Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan perlu adanya terobosan dan inovasi untuk dapat meningkatkan jumlah anak yang mengenyam pendidikan tinggi di seluruh Tanah Air.
"Angka partisipasi kasar pendidikan tinggi kita pada 2018 masih 34,58 persen. Artinya, masih ada sekitar 65 persen anak-anak usia kuliah tidak mampu mengenyam pendidikan tinggi. Padahal jumlah perguruan tinggi sebanyak 4.741 kampus," ujar Nasir saat peringatan Hari Pendidikan Nasional di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Kamis.
Untuk itu, kata dia, perlu adanya terobosan dan inovasi untuk dapat meningkatkan banyaknya anak Indonesia yang bisa mengenyam pendidikan tinggi. Dalam revolusi pendidikan, kata Nasir
Oleh karena itu menurut Nasir, dimungkinkan dilaksanakannya pendidikan secara dalam jaringan atau daring.
"Hal itu sudah dikembangkan sejumlah universitas ternama dunia dan juga kampus yang ada di Indonesia. Berbagai mata pelajaran baru pun telah bermunculan yang sesuai dengan kebutuhan saat ini, seperti big data, data analytics, entrepreneurship dan lainnya," tambah dia.
Hal tersebut dilakukan untuk membekali lulusan perguruan tinggi dengan pengetahuan dan kemampuan bekerja yang sesuai tantangan dunia kerja masa depan.
Nasir menambahkan perguruan tinggi Indonesia dituntut untuk ikut berevolusi dan didorong kesanggupannya untuk melakukan upaya transformasi digital dalam penyelenggaraan kegiatan tridharma dan pengelolaan perguruan tinggi. Perguruan tinggi juga diharapkan berkontribusi dalam mensolusikan masalah sosial ekonomi bangsa ini.
"Kami juga terus mendorong perguruan tinggi, untuk meningkatkan akreditasi institusi menjadi terakreditasi unggul (A), antara lain dengan meningkatkan jumlah dan mutu penelitian dan publikasi, kerja sama pengembangan penelitian di tingkat nasional dan internasional dan memperbanyak prestasi mahasiswa hingga tingkat internasional," katanya.
Selain itu, perlu adanya peningkatan daya saing para dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa melalui peningkatan literasi pada data, literasi pada teknologi dan literasi pada manusia.
"Urusan kemanusiaan menjadi sangat penting dalam menghadapi kompleksitas era revolusi industri 4.0 dan society 5.0.
Kemajuan teknologi menandakan majunya pendidikan dan ilmu pengetahuan yang tetap harus memartabatkan manusia dan menyejahterakan manusia," harap Menristekdikti.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019
"Angka partisipasi kasar pendidikan tinggi kita pada 2018 masih 34,58 persen. Artinya, masih ada sekitar 65 persen anak-anak usia kuliah tidak mampu mengenyam pendidikan tinggi. Padahal jumlah perguruan tinggi sebanyak 4.741 kampus," ujar Nasir saat peringatan Hari Pendidikan Nasional di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Kamis.
Untuk itu, kata dia, perlu adanya terobosan dan inovasi untuk dapat meningkatkan banyaknya anak Indonesia yang bisa mengenyam pendidikan tinggi. Dalam revolusi pendidikan, kata Nasir
Oleh karena itu menurut Nasir, dimungkinkan dilaksanakannya pendidikan secara dalam jaringan atau daring.
"Hal itu sudah dikembangkan sejumlah universitas ternama dunia dan juga kampus yang ada di Indonesia. Berbagai mata pelajaran baru pun telah bermunculan yang sesuai dengan kebutuhan saat ini, seperti big data, data analytics, entrepreneurship dan lainnya," tambah dia.
Hal tersebut dilakukan untuk membekali lulusan perguruan tinggi dengan pengetahuan dan kemampuan bekerja yang sesuai tantangan dunia kerja masa depan.
Nasir menambahkan perguruan tinggi Indonesia dituntut untuk ikut berevolusi dan didorong kesanggupannya untuk melakukan upaya transformasi digital dalam penyelenggaraan kegiatan tridharma dan pengelolaan perguruan tinggi. Perguruan tinggi juga diharapkan berkontribusi dalam mensolusikan masalah sosial ekonomi bangsa ini.
"Kami juga terus mendorong perguruan tinggi, untuk meningkatkan akreditasi institusi menjadi terakreditasi unggul (A), antara lain dengan meningkatkan jumlah dan mutu penelitian dan publikasi, kerja sama pengembangan penelitian di tingkat nasional dan internasional dan memperbanyak prestasi mahasiswa hingga tingkat internasional," katanya.
Selain itu, perlu adanya peningkatan daya saing para dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa melalui peningkatan literasi pada data, literasi pada teknologi dan literasi pada manusia.
"Urusan kemanusiaan menjadi sangat penting dalam menghadapi kompleksitas era revolusi industri 4.0 dan society 5.0.
Kemajuan teknologi menandakan majunya pendidikan dan ilmu pengetahuan yang tetap harus memartabatkan manusia dan menyejahterakan manusia," harap Menristekdikti.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019