Sekelumit dari cerita Rohendi selaku pembina Sanggar Seni Ciwasiat - Pandeglang, yang mendampingi Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Pandeglang, dr. Hj Asmani pada acara  bench Marking Badan Pengelola Geopark  Ujung kulon ke Gropark Gunung Sewu. Dan dimana dirinya juga selaku Pengelola Geo Culture  Badan Pengelola Geopark Ujung Kulon sekaligus perjalanannya  melakukan study banding  wisata ke Gunung Sewu, Gunung Kidul Yogyakarta, selama 2 hari.  Menurut Rohendi pontensi wisata Pandeglang hampir sama memiliki daya tarik tersendiri jika dikelola secara maksimal oleh Pokdarwis. Apalagi Pandeglang memiliki wisata Ujung Kulon yang terkenal mendunia. Berikut cerita perjalanan study banding tersebut.

Desa wisata Nglanggeran diburu para wisatawan. Menu utamanya adalah ekowisata Gunung Api Purba. Berarti erat terkait dengan Kawasan Geopark Gunung Sewu. Kawasan di sini dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata.
Pokdarwis desa ini piawai sekali memanfaatkan potensi wilayahnya, dengan membuat paket yang sangat menarik dan diburu para wisatawan. Diantaranya : live in, camping, out bond, sunset, sunrise, climbing dan rafting, penelitian, tracking. Flying fok, jelajah alam, serta wisata budaya dan ritual warga.

Target pengelola bukan lagi kuantitas pengunjung, tetapi kualitas pengunjung dengan lama inapnya melalui edukasi aktifitas warga yang melibatkan para tamunya.
Jarak yang hanya  25 km dari kota Yogyakarta, membuat para tamu berbondong-bondong berburu sensasi tinggal dan berbaur dengan masyarakat di sini. Paket 3 hari 2 malam, adalah paket paling cepat di Nglanggeran. Masih ada paket lebih lama di Nlanggeran.

 Daya tarik kawasan Geopark dikemas menarik dan selalu ada yang baru setiap tahunnya. Sebut saja Taman Pohon Termas, Kampung Pitu, Sumber Mata Air Comberan, Embung Kebun buah, Air Terjun Njurung Talang Purba dan Kedung Kandang, tak henti-hentinya dikemas menjadi paket menarik melibatkan masyarakat lokal yang  ramah dan terbuka menerima ramah setiap pengunjung.

Pengelola yang terdiri dari  para Anggota Pokdarwis sangat kompak, terlatih, perhatian dan sangat memperhatikan unsur pemberdayaan masyarakat sekitarnya. Keberadaan potensi geopark  menjadi perhatian penuh para pengelola untuk konsisten dilaksanakan. 3 unsur utama program geopark, yakni konservasi, edukasi dan  pemberdayaan masyarakat, berhasil dilaksanakan dengan konsisten dan sustainable. Wajar jika kemudian pengelola mendapat apresiasi dari Asean Sustainable Tourism.

Pendapatan daerah dari Desa ini sangat meningkat. Gunung Kidul yang dulu dikenal tandus dan tertinggal, di 10 tahun terakhir berubah menjadi tempat yang banyak diburu wisnus maupun wisman.

Mitos dan cerita-cerita rakyat menjadi narasi yang sangat menarik bagi para pengunjung. Bebatuan Gamping, Breksi dan lain-lainnya yang mengitari desa, memberikan cerita yang membuat penasaran para pendatang. Bahwa ada 4 gunung yang dinamai tokoh wayang : Ismaya/Semar, Janaka, Bagong dan Ongko Wijoyo, diyakini menyimpan misteri yang tidak sembarang orang bisa membukanya. Sampai-sampai bentuk tebing bebatuannya dihubungkan  dengan bentuk tokoh wayang tersebut. Tentu hal ini membuat penasaran kita semua.

 Nglanggeran sendiri disebut-sebut dari kata "planggaran" yang berarti  banyak cerita yang ke-tabuannya tidak boleh ada  pelanggaran. Semisal, di sekitar Kampung Pitu tidak boleh nanggap wayang, atau ketoprak yang bercerita wayang.

Kampung Pitu yang hanya dan selalu dihuni oleh 7 kepala keluarga, membuat semua bertanya-tanya, mengapa hal itu bisa terjadi?. Jawabannya tidak serta merta terjawab manakala kita hanya datang sesaat ke sana. Harus berulang dan membaca pola hidup masyarakat di sana untuk mengetahui jawabannya. Mbah Rejo Dimulyo sesepuh Kampung Pitu yang berusia 120 tahun, tampak sangat berhati-hati bercerita, bahwa ia sering komunikasi dengan Sri Sultan terkait alam di sekitar Telogo Sari, nama kampung Pitu saat dulu.

Terlepas dari misteri cerita Nglanggeran yang bikin penasaran, kenyataannya Desa Nglanggeran terus menjadi buruan para wisatawan. Tak pelak berbagai instansi pemerintah baik pusat maupun  daerah, serta pihak swasta, berduyun-duyun melibatkan diri dalam pengembangan Nglanggeran ini. Artinya; di sini memang menarik di mata bebagai pihak.

Jika Nglanggeran bisa begitu, masa iya Ujung Kulon yang  mendunia, dengan masyarakatnya yang berbudaya, serta akses jalan dan infrastruktur yang memadai, tidak bisa menjadi seperti ini. Tunggu saja, di kawasan  Geopark Ujung Kulon, akan ada  desa-desa wisata yang lengkap unsur Geo Diversity, Bio Diversity dan Cultur Diversity-nya yang memberdayakan masyarakatnya.

Pewarta: Deni Setiadi

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019