Sejumlah tokoh masyarakat dan pendiri Provinsi Banten mendukung salah satu pendiri Mathla’ul Anwar KH Mas Abdurrahman bin Jamal Al-Janakawi diusulkan sebagai Pahlawan Nasional.

Dukungan para tokoh masyarakat Banten tersebut dibuktikan dengan tandatangan dukungan dalam seminar usulan pahlawan nasional terhadap pendiri Mathla’ul Anwar KH Mas Abdurrahman bin Jamal Al-Janakawi, di Pendopo Gubernur Banten di Serang, Rabu.

Sejumlah tokoh Banten yang menandatangani dukungan tersebut yakni salah seorang tokoh pendiri Provinsi Banten KH Embay Mulya Syarief, Mantan Rektor Untirta Prof Soleh Hidayat, AKBP Widya, KH Ahmad Sadeli Karim, Dr Ali Nurdin, Irsjad Djuweli, KH Zaenal Abidin Suja'i, Babay Sujawandi, Dr Mufti Ali serta sejumlah tokoh lainnya. Penandatangan dukungan tersebut disaksikan Plt Asda I Pemprov Banten Samsir yang mewakili Gubernur Banten Wahidin Halim.

"KH Mas Abdurrahaman sangat layak diusulkan sebagai Pahlawan Nasional atas jasa-jasanya dalam mendirikan dan membesarkan madrasah yang sampai saat ini sudah tersebar hampir di seluruh provinsi. Mudah-mudahan prosesnya bisa seperti usulan Kyai Syam'un yang sudah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional," kata KH Embay Mulya Syarif saat menjadi narasumber dalam seminar yang dipandu wartawan senior Aat Surya Syafaat.

Sementara Ketua PB Mathlaul Anwar KH Sadeli Karim mengatakan, usulan pahlawan nasional terhadap KH Mas Abdurachman tersebut sebagai tindaklanjut dari rekomendasi Rakernas Mathla’ul Anwar 2019 itu, kemudian Pengurus Besar Mathla’ul Anwar (PBMA) menyelenggarakan Seminar Usulan Pahlawan Nasional bagi KH Mas Abdurrahman pada 28 November 2019 atas kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Pandeglang, bertempat di Pendopo Kabupaten Pandeglang.

"Kita juga sudah menyelenggarakan seminar di Jakarta, Kalimantan Barat dan hari ini di Banten. Nanti kita juga akan selenggarakan di Jawa Barat," kata KH Sadeli Karim.

Ia mengatakan, KH Mas Abdurachman adalah tokoh pendiri Math'laul Anwar yang juga banyak ormas-ormas islam lainnya yang pada awalnya berinduk ke Mathla'ul Anwar. Sehingga dengan usulan pahlawan nasional ini bukan hanya merupakan kebanggan bagi warga Mathla'ul Anwar, akan tetapi kebanggan masyarkat Banten dan Indonesia pada umumnya.

Sadeli mengatakan, seminar Usulan Calon Pahlawan Nasionall di daerah pengusul itu sendiri adalah salah satu prasyarat yang ditentukan UU Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (GTK). Dari seminar itu ada rekomendasi dari Bupati Pandeglang kepada Gubernur Banten untuk mengusulkan secara resmi KH Mas Abdurrahman bin Jamal sebagai Pahlawan Nasional.

"Selanjutnya dari seminar ini nanti Gubernur Banten akan mengusulkan secara resmi KH Mas Abdurrahman bin Jamal sebagai Pahlawan Nasional kepada Presiden melalui Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan, dengan Surat Pengantar dari Dinas Sosial Provinsi. Rekomendasi usulan Pahlawan Nasional dari Gubernur itu akan disampaikan setelah adanya hasil sidang Tim Peneliti, Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) tingkat Provinsi," kata Sadeli Karim.

Ia mengatakan, KH Mas Abdurrahman bin Jamal Al-Janakawi itu memang layak mendapatkan penghargaan sebagai Pahlawan Nasional. Alasannya, almarhum adalah tokoh pendidikan terkemuka di Banten, dan ulama Banten itu semasa hidupnya juga aktif dalam perjuangan kemerdekaan RI dan juga dalam pengembangan pendidikan.

Rekam jejak sejarah menunjukkan, KH Mas Abdurrahman bersama rekannya, KH E Mohammad Yasin dan KH Tb Mohammad Sholeh, dibantu oleh sejumlah ulama dan tokoh masyarakat di daerah Menes mendirikan Mathla’ul Anwar pada 10 Ramadhan 1334 Hijriah atau 10 Juli 1916.

Mathla’ul Anwar didirikan berselang empat tahun setelah berdirinya Muhammadiyah serta sepuluh tahun lebih awal dibanding Nahdlatul Ulama (NU). Muhammadiyah dirikan pada 18 Nopember 1912 di Yogyakarta oleh KH Ahmad Dahlan dan NU pada 31 Januari 1926 di Surabaya oleh KH Hasyim Asy’ari.

Kini dalam usianya yang mencapai 103 tahun, Mathla’ul Anwar telah memiliki pengurus wilayah di 30 provinsi, 63 perguruan, dan ribuan madrasah di seluruh Indonesia, bahkan telah memiliki perguruan tinggi, yakni Universitas Mathla’ul Anwar (UNMA). UNMA saat ini merupakan salah satu perguruan tinggi swasta terkemuka di Provinsi Banten,

Sementara sejarawan Banten Dr Mufti Ali mengatakan, KH Mas Abdurachman dari sisi sejarah itu paling banyak kontribusinya pada tataran ide untuk pengentasan kebodohan, kemudian berjuang dari sisi model pendidikan modern melalui pendirian madrasah.

"Kemudian KH Mas Abdurrahman ini menginspirasi para kadernya untuk berjuang melawan musuh pada jaman kolonialisme Belanda. Makanya tadi dalam sejarahnya anaknya itu tertembak," kata Mufti Ali.

Mufti mengatakan, dengan ratusan bahkan ribuan cabang madrasah Mathla'ul Anwar  yang tersebar di seluruh Indonesia saat ini, hal itu bukan hal yang mudah dalam perjuangan dan dari ide seorang KH Mas Abdurachman dalam pengembangan pendidikan madrasah di Indonesia, khususnya di Banten.

 "Ketika KI Hajar Dewantara menjadi tokoh pahlawan nasional, itu punya cabang dibawah 40an. Ini jumlahnya ribua, maka kalau bicara kontribusi terhadap NKRI itu tidak main-main. Jadi sangat layak menjadi Pahlawan Nasional," kata Mufti Ali.

Narasumber lainnya sejarawan Bonnie Triyana mengatakan, kalau melihat dari definisi pahlawan nasional memang ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, termasuk KH Mas Abdurachman punya sosial impact apa di dalam perannya. Ini yang harus dibuktikan sebagai syarat-syarat untuk mengusulkan Pahlawan Nasional ini termasuk hasil seminar ini.

"Saya pikir dengan adanya usulan KH Mas Abdurachman ini, akan memperkaya sumbangan Banten untuk Repulblik Indonesia. Karena sebelumnya sudah ada beberapa nama usulan dari Banten ini yang ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional," kata Bonnie pada seminar yang dihadiri ratusan peserta dari warga Mathla'ul Anwar, pelajar dan mahasiswa di Banten.



 

Pewarta: Lukman Hakim

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019