Badan Restorasi Gambut (BRG) terus mengintensifkan upaya pemulihan lahan gambut di Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau, yang merupakan pulau terdepan di wilayah barat Indonesia dan berbatasan langsung dengan negeri jiran Malaysia.
"BRG berkomitmen untuk mengintensifkan upaya restorasi gambut terutama di wilayah gambut terdepan yang berdekatan dengan Negara tetangga. Salah satu yang menjadi perhatian adalah Pulau Rupat di Riau," kata Kepala BRG Nazir Foead dalam kunjungan kerjanya ke Pulau Rupat, Kamis pagi.
Dia mengatakan BRG melaksanakan tiga program pemulihan gambut di Pulau Rupat, yang pada awal tahun ini luluh lantak dihajar kebakaran hutan dan lahan hingga menghanguskan ratusan hektare gambut.
Ketiga program itu yaitu rewetting (pembasahan gambut rusak), revegetation (revegetasi) dan revitalization (revitalisasi ekonomi). "Ketiga program dilaksanakan secara bersamaan untuk mempercepat upaya restorasi dari segala aspek di daerah ini.” ujarnya.
Dia menuturkan jika BRG menutup 25 hektare lahan gambut bekas terbakar yang berada di Pulau Rupat dengan pola penanaman maksimal yang dilakukan secara swakelola oleh kelompok masyarakat setempat.
Menurut Nazir, revegetasi merupakan salah satu upaya BRG untuk memulihkan lahan gambut melalui penanaman benih endemik dan adaptif pada lahan gambut terbuka. Pengayaan penanaman pada kawasan hutan gambut terdegradasi, serta peningkatan dan penerapan teknik agen penyebar benih untuk mendorong regenerasi vegetasi dan
mengembalikan fungsi gambut.
Pada tahun 2019, BRG juga terus melakukan pembangunan infrastruktur pembasahan gambut dengan membangun sebanyak 76 unit sekat kanal dibangun di Pulau Rupat yang tersebar di Desa Pergam (21 unit), Desa Sri Tanjung (20 unit), Desa Sukarjo Mesim (11 unit), Desa Teluk Lecah (13 unit), dan Desa Terkul (11 unit).
Pembangunan sekat kanal tersebut dilakukan secara swakelola oleh kelompok masyarakat yakni Pokmas Binaan Khusus (di Desa Pergam), Pokmas Tanjung Permata Gambut (di Desa Sri Tanjung), Pokmas KMPG Mastari Jaya (di Desa Sukarjo Mesim), Pokmas Mulia Jaya (di Desa Teluk Lecah), Pokmas Harapan Baru (di Desa Terkul), Pokmas Mandiri (di Desa Pergam) dan Pokmas Tanjung Makmur (di Desa Sri Tanjung).
Infrastruktur yang dibangun oleh BRG untuk merestorasi gambut juga dibarengi dengan program revitalisasi ekonomi kepada masyarakat sekitar ekosistem gambut.
“Selain untuk memulihkan lahan bekas terbakar, revitalisasi ekonomi berfungsi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat
setempat,” tambah Nazir.
Program revitalisasi ekonomi dilakukan dalam bentuk budi daya nanas di Kelurahan Terkul (Pokmas Tani Bunga Raya), pengadaan peralatan pengolahan kerupuk ikan dan udang di Desa Sri Tanjung (Pokmas Bina Mandiri).
Selanjutnya pengadaan peralatan pengolahan buah nanas di Desa Sri Tanjung (Pokmas Tanjung Berseri), usaha ternak sapi di Desa Sukarjo Mesim (Mesim Maju Jaya).
Selain itu, revitalisasi ekonomi juga mencakup pengolahan ikan menjadi kerupuk ikan di Desa Teluk Lencah (Kerupuk Lestari), pengolahan biji kopi menjadi kopi bubuk di Desa Teluk Lencah (Telajak Laris), usaha ternak ayam potong di Desa Pergam (Ternak Bina Bersama), dan usaha ternak kambing di Desa Parit Kebumen (Berkah Bersama).
Sepanjang 2019 ini, BRG menargetkan pembangunan 303 unit sekat kanal dan 400 sumur bor sebagai upaya untuk merestorasi lahan gambut. Selain itu, BRG juga memprioritaskan revegetasi 120 hektare lahan di Kabupaten Siak, Indragiri Hulu, Bengkalis, Pelalawan, Rokan Hilir, Kota Dumai dan Kampar. BRG turut menargetkan pembentukan 55 paket revitalisasi ekonomi masyarakat di Provinsi Riau.
Pulau Rupat merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bengkalis. Pada awal Februari 2019 lalu, Pulau yang berada di bibir Selat Malaka itu terbakar hebat. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat memperkirakan luas lahan yang terbakar mencapai lebih 200 hektare.
Kebakaran lahan di Pulau Rupat berdampak pada kabut asap yang menyelimuti Kota Dumai medio Februari ini. Bahkan, Pemko Dumai sempat meliburkan siswa-siswi dari aktivitas belajar mengajar di sekolah karena kualitas udara yang memburuk.
