Tangerang (Antaranews Banten) - Relawan Tsunami Selat Sunda mengikuti pelatihan Psychological First Aid (PFA) di program studi Psikologi Universitas Pembangunan Jaya (UPJ) Bintaro Tangerang Selatan, 
 
 Alex Nuradhi dari Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) wilayah Banten di Tangerang Selasa mengatakan, kegiatan adalah sebagai bentuk merespon kebutuhan penyintas (survivors) korban bencana.
   
PFA merupakan bantuan untuk mencegah agar guncangan pasca peristiwa stres ekstrem tidak berkepanjangan. Analogi PFA serupa P3K atau pertolongan pertama pada kecelakaan untuk luka psikologis yang menyebabkan shock. 
     
"Sebagai intervensi psikologi singkat, praktis dan fleksibel; PFA memberi bantuan pada individu, keluarga dan masyarakat yang menderita yang baru saja mengalami peristiwa krisis, keadaaan darurat atau bencana," ujarnya.
 
Menurutnya, yang terbaik adalah melanjutkan PFA dengan memberi layanan psikososial pemulihan trauma oleh kalangan profesional bidang kesehatan mental demi penanganan masalah jangka panjang.
   
"PFA ini ditujukan untuk umum, bukan hanya kalangan psikologi, karena bantuan ini dapat dimanfaatkan semua orang," kata dia.
 
Pelatihan mencakup materi pengenalan penanganan bencana dan prinsip dasar pelaksanaan PFA diikuti contoh pengalaman di berbagai lokasi bencana. 
   
Relawan terdiri dari kalangan awam juga psikolog, sarjana psikologi dan mahasiswa psikologi agar menjadi penyedia layanan (provider) maupun pelatih (trainer) PFA.
   
"Rencana penanganan tsunami berbasis asesmen awal di Pandeglang, Serang dan Lebak serta lokasi lainnya antara lain menyiapkan satgas, contact center serta tenaga relawan, PFA yang diberikan selaras kearifan lokal yang hidup di masyarakat diharapkan dapat menekan angka korban bencana,” papar Alex
   
Sementara itu, Kepala Program Studi Psikologi UPJ, Gita Soerjoatmodjo menambahkan, Keikutsertaan PSI UPJ dalam kegiatan ini merupakan kontribusi meningkatkan kapasitas mahasiswa, lulusan sampai masyarakat umum. 
   
PFA bertujuan memberi keselamatan dan keamanan, mengurangi reaksi stres, menenangkan dan membuat nyaman serta menjalin koneksi ke sumber bantuan lain.
   
"Dengan PFA, kita dapat mengembangkan pemberdayaan diri, kemampuan adaptasi dan kemampuan mengatasi (coping) jangka panjang. Mendorong resiliensi dan mencegah komplikasi patologis adalah tujuan PFA yang nantinya menanamkan harapan (sense of hope)," ungkapnya.
 
Hal ini dilakukan dengan model SFA (Safety, Function dan Action) yaitu memenuhi rasa aman, mendorong keberfungsian optimal serta memfasilitasi tindakan untuk mendukung pemulihan.
   
Pelatihan ini juga mengklarifikasi penanganan yang belum tentu tepat seperti hipnotis masal dan trauma healing.
 
"Pelatihan ini juga memberi tips agar para penyedia bantuan agar sensitif terhadap kebutuhan merawat diri sendiri (self-care). Dengan demikian, kesejahteraan diri dan keberfungsian tetap terjaga agar bisa memberikan pelayanan ke masyarakat tanpa menciptakan ketergantungan," pungkasnya.


 

Pewarta: Achmad Irfan

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019