Anggota Komisi XI DPR RI Johnny G Plate meminta pemerintah melaksanakan berbagai langkah kebijakan dalam bentuk relaksasi fiskal guna mendorong peningkatan aktivitas ekspor nasional.

"Di samping inovasi dan penguatan SDM, tolong lakukan juga relaksasi fiskal. Sebab, kami ingin mendorong agar kegiatan ekspor dan subsitusi impor kita bisa menguat," kata Johnny G Plate dalam rilis yang diterima di Jakarta, Kamis.

Untuk itu, ujar politikus Partai Nasdem tersebut, diusulkan agar tema besar dalam APBN 2020 ditambahkan kata-kata "relaksasi fiskal" guna memperkuat fokus dan gagasan agar produk ekspor Indonesia memiliki tingkat daya saing yang kuat di tingkat mancanegara.

Ke depan, Johnny yang juga Anggota Badan Anggaran DPR itu, ingin fokus kepada pendalaman Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) 2020.

Dengan demikian, lanjutnya, maka juga akan menghasilkan RAPBN 2020 yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan mengantisipasi tidak menentunya kondisi global, seperti perang dagang AS-China.

Sebelumnya, Bank Indonesia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2019 menjadi di bawah 5,2 persen menyusul penurunan ekonomi global dan juga melemahnya pertumbuhan ekspor yang dikhawatirkan mempengaruhi sumber-sumber lain pertumbuhan seperti konsumsi dan investasi.

Sebelumnya bank sentral memperkirakan ekonomi Indonesia sepanjang 2019 akan tumbuh di kisaran 5,0-5,4 persen, setelah pada 2018 ekonomi Tanah Air meningkat 5,17 persen.

"BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 cenderung berada di bawah titik tengah 5-5,4 persen," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, 16 Mei 2019.

Hal tersebut adalah kali pertama di tahun 2019 ini Otoritas Moneter merevisi sasaran pertumbuhan ekonominya. Salah satu penyebab perubahan pandangan BI adalah laju perekonomian di kuartal I 2019 yang hanya 5,07 persen atau jauh di bawah ekspektasi BI yang sebesar 5,2 persen.

Perry Warjiyo menyebutkan capaian perekonomian di paruh pertama tahun 2019 ini sangat terkendala oleh perlambatan ekonomi global. Khusus untuk sumber pertumbuhan dari ekspor, BI memandang laju ekspor sulit diandalkan untuk memacu signifikan pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan data terbaru ekspor-impor di periode April Indonesia 2019, ekspor Indonesia turun tajam hingga 13,10 persen menjadi 12,6 miliar dolar AS dibandingkan April 2018. Jika dibandingkan Maret 2019, eskpor terkoreksi 10,80 persen.

Gubernur BI menyebut ekspor Indonesia tertekan karena penurunan harga komoditas. Dengan ekspor yang tertekan, bukan tidak mungkin terjadi perlambatan pada konsumsi rumah tangga dan investasi.
 

Pewarta: M Razi Rahman

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019