Insiden kebakaran lahan di Rupat, berdasarkan catatan Antara juga pernah terjadi pada 2018, dan kembali terulang pada tahun ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019
"BRG berkomitmen untuk mengintensifkan upaya restorasi gambut terutama di wilayah gambut terdepan yang berdekatan dengan Negara tetangga. Salah satu yang menjadi perhatian adalah Pulau Rupat di Riau," kata Kepala BRG Nazir Foead dalam kunjungan kerjanya ke Pulau Rupat, Kamis pagi.
Dia mengatakan BRG melaksanakan tiga program pemulihan gambut di Pulau Rupat, yang pada awal tahun ini luluh lantak dihajar kebakaran hutan dan lahan hingga menghanguskan ratusan hektare gambut.
Ketiga program itu yaitu rewetting (pembasahan gambut rusak), revegetation (revegetasi) dan revitalization (revitalisasi ekonomi). "Ketiga program dilaksanakan secara bersamaan untuk mempercepat upaya restorasi dari segala aspek di daerah ini.” ujarnya.
Dia menuturkan jika BRG menutup 25 hektare lahan gambut bekas terbakar yang berada di Pulau Rupat dengan pola penanaman maksimal yang dilakukan secara swakelola oleh kelompok masyarakat setempat.
Menurut Nazir, revegetasi merupakan salah satu upaya BRG untuk memulihkan lahan gambut melalui penanaman benih endemik dan adaptif pada lahan gambut terbuka. Pengayaan penanaman pada kawasan hutan gambut terdegradasi, serta peningkatan dan penerapan teknik agen penyebar benih untuk mendorong regenerasi vegetasi dan
mengembalikan fungsi gambut.
Pada tahun 2019, BRG juga terus melakukan pembangunan infrastruktur pembasahan gambut dengan membangun sebanyak 76 unit sekat kanal dibangun di Pulau Rupat yang tersebar di Desa Pergam (21 unit), Desa Sri Tanjung (20 unit), Desa Sukarjo Mesim (11 unit), Desa Teluk Lecah (13 unit), dan Desa Terkul (11 unit).
Pembangunan sekat kanal tersebut dilakukan secara swakelola oleh kelompok masyarakat yakni Pokmas Binaan Khusus (di Desa Pergam), Pokmas Tanjung Permata Gambut (di Desa Sri Tanjung), Pokmas KMPG Mastari Jaya (di Desa Sukarjo Mesim), Pokmas Mulia Jaya (di Desa Teluk Lecah), Pokmas Harapan Baru (di Desa Terkul), Pokmas Mandiri (di Desa Pergam) dan Pokmas Tanjung Makmur (di Desa Sri Tanjung).
Infrastruktur yang dibangun oleh BRG untuk merestorasi gambut juga dibarengi dengan program revitalisasi ekonomi kepada masyarakat sekitar ekosistem gambut.
“Selain untuk memulihkan lahan bekas terbakar, revitalisasi ekonomi berfungsi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat
setempat,” tambah Nazir.
Program revitalisasi ekonomi dilakukan dalam bentuk budi daya nanas di Kelurahan Terkul (Pokmas Tani Bunga Raya), pengadaan peralatan pengolahan kerupuk ikan dan udang di Desa Sri Tanjung (Pokmas Bina Mandiri).
Selanjutnya pengadaan peralatan pengolahan buah nanas di Desa Sri Tanjung (Pokmas Tanjung Berseri), usaha ternak sapi di Desa Sukarjo Mesim (Mesim Maju Jaya).
Selain itu, revitalisasi ekonomi juga mencakup pengolahan ikan menjadi kerupuk ikan di Desa Teluk Lencah (Kerupuk Lestari), pengolahan biji kopi menjadi kopi bubuk di Desa Teluk Lencah (Telajak Laris), usaha ternak ayam potong di Desa Pergam (Ternak Bina Bersama), dan usaha ternak kambing di Desa Parit Kebumen (Berkah Bersama).
Sepanjang 2019 ini, BRG menargetkan pembangunan 303 unit sekat kanal dan 400 sumur bor sebagai upaya untuk merestorasi lahan gambut. Selain itu, BRG juga memprioritaskan revegetasi 120 hektare lahan di Kabupaten Siak, Indragiri Hulu, Bengkalis, Pelalawan, Rokan Hilir, Kota Dumai dan Kampar. BRG turut menargetkan pembentukan 55 paket revitalisasi ekonomi masyarakat di Provinsi Riau.
Pulau Rupat merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bengkalis. Pada awal Februari 2019 lalu, Pulau yang berada di bibir Selat Malaka itu terbakar hebat. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat memperkirakan luas lahan yang terbakar mencapai lebih 200 hektare.
Kebakaran lahan di Pulau Rupat berdampak pada kabut asap yang menyelimuti Kota Dumai medio Februari ini. Bahkan, Pemko Dumai sempat meliburkan siswa-siswi dari aktivitas belajar mengajar di sekolah karena kualitas udara yang memburuk.
Insiden kebakaran lahan di Rupat, berdasarkan catatan Antara juga pernah terjadi pada 2018, dan kembali terulang pada tahun ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019