Petani Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, mulai memanen buah keranji dengan harga di tingkat penampung mencapai Rp35.000/kilogram.

"Kami sangat terbantu ekonomi keluarga dengan tibanya musim panen buah keranji ini," kata Santa (45), seorang petani Badui, saat dihubungi di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Kamis.

Komoditas unggulan petani Badui yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi petani, selain durian juga buah keranji. Kawasan Badui sangat diuntungkan dari dua komoditas buah tersebut karena dapat meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga.

"Kami memiliki hanya beberapa pohon dan dipastikan bisa menghasilkan pendapatan Rp15 juta," katanya menjelaskan.

Begitu juga Sarip (55), seorang petani Badui, mengatakan biasanya buah keranji dari Badui itu dipasok ke Jakarta melalui penampung.
Saat ini, penghasil terbesar buah keranji di Kabupaten Lebak hanya berada di kawasan Badui.

Sebab, masyarakat Badui sangat mencintai pelestarian lingkungan alam dengan tidak melakukan penebangan pohon. Bahkan, masyarakat Badui terus mengoptimalkan gerakan penghijauan dengan menanam aneka jenis tanaman keras maupun buah-buahan.

"Kami berharap panen tahun ini bisa menghasilkan lebih besar dibandingkan panen sebelumnya," katanya.

Hudori, seorang pedagang, mengatakan keranji dari Badui kualitasnya cukup bagus sehingga harga di pasaran cukup baik, bahkan dilirik oleh perusahaan agen eksportir di Jakarta untuk dipasok ke Timur Tengah.

Buah berkulit hitam dengan buah berwarna oranye itu masuk kategori langka karena tanamannya yang berada di hutan kawasan ulayat Badui berusia ratusan tahun.

Buah keranji rasanya asam dan manis juga sangat cocok untuk masyarakat Timur Tengah. Karena itu, kata dia, buah keranji diminati warga Arab, mulai anak-anak hingga orang dewasa. "Kami menampung buah keranji dari Badui nanti dipasok ke Jakarta," katanya. (*)

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019