Dinas Pariwisata Provinsi Banten mengenalkan ilmu mengenai makanan yang baik atau gastronomi kepada seratusan pelaku usaha kuliner Banten, yang berlangsung di Aula Dinas Pariwisata Provinsi Banten, di Serang, Rabu.

Dalam kesempatan tersebut, Dinas Pariwisata Provinsi Banten mengundang sekitar 100 orang pelaku usaha kuliner terutama kuliner khas Banten yang datang dari delapan kabupaten/kota.

Sebagai pemateri dalam pelatihan Gastronomi tersebut yakni Tetty Desiarty Soemarsono dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi, Herry Margono (Sekjen Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia) dan Ravita Datau (Pakar Gastronomi).

"Banten sudah banyak memiliki produk-produk kuliner baik makanan pokok maupun juga oleh-oleh. Kami menghadirkan para narasumber untuk memberikan pemahaman dan pengenalan mengengenai gastronomi dan juga mengenai keberlanjutan usaha mereka dengan menerapkan kaidah-kaidah kesehatan dan kebersihan pada usaha juliner mereka," kata Eneng Nurcahyati usai membuka kegiatan tersebut.

Selain itu, kata Eneng, Banten juga memiliki potensi pariwisata yang luar biasa, sehingga bagaimana mendekatkan para pelaku kuliner tersebut dengan pariwisata yang ada karena saat ini pengembangam destinasi wisata harus dibarengi pengembangan ekonomi kreatifnya.untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.

"Kami berharap para pelaku ekonomi kreatif ini juga turut serta membangun kemajuan pariwisata di Provinsi Banten," kata Eneng Nurcahyati.

Pakar Gastronomi Ravita Datau mengatakan, paling tidak ada tiga indikator penting yang mendukung olahan kuliner bisa digemari masyarakat sebagai dasar dari pengenalan gastronomi. Ketiganya yakni kesehatan dan kebersihan, lingkungan berkelanjutan dan pelayanan.

"Yang tiga indikator dasar aja dilakukan oleh para pelaku suaha kuliner di Banten. Saya kira ini juga sudah bagus sebagai dasar dalam mendukung pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di Banten menuju destinasi berkualitas," kata Vita.

Bisnis kuliner, kata Vita, merupakan usaha yang menguntungkan. Karena semua orang butuh makanan dan biasanya wisatawan yang datang ke suatu daerah atau destinasi, pertama kali yang dicari biasanya adalah makanan khas daerah tersebut untuk wisata kuliner dan juga sebagai oleh-olehnya.

"Bagaimana tidak, ketika baru turun dari pesawat orang sudah mencari makanan. Menu apa khas daerah tersebut. Sehingga tinggal pengelolaannya saja, termasuk nantinya ada inovasi-inovasi sebagai nilai tambah tanpa menghilangkan kekhasannya," kata Vita Datau.

Sekjen Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia Herry Margono mengaku sejuah ini pengusaha kuliner di Indonesia baru melaksanakan fungsi. Sedangkan dari sisi emosi untuk mendekatkan pelanggan atau konsumen terhadap produk belum dilakukan, sehingga usaha yang dilakukan tidak berkembang cepat.

"Salah satu penyebabnya salah yang dijual baru sebatas fungsi, belum menjual emosi. Salah satu emosi yang dijual adalah branding. Coba liat produk di sini branding-nya seperti apa," kata Herry.

Padahal kuliner Banten, lanjut Herry, tidak kalah bersaing dengan produk-produk dari daerah lain. Karena tadi informasinya bahwa talasanya produksi Banten tapi yang mengolahnya daerah lain.

"Caranya dengan membuat identitas, Kasih nama kasih logo. Ini juga identik dengan Exyting Banten. Produknya harus disesuaikan dengan personality. Sehingga orang tahu," kata dia.

Pewarta: Mulyana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020