Banjir Bandang yang memporakporandakan wilayah Kabupaten Lebak, Banten, pada 1 Januari lalu, tepatnya di Kecamatan Cipanas, Sajira, Curugbitung, Maja, Cimarga dan Kecamatan Lebak Gedong, siapa mengira akan terjadi sedahsyat itu.

Bukannya Lebak tidak pernah diterjang banjir. Kabupaten terletak di bagian selatan wilayah Provinsi Banten ini, justru acapkali tiap tahun ditimpa banjir bila intensitas hujan tinggi, namun dampaknya sebatas rumah digenangi air sampai mendekati atap rumah. Hampir tidak ada dilaporkan ada korban
meninggal dunia, hanya kerugian materil yang dialami warga karena peralatan rumah tangga yang hancur dan hanyut.

Bencana banjir bandang yang terjadi kali ini bagaikan tsunami. Air kiriman yang datang dari arah Bogor melewati Sungai Ciberang diawali dengan bunyi gemuruh yang tidak bisa dibendung oleh benda apapun itu merangsek masuk seperti rem blong. 

Begitu derasnya air masuk lewat Sungai Ciberang, ditambah hujan yang tidak henti-hentinya turun sejak tanggal 31 Desember 2019, mengakibat air sungai meluap, dan seluruh rumah yang berada di sekitar bantaran sungai diterjang air yang arusnya cukup deras. 

Tidak ada yang mampu menyelamatkan harta bendanya. Semua penduduk sekitarnya lebih memilih menyelamatkan jiwanya ketimbang harta yang dimilikinya, dan lari ke tempat yang lebih aman. Harta benda berharga seperti sepeda motor, mobil yang sedang parkir "dibiarkan" terseret air, bahkan
beberapa rumah yang terbuat dari kayu juga terbawa hanyut.

Memang tidak hanya Lebak yang ditimpa banjir saat itu, sejumlah daerah khususnya yang dilewati sungai juga mengalami hal serupa seperti di Kabupaten Serang, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Bogor, Bekasi, Cikarang dan DKI Jakarta. Intensitas hujan yang sangat tinggi dalam jarak yang lama dan adanya hutan yang gundul diduga salah satu penyebab terjadinya banjir bandang.  

Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya mengatakan berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat menyebutkan banjir bandang itu telah merusak lebih dari 2.000 rumah tinggal, delapan orang meninggal, 19 unit sekolah rusak, 30 jembatan putus dan jalan mengalami rusak parah.  

Sementara ribuan orang yang rumahnya hilang, rusak berat, sedang dan ringan, mengungsi ke tujuh Posko tempat pengungsian yang disediakan pemerintah setempat dibantu lembaga dan instansi lainnya, sampai waktu yang belum ditentukan.

TNI telah mengerahkan pasukannya sebanyak 210 Personil, dan 322 Personil Polri, untuk membantu mengevakuasi korban bencana yang saat ini ada 433 KK pengungsi yang tersebar di tujuh posko pengungsian. Belum lagi relawan-relawan yang datang dari berbagai daerah dengan sukarela turun membantu utamanya mengangkut makanan sumbangan dari berbagai donatur. 

"Saya mohon ini tolong koordinasikan kepada penanggungjawab posko untuk terus mengupdate jumlah pengungsi dan kebutuhan logistik, agar kita bisa tepat dan akurat untuk distribusikan bantuan," kata bupati menjelaskan.

Bupati menyatakan telah membuat tahapan-tahapan penanggulangan agar apa yang diinginkan tercapai. Tahap awal yaitu telah menyiapkan langkah-langkah penanggulangan berkoordinasi dengan OPD, kementerian terkait, bahkan presiden juga turun tangan menangani warga yang terdampak banjir.

"Langkah pertama menyelamatkan jiwa manusia dulu dengan menyiapkan kebutuhan fisiknya seperti makanan, pakaian dan obat-obatan, serta mendirikan delapan posko tempat pengungsian diutamakan untuk warga yang rumahnya hancur terseret banjir," katanya.

Langkah selanjutnya, kata Iti, sudah menetapkan tanggap darurat selama dua minggu, dan sebelum tanggap darurat tersebut berakhir, warga dipastikan sudah mendapatkan jaminan hidup agar tidak berlama-lama di tempat pengungsian seperti menyewa rumah dari anggaran yang diberikan.

“Baru nantinya kita pikirkan bagaimana membangun kembali hunian-hunian warga yang terdampak,” kata Iti.

