbau agar benar-benar memperhatikan prinsip 3M Plus sebagai upaya pencegahan DBD.
Ia menjelaskan, beberapa kegiatan 3M Plus itu seperti menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk serta menggunakan kelambu saat tidur.
Selain itu dia juga menyarankan untuk memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk di tempat penampungan air, menanam tanaman pengusir nyamuk, mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah, menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain.
"Yang terpenting agar masyarakat memperhatikan kebersihan lingkungan, agar perkembangbiakkan nyamuk pembawa penyakit ini bisa ditanggulangi. Karena DBD juga berbahaya jika kita tidak melakukan pencegahan dengan baik," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020
"Kami harus bekerja keras di masa pandemi COVID-19 ini untuk mensosialisasikan kewaspadaan DBD, apalagi kondisi saat ini kembang biak nyamuk aedes aegypti karena banyak genangan akibat hujan," katanya di Banjarmasin, Rabu.
Ia mengingatkan, jangan sampai semua terkonsentrasi terhadap wabah virus corona atau COVID-19, hingga penyakit DBD menjadi kurang perhatian.
"Padahal tidak kalah sangat bahaya juga penyakit ini, karenanya mari kita sama-sama menjaga diri dan keluarga serta lingkungan dari wabah DBD ini, dengan selalu hidup bersih," paparnya.
Ia mengungkap, korban DBD ini kebanyakan anak-anak dari usia 6 tahun hingga 14 tahun.
Saat ini, kata Machli Riyadi, penyebaran DBD di kota itu sudah meliputi lima kecamatan sehingga kita imbau agar benar-benar memperhatikan prinsip 3M Plus sebagai upaya pencegahan DBD.
Ia menjelaskan, beberapa kegiatan 3M Plus itu seperti menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk serta menggunakan kelambu saat tidur.
Selain itu dia juga menyarankan untuk memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk di tempat penampungan air, menanam tanaman pengusir nyamuk, mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah, menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain.
"Yang terpenting agar masyarakat memperhatikan kebersihan lingkungan, agar perkembangbiakkan nyamuk pembawa penyakit ini bisa ditanggulangi. Karena DBD juga berbahaya jika kita tidak melakukan pencegahan dengan baik," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020