Kabut dan asap akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) melanda Kota Pekanbaru, Riau, dan sekitarnya makin pekat mengakibatkan empat mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (FKIP) Universitas Riau harus menjalani perawatan di RS Universitas Riau (UR).

"Saat dibawa ke RS UR pada siang hari hanya tiga mahasiswa, namun selang beberapa jam atau sebelum Ashar kemudian bertambah seorang lagi, namun kini sudah mendapat penanganan intensif tim medis RS UR," kata Nurul Pratiwi, Bupati Himpunan Mahasiswa PGSD Universitas Riau kepada Antara, di Pekanbaru Selasa.

Menurut Nurul, tiga mahasiswa tersebut berasal dari FKIP UR yakni Ayu Indah dan Tri Nobel yang masih berstatus mahasiswa baru jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PGPAUD) dan Widia Tresha mahasiswa baru jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).

Sedangkan korban lainnya yang terpapar kabut asap tebal, katanya menyebutkan yakni Afika Afri Islami, mahasiswa angkatan 2017.

"Kalau Nobel dan Ayu memang sudah ada riwayat asma, tapi sebelumnya tidak pernah kambuh, namun hari ini asap pekat sekali, dan saat menunggu jam kuliah berikutnya maka mereka langsung kambuh," kata Nurul.

Nurul menjelaskan, kejadian ini bermula saat mahasiswa menunggu jam dimulainya perkuliahan, dan ketika dosen belum sempat masuk dan memberi materi, Afika dan Nobel mengalami sesak nafas akut hingga tidak sadarkan diri.

Kasus serupa disusul berikutnya, pada pukul 15.00 WIB Ayu Indah juga mengalami hal yang serupa hingga dirujuk ke RS Universitas Riau. Selang beberapa menit kemudian, Widia mahasiswa PGPAUD, juga merasakan sesak nafas akut sulit untuk makan dan minum, hingga tidak sadarkan diri ketika jam mata kuliah berlangsung.

"Kendati jam kuliah masih berlangsung, Ayu Indah dibawa segera ke RS dan kuliah otomatis dibubarkan. Mahasiswa yang menghirup asap tebal sudah banyak yang mengeluh dari kemarin, tapi yang pingsan dan membutuhkan perawatan intensif baru hari ini," ujar Muhammad Haekal S. Nasution, Bupati Himaprodi PGSD UR.

Haekal juga mengatakan hingga saat ini belum ada respon langsung dari dosen ataupun internal kampus terkait sejumlah mahasiswa yang dilarikan akibat kabut asap ini. Meskipun sudah disebarkan berita di WhatsApp grup dengan anggotanya Ketua Kelembaggan Himpunan Mahasiswa dan sejumlah dekan dan dosen.

Untuk anggaran pengobatan korban, kata Haekal, masih menjadi ditanggung oleh uang pribadi mahasiswa yang sakit tersebut.

Atas kasus yang merugikan mahasiswa tersebut, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unri, sudah berkonsolidasi ke bagian Rektorat UR dan berharap kampus menanggapi serius dengan mengeluarkan kebijakan meliburkan perkuliahan.

"Kami berharap Rektorat menetapkan libur perkuliahan karena kita juga berhak kuliah dengan udara yang sehat, apa bedanya dengan pelajar SD yang diliburkan kini, sebab sama-sama bernapas dengan paru-paru," kata Haekal.*



 

Pewarta: Frislidia

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019