Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis bahwa melalui keputusan Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) yang memangkas suku bunga acuannya akan mampu mendorong masuknya aliran modal asing ke Indonesia.
“Insya Allah iya karena dengan tekanan suku bunga yang menurun dari luar maka modal lebih mampu melihat secara realistis terkait kesempatan di negara seperti kita. Indonesia relatif dalam keadaan cukup positif,” katanya di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Rabu.
Sri Mulyani menyebutkan rencana pelonggaran kebijakan fiskal oleh sejumlah bank sentral sebenarnya sudah terdeteksi sejak pertemuan G20 beberapa waktu lalu seiring dengan dampak virus corona yang semakin menekan perekonomian global.
“Kalau kita lihat kan reaksi dari para pembuat kebijakan ini sebenarnya sudah dideteksi waktu kita bicara di G20. Secara global tentu baik karena bank-bank sentral dari seluruh dunia juga menurunkan suku bunga,” ujarnya.
Ia menuturkan Bank Indonesia yang lebih dulu menurunkan bunga acuan juga dilakukan untuk memitigasi dampak virus corona atau COVID-19 ke perekonomian tanah air.
“BI melakukan relaksasi dalam alat instrumennya dari sisi moneter baik itu suku bunga dan relaksasi GWM. OJK juga dari alat instrumennya yaitu melalui kolektibilitasnya dirilekskan,” katanya.
Sri Mulyani berharap melalui kebijakan fiskal yang memberikan insentif untuk mendorong konsumsi hingga produksi, serta keputusan BI maupun OJK tersebut akan mampu mengurangi dampak virus corona secara maksimal.
“Ini semua kami lakukan moneter, OJK dan fiskal akan bersama-sama untuk berusaha mengurangi dampak negatif semaksimal mungkin,” katanya.
Sebagai informasi, Federal Reserve AS menurunkan kisaran target suku bunga dana federal sebesar 50 basis poin menjadi 1,00 hingga 1,25 persen, karena wabah Covid-19 menimbulkan "risiko yang berevolusi" terhadap kegiatan ekonomi, kata bank sentral AS pada Selasa (3/3) waktu setempat.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020
“Insya Allah iya karena dengan tekanan suku bunga yang menurun dari luar maka modal lebih mampu melihat secara realistis terkait kesempatan di negara seperti kita. Indonesia relatif dalam keadaan cukup positif,” katanya di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Rabu.
Sri Mulyani menyebutkan rencana pelonggaran kebijakan fiskal oleh sejumlah bank sentral sebenarnya sudah terdeteksi sejak pertemuan G20 beberapa waktu lalu seiring dengan dampak virus corona yang semakin menekan perekonomian global.
“Kalau kita lihat kan reaksi dari para pembuat kebijakan ini sebenarnya sudah dideteksi waktu kita bicara di G20. Secara global tentu baik karena bank-bank sentral dari seluruh dunia juga menurunkan suku bunga,” ujarnya.
Ia menuturkan Bank Indonesia yang lebih dulu menurunkan bunga acuan juga dilakukan untuk memitigasi dampak virus corona atau COVID-19 ke perekonomian tanah air.
“BI melakukan relaksasi dalam alat instrumennya dari sisi moneter baik itu suku bunga dan relaksasi GWM. OJK juga dari alat instrumennya yaitu melalui kolektibilitasnya dirilekskan,” katanya.
Sri Mulyani berharap melalui kebijakan fiskal yang memberikan insentif untuk mendorong konsumsi hingga produksi, serta keputusan BI maupun OJK tersebut akan mampu mengurangi dampak virus corona secara maksimal.
“Ini semua kami lakukan moneter, OJK dan fiskal akan bersama-sama untuk berusaha mengurangi dampak negatif semaksimal mungkin,” katanya.
Sebagai informasi, Federal Reserve AS menurunkan kisaran target suku bunga dana federal sebesar 50 basis poin menjadi 1,00 hingga 1,25 persen, karena wabah Covid-19 menimbulkan "risiko yang berevolusi" terhadap kegiatan ekonomi, kata bank sentral AS pada Selasa (3/3) waktu setempat.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020