Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi menyarankan Badan Urusan Logistik (Bulog) fokus menjaga serta mengontrol ketersediaan pangan, tidak lagi mengurusi hal yang berorientasi pada bisnis.
"Kelembagaan Bulog harus berubah menjadi bagian logistik negara, semacam badan ketahanan atau ketersediaan pangan nasional," katanya saat reses, mengecek ketersediaan beras di Gudang Bulog Karawang, Jawa Barat, Jumat.
Dengan begitu Bulog hanya akan fokus memastikan setiap kebutuhan pokok seperti beras atau daging aman, dan terpenuhi untuk konsumsi masyarakat serta tidak lagi mengejar keuntungan.
Menurut dia, kondisi Bulog yang saat ini dibebani bisnis justru menimbulkan masalah, di antaranya gudangnya penuh karena stok beras medium menumpuk.
“Bulog saat ini ada dua beban. Pertama beban 2,3 juta ton beras medium itu harus dikontrol bagaimana bisa keluar dari gudang agar tidak menumpuk. Kedua, beras premium yang diserap dari petani juga sekarang menjadi beban di gudang,” katanya.
Untuk jangka pendek, Dedi mengusulkan Bulog membuat program penjualan beras premium kepada ASN/PNS, TNI dan Polri sebab beras premium yang dimiliki Bulog kualitasnya sama dengan di pasaran.
Sementara itu untuk jangka panjang, Dedi kembali mengusulkan Bulog mengubah fungsi dengan tak lagi berorientasi pada bisnis.
“Lebih baik fokus untuk ketersediaan pangan saja. Bulog ke depan harus bisa menyiapkan beras berkualitas tinggi. Karena anak-anak kita sekarang terancam stunting,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Bulog Karawang Rusli mengatakan, stok beras di 10 kompleks pergudangan dipastikan aman. Dari kapasitas keseluruhan gudang 140 ribu ton, masih ada sisa 58 ribu ton beras.
“Stok kita aman di angka 58 ribuan ton. Memang kemarin cukup banyak (menumpuk), sekarang sudah dijual dan berkurang,” ucap Rusli.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019
"Kelembagaan Bulog harus berubah menjadi bagian logistik negara, semacam badan ketahanan atau ketersediaan pangan nasional," katanya saat reses, mengecek ketersediaan beras di Gudang Bulog Karawang, Jawa Barat, Jumat.
Dengan begitu Bulog hanya akan fokus memastikan setiap kebutuhan pokok seperti beras atau daging aman, dan terpenuhi untuk konsumsi masyarakat serta tidak lagi mengejar keuntungan.
Menurut dia, kondisi Bulog yang saat ini dibebani bisnis justru menimbulkan masalah, di antaranya gudangnya penuh karena stok beras medium menumpuk.
“Bulog saat ini ada dua beban. Pertama beban 2,3 juta ton beras medium itu harus dikontrol bagaimana bisa keluar dari gudang agar tidak menumpuk. Kedua, beras premium yang diserap dari petani juga sekarang menjadi beban di gudang,” katanya.
Untuk jangka pendek, Dedi mengusulkan Bulog membuat program penjualan beras premium kepada ASN/PNS, TNI dan Polri sebab beras premium yang dimiliki Bulog kualitasnya sama dengan di pasaran.
Sementara itu untuk jangka panjang, Dedi kembali mengusulkan Bulog mengubah fungsi dengan tak lagi berorientasi pada bisnis.
“Lebih baik fokus untuk ketersediaan pangan saja. Bulog ke depan harus bisa menyiapkan beras berkualitas tinggi. Karena anak-anak kita sekarang terancam stunting,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Bulog Karawang Rusli mengatakan, stok beras di 10 kompleks pergudangan dipastikan aman. Dari kapasitas keseluruhan gudang 140 ribu ton, masih ada sisa 58 ribu ton beras.
“Stok kita aman di angka 58 ribuan ton. Memang kemarin cukup banyak (menumpuk), sekarang sudah dijual dan berkurang,” ucap Rusli.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019