Peneliti dan mahasiswa jurusan Ilmu Kimia di Universitas Negeri Manado (Unima) di Sulawesi Utara, mulai memproduksi 'hand sanitizer' dengan bahan dasar minuman beralkohol khas Minahasa yakni 'cap tikus'.
"Kami mulai membuat hand sanitizer dengan bahan cap tikus yang mempunyai kandungan alkohol dari petani di Langowan. Kadar alkoholnya masih 45 sampai 50 persen," kata Dosen Unima Wilson Rombang di Tondano, Jumat.
Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ini menjelaskan alkohol dari petani tersebut dilakukan redistilasi atau penyulingan kembali di laboratorium sehingga kandungan alkohol menjadi sekira 80 persen.
"Setelah melewati proses redestilasi, kami buat hand sanitizer yang dicampurkan dengan gliserol karena sekarang kekurangan aloevera. Dan juga ditambah lagi dengan teroksidasi. Proses pembuatan sekira tiga jam setelah proses redistilasi," jelasnya.
Dia mengakui, pembuatan hand sanitizer dari cap tikus dilakukan karena alkohol medis saat ini sulit ditemukan di pasaran.
Sementara itu Dekan FMIPA Unima Anetha Tilaar mengungkapkan pembuatan hand sanitizer ini dilakukan oleh sejumlah dosen dan mahasiswa karena melihat kondisi penyebaran virus COVID-19
"Ini awalnya hanya bahan praktikum dari mahasiswa. Tapi karena adanya kondisi seperti ini dan kurangnya alkohol, maka mereka membuat hand sanitizer dari cap tikus," kata Anetha.
Dia mengakui, pihaknya siap untuk memproduksi hand sanitizer secara massal namun perlu ada dukungan untuk penambahan peralatan, dan bahan baku.
"Kalau nantinya memang diperlukan untuk membuat dengan hasil yang lebih banyak kami siap, tapi memang ini perlu ada dukungan. Karena fasilitas kami untuk membuatnya masih sangat kecil," ujar.
Dia mengakui, pembuatan tersebut merupakan bagian dari kepedulian para mahasiswa dan dosen karena makin sulitnya ditemukan hand sanitizer.
Rektor Unima Paulina Runtuwene memberikan apresiasi kepada para mahasiswa dan dosen, yang mengembangkan hand sanitizer dengna bahan baku Cap Tikus.
"Kami dari pihak kampus sangat mendukung penuh para mahasiswa ini, yang dibantu juga para dosennya yang berinovasi membuat hand sanitizer dari kearifan lokal tanah Minahasa yakni Cap Tikus," katanya.
Paulina mengakui, saat ini pembuatannya masih sebatas untuk penggunaan di lingkungan kampus, sambil melihat kemungkinan menambah jumlah produksi sesuai dengan kebutuhan.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020