Jakarta (ANTARA) - Tepat 3 Juni dua tahun lalu, bintang Golden State Warriors Stephen Curry mengukuhkan namanya sebagai raja tripoin di gim final NBA.
Gim kedua rangkaian final NBA 2018 menjadi panggung pelantikan status Curry sebagai raja tripoin di laga besar kompetisi bola basket paling bergengsi sejagat itu.
Sebelumnya, rekor tripoin terbanyak dalam sebuah laga final NBA dipegang oleh Ray Allen. Allen yang masih berseragam Boston Celtics melesakkan delapan tembakan luar busur untuk memecahkan rekor tersebut dalam gim kedua final NBA 2010 melawan Los Angeles Lakers.
Usia rekor itu akhirnya tak genap delapan tahun, sebab Curry mencoret nama Allen dan menggantinya dengan namanya sendiri kala membantu Warriors membungkam Cleveland Cavaliers 122-103 di Oracle Arena pada 3 Juni 2018.
Sudah mengemas empat tembakan tripoin sepanjang paruh pertama, akurasi Curry bak menemui tikungan tajam ketika ia tak sekalipun mendapati tiga percobaan lemparan jarak jauhnya menemui sasaran pada kuarter ketiga.
Namun, bak membayar keluputannya Curry kesetanan pada kuarter pemungkas. Tak kurang dari lima lemparan tripoinnya melesak ke dalam keranjang.
Maka, tepat pada sisa waktu tiga menit 30 detik pertandingan, Curry melesakkan tripoin kesembilannya di pertandingan itu.
Tembakan itu sekaligus membuatnya mencatatkan diri sebagai pemain dengan jumlah tripoin terbanyak dalam sebuah laga final NBA, dengan sembilan kali kesuksesan.
Halaman selanjutnya: Di pengujung laga...
Di pengujung laga, Warriors menang 122-103 mengambil poin gim kedua dalam perjalanan mereka menyapu bersih rangkaian final NBA 2018 atas Cavaliers.
Torehan sapu bersih final Warriors tersebut, kedua kali setelah 1975, membuahkan trofi NBA keenam bagi tim itu sepanjang sejarah.
Kendati tampil gemilang dalam rangkaian final NBA 2018, Curry kalah saing dengan rekan setimnya Kevin Durant dalam anugerah Pemain Terbaik (MVP) Final. Sejak awal, Curry tak pernah menganggap itu sebuah perkara besar.
"Itu bukanlah parameter karier saya atau apapun yang kalian mau sebut. Jika kami menjadi juara dan saya tidak menjadi MVP Final, saya tetap akan tersenyum selebar mungkin, selama mungkin," kata Curry sebagaimana dilansir laman resmi NBA pada 4 Juni 2018.
"Saya akan bermain dengan semangat yang tepat demi membantu tim menang. Biasanya jika saya berada di pola pikir yang tepat, hal baik akan terjadi. Perkara saya menjadi MVP Final atau tidak, emang gue pikirin?" pungkasnya.
Antagonis
Jika Jose Mourinho dianggap sebagai antagonis utama dalam kisah sepak bola dan strategi negatif, maka Curry hampir menempati peran serupa di panggung teater NBA.
Semenjak mulai menapaki karier di NBA pada musim 2009/10, Curry secara konsisten menorehkan tingkat akurasi tripoin di atas 40 persen untuk statistik musim reguler.
Dua tahun setelah Curry direkrut Warriors, tim itu mendatangkan sosok penembak lain dalam diri Klay Thompson.
Pada musim kedua bermain bersama, Curry dan Thompson memecahkan rekor jumlah tripoin terbanyak oleh pasangan pemain NBA dengan 483 kali. Curry menyumbangkan 272, Thompson 211.
Di musim berikutnya, Curry dan Thompson ditahbiskan sebagai dwitunggal "Splash Brothers".
Halaman selanjutnya: Lantas pada 2014...
Lantas pada 2014, bak sebuah perjodohan yang diatur tangan "Tuhan Bola Basket", Warriors menunjuk Steve Kerr sebagai pelatih kepala menyongsong musim 2014/15.
Kerr dua kali memimpin klasemen tripoin NBA kala masih berlaga di atas lapangan. Torehan 50,7 persen akurasi tripoin yang dimilikinya pada 1989/90 bersama Cavaliers sukses memikat Chicago Bulls untuk memboyongnya tiga tahun kemudian.
Pada musim 1994/95, musim kedua ia memimpin klasemen tripoin NBA, Kerr melesakkan 52,4 persen percobaan tiga angkanya.
Ketika Bulls menorehkan raihan juara triruntun NBA pada 1996-1998 tingkat akurasi tripoin Kerr tak pernah kurang dari 43 persen di musim reguler dan serendah-rendahnya 32 persen di fase playoff.
Tentu saja, Kerr adalah orang yang paling tepat untuk membantu Curry mengubah haluan permainan bola keranjang.
