Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat mencatat kunjungan wisatawan asing ke provinsi itu pada September 2019 mencapai 4.435 orang atau mengalami penurunan 25,90 persen persen dibandingkan Agustus 2019 yang mencapai 5.985 orang.

"Karena sudah berakhirnya musim liburan pada Agustus kunjungan wisatawan asing ke Sumbar mengalami penurunan pada September 2019," kata Kepala BPS Sumbar Sukardi di Padang, Minggu.

Ia menyebutkan kunjungan wisatawan asing pada September 2019 memberikan kontribusi sebesar 0,32 persen terhadap total wisman yang berkunjung ke Indonesia sebanyak 1.400.369 orang.

Sukardi menyampaikan pada September 2019 kunjungan masih didominasi oleh wisatawan asal Malaysia sebanyak 3.160 orang, Australia 329 orang, dan Amerika Serikat 87 orang.

Kemudian, Singapura 66 orang, Inggris 51 orang, Selandia Baru 51 orang, Brazil 51 orang, Perancis 47 orang, China 41 orang, Jerman 30 dan negara lainnya 522 orang.

Ia memastikan jumlah yang terdata tersebut adalah mereka yang masuk melalui imigrasi di Bandara Internasional Minangkabau, jika sebelumnya dari Jakarta atau Medan maka akan di data di bandara kedatangan.

Sebelumnya Bank Indonesia perwakilan Sumatera Barat menilai pariwisata merupakan roh penggerak ekonomi di provinsi itu akan tetapi sektor tersebut belum tergarap secara optimal.

"Hampir semua wisatawan yang datang ke Sumbar memuji dan mengagumi keindahan alamnya, akan tetapi belum dieksplorasi secara mendalam," kata Kepala BI perwakilan Sumbar Wahyu Purnama.

Menurutnya kendati alam Sumbar diakui keindahannya namun selama ini belum optimal dalam mempromosikannya.

Gubernur perlu bersinergi dengan bupati dan wali kota untuk mempromosikan potensi wisata yang ada di daerah ini, kata dia.

Ia mengusulkan perlu dicanangkan tahun wisata dengan mengambil sejumlah even strategis seperti Festival Tabuik, Festival Kebudayaan Minangkabau, hingga karnaval songket di Sawahlunto.

Wahyu menyampaikan salah satu yang sedang dilakukan saat ini adalah membuat konsep pengembangan pariwisata Sumbar.

Pada sisi lain ia melihat pengembangan pariwisata di Sumbar sejalan dengan pengembangan ekonomi syariah.

Untuk pengembangan ekonomi syariah itu sederhana cukup semua hotel yang ada memiliki arah penunjuk kiblat, tersedia toilet yang bersih, ada mushala dan masjid yang bagus serta ada logo halal di rumah makan, kata dia.

Dalam hal ini pemerintah kabupaten kota bisa mengadakan kompetisi toilet dan mushala bersih di kawasan objek wisata, kata dia.

Kemudian terkait dengan investasi dari luar dalam pengembangan pariwisata ia optimistis sebenarnya potensi ekonomi kreatif yang ada di Sumbar sudah cukup.

Kalau untuk membangun hotel dan restoran investor lokal mampu, jadi fokus pengembangan ekonomi kreatif bukan investasi asing dalam jumlah besar, katanya.

Ia menambahkan jika sektor pariwisata berkembang hotel akan tumbuh, kuliner berkembang dan produk UKM akan laris sehingga ekonomi menjadi tumbuh.

Pewarta: Ikhwan Wahyudi

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019