Ia juga akan memikirkan mengatasi daerah terisolir karena terputusnya 30 jembatan yang menghubungkan antar kampung dan antar desa, karena dengan kondisi jalan yang juga terputus itu menyulitkan evakuasi makanan sehingga melalui udara terutama di Lebak Gedong.

BPJAMSOSTEK Selalu Hadir

Bantuan kemanusiaan baik dalam bentuk makanan, pakaian, obat-obatan, bahkan peralatan lain seperti genset untuk penerangan mengalir datang dari berbagai penjuru, tidak hanya dari Banten, juga dari luar Banten, tidak hanya dari organisasi, kelembagaan, perusahaan dan pemerintah pusat dan daerah
saja, juga ada secara perorangan.

Tanpa ada yang mengomandoi, hampir tiap hari sejak peristiwa naas itu terjadi, ada saja yang datang ke kantor BPBD setempat mewakili kelompok lembaga, organisasi atau perusahaannya, membawa bantuan makanan, minuman, pakaian dan obat-obatan, tak terkecuali Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
ketenagakerjaan (BPJAMSOSTEK) yang pada hari Rabu (8/1) menyerahkan bantuan serupa kepada Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya.  

BPJAMSOSTEK selalu hadir dalam membantu korban bencana alam yang kali ini memberikan makanan, pakaian dan obat-obatan untuk korban bencana banjir bandang dan longsor di Kabupaten Lebak, Banten, kata Deputi Direktur BPJAMSOSTEK Kanwil Banten Eko Nugriyanto mewakili BPJAMSOSTEK pusat di sela penyerahan bantuan tersebut.

"Kami selalu hadir ketika ada masyarakat atau daerah terdampak bencana, seperti banjir bandang yang menimpa warga Lebak yang terjadi pada 1 Januari lalu ini. Kami sudah siapkan sejumlah makanan, pakaian dan obat-obatan sebagai bantuan awal meringankan beban warga yang terkena bencana," kata Eko
Nugriyanto 

Eko mengatakan bantuan senilai Rp52 juta itu merupakan bantuan awal dari BPJAMSOSTEK, dan kemungkinan akan ada bantuan susulan saat keadaan sudah pulih kembali, atau recovery seperti membuat hunian sementara atau masjid sebagai tempat ibadah seperti yang pernah dilakukan pada bencana di
Lombok, NTB.

Eko berharap musibah itu cepat berlalu, agar warga yang tinggal di tempat pengungsian kembali bisa beraktivitas dan berkarya, apalagi musibah banjir yang tergolong besar dibandingkan sebelum-sebelumnya itu tentu ada yang menjadi peserta BPJAMSOSTEK.

“Awal tahun 2020 ini, musibah banjir yang luar biasa ini tidak hanya menimpa warga Lebak saja, tetapi juga warga Kabupaten Serang, Tangerang, Cikarang, Bogor dan Bekasi dan Jakarta, bahkan diantaranya ada sekitar 200 karyawan BPJAMSOSTEK yang rumahnya terendam banjir,” kata Eko.

BPJAMSOSTEK yang bergerak di bidang sosial ketenagakerjaan dengan menyediakan program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pensiun (JP) tampaknya selalu hadir memberikan bantuan bila ada terjadi bencana besar seperti gempa bumi, tsunami, longsor dan banjir bandang yang bisa menelan korban jiwa dan harta. 

Kepala Kantor BPJAMSOSTEK Cabang Serang Didin Haryono menjelaskan bantuan-bantuan yang diberikan  selama ini adalah sumbangan dari karyawan BPJAMSOSTEK yang dihimpun melalui Yayasan Almaghfiroh bekerjasama dengan Rumah Zakat, termasuk bantuan senilai Rp52 juta yang diberikan untuk korbanbanjir Lebak. 

Didin yang juga Ketua Yayasan Almaghfiroh BPJAMSOSTEK itu menambahkan bantuan serupa juga pernah diberikan kepada ratusan warga baduy yang rumahnya terbakar beberapa bulan yang lalu, dan korbantsunami di Pandeglang pada 22 Desember 2018. 

Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya hanya bisa mengucapkan terima kasih atas bantuan-bantuan yangdiberikan. "Saya hanya bisa mendo'akan semoga Allah SWT membalas jasa bapak dan ibu, serta diberi pahala yang setimpal," katanya.
 

Pewarta: Ridwan Chaidir

Editor : Ridwan Chaidir


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020