Jajaran TNI Angkatan Udara meminta para pengungsi Wamena dan Ilaga di Timika, Provinsi Papua untuk bersabar menunggu jadwal pemberangkatan mereka ke daerah asal menggunakan pesawat Hercules.
"Sedikit demi sedikit bapak-ibu sekalian nanti kami berangkatkan sesuai kota tujuan. Tentunya yang diprioritaskan terlebih dahulu yaitu mereka yang sudah lebih dahulu didaftarkan. Semuanya akan diatur oleh Komandan Lanud Timika," kata Panglima Komando Operasi Angkatan Udara III Marsekal Madya TNI Andyawan Martono di Timika, Selasa.
Pada Selasa siang, Andyawan Martono bersama Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Herman Asaribab serta Pangkoarmada III Laksda TNI I Nyoman Gede Ariawan, Komandan Lantamal XI/Merauke Brigjen TNI (Mar) Lukman serta Wakapolda Papua Brigjen Polisi Jacobus Marjuki menemui ratusan pengungsi Wamena dan Ilaga di Gedung Tongkonan Ikatan Keluarga Toraja Kabupaten Mimika di Jalan Sam Ratulangi Timika.
Andyawan mengatakan semenjak pecah kerusuhan massa di Wamena, Ibu Kota Kabupaten Jayawijaya pada 23 September lalu, terdapat lebih dari 10 ribu pengungsi yang eksodus ke Jayapura, Biak dan Timika.
Dari jumlah pengungsi sebanyak itu, katanya, baru sebagian yang bisa diberangkatkan ke Makassar (Sulsel), Jawa Timur dan Jakarta dengan pesawat Hercules.
"Pesawat ini juga membawa banyak pengungsi dari Biak dan Jayapura sehingga pengungsi yang berangkat dari Timika memang dibatasi. Tapi sedikit demi sedikit semoga semuanya bisa kita berangkatkan ke daerah asal masing-masing," ujarnya.
Ia meminta bantuan para pengungsi untuk memahami dan menjaga keamanan selama penerbangan dengan pesawat Hercules.
Pesawat angkut milik TNI AU itu, katanya, tidak bisa mengangkut penumpang melebihi kapasitas yang ditentukan.
Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen Herman Asaribab meminta Komandan Kodim 1710 Mimika bersama Kapolres Mimika agar mendata secara baik para pengungsi yang hendak diberangkatkan menuju daerah asal mereka.
"Tolong didata dengan baik lalu berkoordinasi dengan Komandan Lanud Timika dan selanjutnya Komandan Lanud Timika melapor ke Pangkoops AU III untuk proses pengangkutan para pengungsi ini," katanya.
Pangdam mengatakan hingga kini di Jayapura masih terdapat sekitar 4.000-an orang pengungsi Wamena yang minta dipulangkan ke daerah asalnya.
"Persoalan kita kapasitas angkut pesawat Hercules hanya 180 orang. Dengan barang-barang yang dibawa pengungsi paling jumlah yang bisa diberangkatkan sekali penerbangan hanya sekitar 150 orang. Kalau kapal, semua bisa naik, tapi kalau pesawat faktor keamanan dan keselamatan penerbangan itu harus dijaga betul," demikian Herman Asaribab.
Hingga kini Gedung Tongkonan IKT Mimika masih menampung sebanyak 119 pengungsi Wamena dan Ilaga yang merupakan warga asal Toraja, Sulawesi Selatan.
Adapun pengungsi Wamena yang hingga kini ditampung di Sekretariat Persatuan Warga Pati Timika sebanyak sembilan orang yang hendak menuju Jawa dan dua lainnya merupakan warga asal NTT dan warga asal Jawa yang hendak pulang ke Nabire dan Banda, Maluku.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019
"Sedikit demi sedikit bapak-ibu sekalian nanti kami berangkatkan sesuai kota tujuan. Tentunya yang diprioritaskan terlebih dahulu yaitu mereka yang sudah lebih dahulu didaftarkan. Semuanya akan diatur oleh Komandan Lanud Timika," kata Panglima Komando Operasi Angkatan Udara III Marsekal Madya TNI Andyawan Martono di Timika, Selasa.
Pada Selasa siang, Andyawan Martono bersama Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Herman Asaribab serta Pangkoarmada III Laksda TNI I Nyoman Gede Ariawan, Komandan Lantamal XI/Merauke Brigjen TNI (Mar) Lukman serta Wakapolda Papua Brigjen Polisi Jacobus Marjuki menemui ratusan pengungsi Wamena dan Ilaga di Gedung Tongkonan Ikatan Keluarga Toraja Kabupaten Mimika di Jalan Sam Ratulangi Timika.
Andyawan mengatakan semenjak pecah kerusuhan massa di Wamena, Ibu Kota Kabupaten Jayawijaya pada 23 September lalu, terdapat lebih dari 10 ribu pengungsi yang eksodus ke Jayapura, Biak dan Timika.
Dari jumlah pengungsi sebanyak itu, katanya, baru sebagian yang bisa diberangkatkan ke Makassar (Sulsel), Jawa Timur dan Jakarta dengan pesawat Hercules.
"Pesawat ini juga membawa banyak pengungsi dari Biak dan Jayapura sehingga pengungsi yang berangkat dari Timika memang dibatasi. Tapi sedikit demi sedikit semoga semuanya bisa kita berangkatkan ke daerah asal masing-masing," ujarnya.
Ia meminta bantuan para pengungsi untuk memahami dan menjaga keamanan selama penerbangan dengan pesawat Hercules.
Pesawat angkut milik TNI AU itu, katanya, tidak bisa mengangkut penumpang melebihi kapasitas yang ditentukan.
Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen Herman Asaribab meminta Komandan Kodim 1710 Mimika bersama Kapolres Mimika agar mendata secara baik para pengungsi yang hendak diberangkatkan menuju daerah asal mereka.
"Tolong didata dengan baik lalu berkoordinasi dengan Komandan Lanud Timika dan selanjutnya Komandan Lanud Timika melapor ke Pangkoops AU III untuk proses pengangkutan para pengungsi ini," katanya.
Pangdam mengatakan hingga kini di Jayapura masih terdapat sekitar 4.000-an orang pengungsi Wamena yang minta dipulangkan ke daerah asalnya.
"Persoalan kita kapasitas angkut pesawat Hercules hanya 180 orang. Dengan barang-barang yang dibawa pengungsi paling jumlah yang bisa diberangkatkan sekali penerbangan hanya sekitar 150 orang. Kalau kapal, semua bisa naik, tapi kalau pesawat faktor keamanan dan keselamatan penerbangan itu harus dijaga betul," demikian Herman Asaribab.
Hingga kini Gedung Tongkonan IKT Mimika masih menampung sebanyak 119 pengungsi Wamena dan Ilaga yang merupakan warga asal Toraja, Sulawesi Selatan.
Adapun pengungsi Wamena yang hingga kini ditampung di Sekretariat Persatuan Warga Pati Timika sebanyak sembilan orang yang hendak menuju Jawa dan dua lainnya merupakan warga asal NTT dan warga asal Jawa yang hendak pulang ke Nabire dan Banda, Maluku.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019