Musim perdana Kerr di Warriors, Splash Brothers terpilih jadi starter untuk tim All-Star NBA Wilayah Barat. Itu merupakan kali pertama dua guard setim menjadi starter tim All-Star NBA, yang terakhir kali dicapai pada 1975 oleh duo New York Knicks, Walter "Clyde" Frazier dan Earl Monroe.
Di musim reguler 2014/15, Warriors dibimbing Kerr menjadi yang terbaik dan memimpin Wilayah Barat dengan catatan 67 kemenangan dan 15 kekalahan (67-15).
Tak cukup sampai di situ, Warriors mulus melewati New Orleans Pelicans, Memphis Grizzlies dan Houston Rockets dalam merintis jalan mereka menuju partai final.
Di final, Sang Raja LeBron James dan Cavaliers menanti Warriors. Warriors sukses membumikan ambisi Cavaliers dan menjadi juara NBA 2015 seusai memenangi rangkaian final 4-2.
Curry punya statistik rata-rata 26 poin dan 6,3 assist per gim, dengan rataan penampilan 42,5 menit per laga. Angka itu cukup berpengaruh untuk kemenangan Warriors, tapi Andre Iguodala dianggap lebih berperan dalam urusan mengalahkan Cavaliers.
Pasalnya, kendati tak selalu tampil sebagai starter di enam laga final, Iguodala sukses meredam James tiap kali ia berada di dalam lapangan.
Musim 2014/15, Warriors, Kerr, Curry dan Thompson sukses memaksa para perisak menelan olok-olok "tripoin tak bisa mengantarkan gelar juara NBA" khas mereka.
Halaman selanjutnya: Bak khalifah... Era baru
Bak khafilah yang terus melaju tanpa menghiraukan gonggongan para perisak, Curry terus mencatatkan namanya dengan tinta emas dalam sejarah NBA.
Hingga 2020, tiga cincin juara NBA sudah dimilikinya ditambah dua trofi MVP NBA musim 2015 dan 2016.
Tapi para perisak terus menggonggong, besar kemungkinan karena Curry dan permainannya yang mengandalkan tembakan jarak jauh tak masuk dalam selera mereka.
Curry memang jauh dari gambaran penggemar basket kebanyakan tentang sosok superstar. Tembakan jarak jauh kerap kali hanya menjadi sebuah pertunjukan ketika paruh waktu pertandingan, di mana seorang penonton mencoba peruntungannya dengan melempar bola dari tengah lapangan untuk iming-iming hadiah besar.
Superstar di NBA lebih identik dengan aksi-aksi dunk, blok atau setidaknya dribel disertai ankle-breaker alias gerakan untuk membuat lawan pemain bertahan terjatuh hingga terduduk.
Aksi memukau lainnya kerap disebut dengan posterize. Posterize merujuk pada aksi seorang pemain menghempaskan dunk hingga membuat badannya menutupi wajah pemain lawan yang berusaha melakukan blok dalam foto maupun tayangan yang merekam adegan tersebut.
Salah satu pebasket yang gemar melakukan posterize adalah Michael Jordan, yang juga kesohor dalam foto aksinya kala melakukan lompatan jarak jauh untuk mencetak dunk.
Gerakan berjuluk "Air Walk" itu kemudian melebur ke dalam nama Jordan menjadi "Air Jordan" yang belakangan terlahir kembali sebagai submerek sepatu di bawah pabrikan Nike, yang logonya tidak lain dan tidak bukan adalah siluet aksi Jordan sendiri.
Tapi, di antara semua aksi Jordan, penggemar basket terkadang lupa bahwa ia pernah menjadi salah satu pemegang rekor tripoin terbanyak dalam satu gim final NBA.
Tepat 26 tahun sebelum rekor itu dikuasai sendirian oleh Curry, Jordan melesakkan enam tripoin dalam gim pertama final NBA 1992 Chicago Bulls kontra Portland Trail Blazers.
Nyatanya, apa yang dilakukan Warriors dan Curry membuat tim-tim lain ikut menguatkan sektor tembakan jarak jauh mereka.
Laiknya bola basket, olahraga itu sendiri bulat dan akan terus berputar selama ada yang memainkan. Mengalahkan lawan dengan mengandalkan fisik maupun menang memanfaatkan akurasi tembakan jarak jauh hanya soal cara.
Entah tembakan jarak jauh ala Curry, maupun aksi menawan di muka keranjang, para pelaku basket akan menemukan cara untuk meraih kemenangan demi mengangkat trofi yang didambakan.
Bintang Golden State, Stephen Curry kukuhkan diri raja tripoin final NBA dua tahun lalu
Rabu, 3 Juni 2020 11:46 WIB
Gim kedua rangkaian final NBA 2018 menjadi panggung pelantikan status Curry sebagai raja tripoin di laga besar kompetisi bola basket paling bergengsi sejagat itu