Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) belum menerbitkan surat izin pembukaan kembali jalur pendakian Gunung Rinjani, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, meskipun sudah ada rekomendasi hasil survei dari beberapa lembaga terkait.
"Kami masih menunggu surat dari Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE), KLHK. Tidak nyaman kalau mendahului. Kalau sudah ada izin membuka, kami buka," kata Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Sudiyono di Mataram, Rabu.
Sudiyono menegaskan pihaknya sudah memberikan laporan ke Ditjen KSDAE, terkait dengan permintaan pemerintah daerah dan para pelaku usaha jasa pendakian Gunung Rinjani yang menginginkan jalur pendakian segera dibuka.
Namun hingga akhir Mei 2019 belum ada kepastian, sehingga BTNGR belum bisa untuk memenuhi keinginan pemerintah daerah dan para pelaku usaha jasa pendakian.
"Kemungkinan habis Lebaran. Apakah tanggal 15 Juni 2019, kami belum tahu. Kalau informasi dari Ditjen KSDA setelah Lebaran, berarti pembukaan jalur pendakian bisa mundur karena kami harus sosialisasi dulu," ujarnya.
Ia menyebutkan empat jalur pendakian yang masih ditutup adalah jalur Sembalun dan Timbanuh, Kabupaten Lombok Timur, jalur Aik Berik, Kabupaten Lombok Tengah, dan jalur Senaru di Kabupaten Lombok Utara.
Pihaknya juga berencana akan melakukan survei lanjutan jalur pendakian Sembalun untuk memastikan kondisi medan dan infrastruktur yang rusak akibat rentetan gempa bumi pada 29 Juli dan sepanjang Agustus 2018.
Hasil survei awal yang dilakukan tim gabungan setelah gempa menyimpulkan bahwa jalur pendakian Sembalun relatif sulit menemukan sumber mata air mulai dari pos dua ke atas. Begitu juga dengan area perkemahan yang layak.
Berbeda dengan jalur pendakian Senaru masih ditemukan sumber-sumber mata air dan area perkemahan. Begitu juga dengan jalur pendakian Timbanuh dan Aik Berik, relatif banyak sumber mata air.
"Makanya kalau sudah dibuka hanya untuk pendakian sampai bawah Pelawangan. Belum boleh sampai Danau Segara Anak dan ke puncak," ucap Sudiyono.
Ia mengatakan pihaknya juga sedang mempersiapkan sistem pembelian tiket untuk mendaki Gunung Rinjani secara daring (online). Saat ini infrastruktur pendukung masih relatif terbatas, namun tetap harus diuji coba sehingga bisa diketahui hal-hal yang harus diperbaiki.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019
"Kami masih menunggu surat dari Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE), KLHK. Tidak nyaman kalau mendahului. Kalau sudah ada izin membuka, kami buka," kata Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Sudiyono di Mataram, Rabu.
Sudiyono menegaskan pihaknya sudah memberikan laporan ke Ditjen KSDAE, terkait dengan permintaan pemerintah daerah dan para pelaku usaha jasa pendakian Gunung Rinjani yang menginginkan jalur pendakian segera dibuka.
Namun hingga akhir Mei 2019 belum ada kepastian, sehingga BTNGR belum bisa untuk memenuhi keinginan pemerintah daerah dan para pelaku usaha jasa pendakian.
"Kemungkinan habis Lebaran. Apakah tanggal 15 Juni 2019, kami belum tahu. Kalau informasi dari Ditjen KSDA setelah Lebaran, berarti pembukaan jalur pendakian bisa mundur karena kami harus sosialisasi dulu," ujarnya.
Ia menyebutkan empat jalur pendakian yang masih ditutup adalah jalur Sembalun dan Timbanuh, Kabupaten Lombok Timur, jalur Aik Berik, Kabupaten Lombok Tengah, dan jalur Senaru di Kabupaten Lombok Utara.
Pihaknya juga berencana akan melakukan survei lanjutan jalur pendakian Sembalun untuk memastikan kondisi medan dan infrastruktur yang rusak akibat rentetan gempa bumi pada 29 Juli dan sepanjang Agustus 2018.
Hasil survei awal yang dilakukan tim gabungan setelah gempa menyimpulkan bahwa jalur pendakian Sembalun relatif sulit menemukan sumber mata air mulai dari pos dua ke atas. Begitu juga dengan area perkemahan yang layak.
Berbeda dengan jalur pendakian Senaru masih ditemukan sumber-sumber mata air dan area perkemahan. Begitu juga dengan jalur pendakian Timbanuh dan Aik Berik, relatif banyak sumber mata air.
"Makanya kalau sudah dibuka hanya untuk pendakian sampai bawah Pelawangan. Belum boleh sampai Danau Segara Anak dan ke puncak," ucap Sudiyono.
Ia mengatakan pihaknya juga sedang mempersiapkan sistem pembelian tiket untuk mendaki Gunung Rinjani secara daring (online). Saat ini infrastruktur pendukung masih relatif terbatas, namun tetap harus diuji coba sehingga bisa diketahui hal-hal yang harus diperbaiki.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019