Pakar epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono mengingatkan pemerintah untuk terus mengedukasi masyarakat tentang bahaya dan pencegahan COVID-19, terutama menghadapi era adaptasi normal baru.
"Jadi perlu edukasi masyarakat secara terus menerus," katanya melalui sambungan telepon dengan ANTARA di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan bahwa banyak di antara masyarakat Indonesia yang sampai saat ini belum sepenuhnya memahami bahaya dan cara pencegahan COVID-19, terlebih lagi dengan definisi new normal atau adaptasi kebiasaan baru yang tengah diupayakan pemerintah untuk memulihkan aktivitas ekonomi.
"Normal baru itu apa? Oh, normal. Ya sudah enggak usah serius-serius karena sudah normal. Jadi masyarakat itu (banyak yang) enggak ngerti," katanya.
Untuk itu, ia menyarankan pemerintah untuk memberikan edukasi lebih luas lagi sehingga menjangkau seluruh kalangan masyarakat, baik mereka yang bisa mengakses media-media edukasi pemerintah, maupun kepada masyarakat yang memiliki banyak keterbatasan.
"Yang miskin, yang kaya, yang kurang pendidikannya, yang enggak ngerti bahasa Indonesia. Masyarakat itu (masih banyak yang) enggak ngerti apa artinya normal baru. Mereka itu punya pemahaman yang berbeda-beda," ujarnya.
Oleh karena itu, selain edukasi terus menerus, pemerintah juga disarankan untuk membuat strategi komunikasi yang efektif dengan bahasa yang mudah dimengerti sehingga masyarakat dapat memahami tujuan penerapan protokol kesehatan.
"Jadi jangan membuat regulasi-regulasi yang tidak mungkin dipatuhi masyarakat, karena masyarakat enggak tahu. Jadi yang terpenting adalah memberikan edukasi, mengajak masyarakat lebih luas lagi," katanya.
Dengan edukasi dan strategi komunikasi yang efektif, kata dia, masyarakat diharapkan akan dapat memahaminya dan membuat perubahan perilaku yang sesuai dengan kondisi yang ada dan mematuhi protokol kesehatan yang dianjurkan, sehingga mereka tetap dapat menjalankan aktivitas, namun tetap aman dari wabah COVID-19.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020
"Jadi perlu edukasi masyarakat secara terus menerus," katanya melalui sambungan telepon dengan ANTARA di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan bahwa banyak di antara masyarakat Indonesia yang sampai saat ini belum sepenuhnya memahami bahaya dan cara pencegahan COVID-19, terlebih lagi dengan definisi new normal atau adaptasi kebiasaan baru yang tengah diupayakan pemerintah untuk memulihkan aktivitas ekonomi.
"Normal baru itu apa? Oh, normal. Ya sudah enggak usah serius-serius karena sudah normal. Jadi masyarakat itu (banyak yang) enggak ngerti," katanya.
Untuk itu, ia menyarankan pemerintah untuk memberikan edukasi lebih luas lagi sehingga menjangkau seluruh kalangan masyarakat, baik mereka yang bisa mengakses media-media edukasi pemerintah, maupun kepada masyarakat yang memiliki banyak keterbatasan.
"Yang miskin, yang kaya, yang kurang pendidikannya, yang enggak ngerti bahasa Indonesia. Masyarakat itu (masih banyak yang) enggak ngerti apa artinya normal baru. Mereka itu punya pemahaman yang berbeda-beda," ujarnya.
Oleh karena itu, selain edukasi terus menerus, pemerintah juga disarankan untuk membuat strategi komunikasi yang efektif dengan bahasa yang mudah dimengerti sehingga masyarakat dapat memahami tujuan penerapan protokol kesehatan.
"Jadi jangan membuat regulasi-regulasi yang tidak mungkin dipatuhi masyarakat, karena masyarakat enggak tahu. Jadi yang terpenting adalah memberikan edukasi, mengajak masyarakat lebih luas lagi," katanya.
Dengan edukasi dan strategi komunikasi yang efektif, kata dia, masyarakat diharapkan akan dapat memahaminya dan membuat perubahan perilaku yang sesuai dengan kondisi yang ada dan mematuhi protokol kesehatan yang dianjurkan, sehingga mereka tetap dapat menjalankan aktivitas, namun tetap aman dari wabah COVID-19.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020