Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur memastikan komoditas telur ayam hasil peternakan di daerahnya bebas dari kontaminasi sehingga aman dikonsumsi.
"Telur-telur kami aman dan bebas dari pencemaran dioksin. Masyarakat tidak perlu resah," kata Agung Sudjatmiko, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek, di Trenggalek, Jumat.
Untuk meyakinkan bahwa komoditas telur di daerahnya aman konsumsi, Dispertapan Trenggalek menggelar kampanye gemar minum susu dan makan telur di sejumlah sekolah setempat.
Seperti yang mereka lakukan di SDN Rejowinangun, Jumat pagi, warga diajak mengonsumsi susu segar dan telur hasil peternakan daerah itu.
"Jangan ragu untuk makan telur, karena selain enak, telur memiliki protein cukup yang dibutuhkan oleh tubuh kita," kata Agung.
Kejadian yang sempat viral karena peneliti dari Jaringan Kesehatan Lingkungan Global (IPEN) bersama dengan Asosiasi Arnika dan beberapa Organisasi lokal Indonesia lainnya merilis laporan "Plastic Waste Poisons Indonesia’s Food Chain" di sebuah media daring, yang membuat opini tidak baik terhadap komoditas telur di Jawa Timur.
"Temuan tersebut, terjadi di Trosobo Sidoarjo karena ayam yang dipelihara liar di tumpukan sampah. Semua ini tidak bisa dipukul rata, kualitas telur di Jatim seperti itu," katanya.
Perlakuan, cara beternak dan kualitas kandang maupun pakan juga menentukan kualitas dari telur telur yang dihasilkan, ujarnya.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Agung, jenis unggas yang dapat menghasilkan telur terdiri dari ayam ras petelur (ayam layer); ayam buras (ayam kampung), itik, entok dan burung puyuh.
Sedangkan populasi unggas yang menghasilkan telur di Jawa Timur pada tahun 2018 adalah 97,4 juta ekor berkontribusi 28 persen terhadap populasi unggas Nasional dengan rincian, ayam buras (kampung) sebanyak 20.148.523 ekor, ayam ras petelur (layer) sebanyak 49.509.791 ekor.
Sedangkan unggas lain seperti itik sebanyak 5.816.943 ekor, enthok sebanyak 1.522.663 ekor dan burung puyuh sebanyak 3.817.652 ekor.
Dijelaskan, metode pemeliharaan ayam ras petelur dan buruh puyuh 100 persen dikandangkan secara intensif sedangkan ayam buras (kampung), itik dan entok untuk penghasil telur 80 persen dikandangkan dan 20 persen masih umbaran.
Dari data tersebut telur konsumsi dengan pemeliharaan diumbar cukup kecil, hanya 7,5 persen sedangkan 92,5 persen telah menerapkan "good farming practices".
Artinya pemeliharaannya sudah menerapkan cara pemeliharaan yang baik dengan pakan yang memiliki NPP (Nomor Pendaftaran Pakan).
Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dispertapan Kabupaten Trenggalek drh. Ririn Hari Setiani, menambahkan, pasokan telur di daerahnya raya-rata berasal dari dalam Trenggalek sendiri dan beberapa daerah di Karisidenan Kediri, seperti Tulungagung, Kediri Maupun Blitar.
Sedangkan permintaan pasar terhadap telur di Trenggalek juga cukup tinggi.
Tidak hanya melakukan upaya preventif dengan serangkaian kegiatan sosialisasi, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek juga melakukan pemeriksaan di lapangan dan melakukan uji laboratorium di UPT Laboratorium Keswan Provinsi Jawa Timur di Malang.
"Kita mengambil beberapa sampel telur dari beberapa pasar di Trenggalek untuk dilakukan pengujian dan hasilnya nihil dari dioksin," kata dokter hewan ini. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019
"Telur-telur kami aman dan bebas dari pencemaran dioksin. Masyarakat tidak perlu resah," kata Agung Sudjatmiko, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek, di Trenggalek, Jumat.
Untuk meyakinkan bahwa komoditas telur di daerahnya aman konsumsi, Dispertapan Trenggalek menggelar kampanye gemar minum susu dan makan telur di sejumlah sekolah setempat.
Seperti yang mereka lakukan di SDN Rejowinangun, Jumat pagi, warga diajak mengonsumsi susu segar dan telur hasil peternakan daerah itu.
"Jangan ragu untuk makan telur, karena selain enak, telur memiliki protein cukup yang dibutuhkan oleh tubuh kita," kata Agung.
Kejadian yang sempat viral karena peneliti dari Jaringan Kesehatan Lingkungan Global (IPEN) bersama dengan Asosiasi Arnika dan beberapa Organisasi lokal Indonesia lainnya merilis laporan "Plastic Waste Poisons Indonesia’s Food Chain" di sebuah media daring, yang membuat opini tidak baik terhadap komoditas telur di Jawa Timur.
"Temuan tersebut, terjadi di Trosobo Sidoarjo karena ayam yang dipelihara liar di tumpukan sampah. Semua ini tidak bisa dipukul rata, kualitas telur di Jatim seperti itu," katanya.
Perlakuan, cara beternak dan kualitas kandang maupun pakan juga menentukan kualitas dari telur telur yang dihasilkan, ujarnya.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Agung, jenis unggas yang dapat menghasilkan telur terdiri dari ayam ras petelur (ayam layer); ayam buras (ayam kampung), itik, entok dan burung puyuh.
Sedangkan populasi unggas yang menghasilkan telur di Jawa Timur pada tahun 2018 adalah 97,4 juta ekor berkontribusi 28 persen terhadap populasi unggas Nasional dengan rincian, ayam buras (kampung) sebanyak 20.148.523 ekor, ayam ras petelur (layer) sebanyak 49.509.791 ekor.
Sedangkan unggas lain seperti itik sebanyak 5.816.943 ekor, enthok sebanyak 1.522.663 ekor dan burung puyuh sebanyak 3.817.652 ekor.
Dijelaskan, metode pemeliharaan ayam ras petelur dan buruh puyuh 100 persen dikandangkan secara intensif sedangkan ayam buras (kampung), itik dan entok untuk penghasil telur 80 persen dikandangkan dan 20 persen masih umbaran.
Dari data tersebut telur konsumsi dengan pemeliharaan diumbar cukup kecil, hanya 7,5 persen sedangkan 92,5 persen telah menerapkan "good farming practices".
Artinya pemeliharaannya sudah menerapkan cara pemeliharaan yang baik dengan pakan yang memiliki NPP (Nomor Pendaftaran Pakan).
Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dispertapan Kabupaten Trenggalek drh. Ririn Hari Setiani, menambahkan, pasokan telur di daerahnya raya-rata berasal dari dalam Trenggalek sendiri dan beberapa daerah di Karisidenan Kediri, seperti Tulungagung, Kediri Maupun Blitar.
Sedangkan permintaan pasar terhadap telur di Trenggalek juga cukup tinggi.
Tidak hanya melakukan upaya preventif dengan serangkaian kegiatan sosialisasi, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek juga melakukan pemeriksaan di lapangan dan melakukan uji laboratorium di UPT Laboratorium Keswan Provinsi Jawa Timur di Malang.
"Kita mengambil beberapa sampel telur dari beberapa pasar di Trenggalek untuk dilakukan pengujian dan hasilnya nihil dari dioksin," kata dokter hewan ini. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019