Anggota Komisi V DPR RI Bambang Haryo Soekartono mengkritisi rencana pemerintah untuk membangun jembatan penghubung antara Pulau Bangka dengan Sumatera. Mega proyek yang diprediksi menelan dana mencapai Rp 15 Triliun itu dinilai akan mubazir karena kurang efektif.

"Buat apa bangun jembatan itu karena kendaraan yang lewat diprediksi cuma 200 kendaraan per hari. Itu berarti setiap satu jam tidak lebih dari 10 kendaraan yang lewat. Biayanya Rp 15 Triliun. Ini akan saya cegah supaya tidak terjadi," ujar Bambang di Pangkalpinang, Jumat (30/8).

Pembangunan jembatan Bangka - Sumatera tidak sesuai dengan konsep Presiden Jokowi yang mengedepankan pembangunan sektor maritim. Contohnya, pembangunan jembatan Merak - Bakaheuni dan Jawa - Bali yang dibatalkan karena Jokowi lebih suka membangun sektor maritim.

Anggaran Bangka - Sumatera Rp15 triliun. Sedangkan Surabaya - Madura hanya Rp3 triliun dan aksesnya ramai karena setiap menit bisa 30 kendaraan yang lewat tiap menit dengan penduduk Madura 5 juta lebih. Beda dengan Bangka - Sumatera yang per jam diprediksi tidak lebih dari 10 kendaraan dimana penduduk Bangka tidak lebih dari 700 ribu penduduk.

Pemerintah supaya mengkaji kembali agar pengeluaran uang negara bisa dimanfaatkan dengan baik dan tepat sasaran.

"Jangan sampai buang-buang duit dan tidak bermanfaat untuk kepentingan ekonomi masyarakat. Akhirnya beban pemerintah akan lebih berat lagi. Hutang lebih banyak lagi," ujarnya.

Pulau Bangka lebih strategis dibangun pelabuhan besar karena letaknya dilewati tol laut dan berada di dua poros maritim utama Indonesia, yakni domestik dan internasional.

Masuk akal jika pemerintah daerah ada rencana mengembangkan pelabuhan baru yang bisa menjadi daerah industri terintegrasi dengan pelabuhan besar internasional. Dan pembangunan bisa diarahkan dengan membangun kedalaman alur sehingga betul-betul bisa mendapatkan kedalaman yang cukup untuk kapal internasional maupun domestik.

Apalagi Pulau Bangka pernah dijadikan studi riset Inggris untuk menggantikan Singapura yang sudah padat

Pewarta: Susmiyatun Hayati

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019