"Tsunami itu tidak akan pernah hilang dari ingatanku. Semuanya masih jelas terbayang," kata Ahmad Mubarok (22), warga Kampung Babakan Bungur, Desa Tarumanegara, Kecamatan Cigeulis, Pandeglang.
Mubarok, merupakan salah seorag korban selamat dari ganasnya tsunami Selat Sunda yang terjadi akibat letuasan Gunung Anak Krakatau (GAK) pada Sabtu (22/12), sekitar pukul 21.30 WIB itu.
Pria yang biasa dipanggil Mumu itu, sedang menyaksikan konser dari Seventeen Band pada acara gethering PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) di Pantai Tanjung Lesung, Kecamatan Panimbang.
"Saya bersama teman-teman sedang nonton konser Seventeen Band saat kejadian," kata Mumu yang sempat menjalani perawatan medis di Klinik Alinda, Panimbang.
Ia menjelaskan, setelah vokalis Seventeen Band, Ifan menyelesaikan lagu pertama, tiba-tiba terdengar dentuman suara dari arah laut, di mana Gunung Anak Krakatau berada.
"Tiba-tiba ada suara demtuman sangat keras dari arah Gunung Anak Kraktau dan kemudian disusul datangnya air dengan ketinggian sekitar dua meter," kata Mumu yang sampai saat ini kepalanya masih dibalut kain perban berwarna putih itu.
Suara gemuruh sangat kencang terdengar di telinga Mumu yang berakhir dengan datangnya gelombang pasang tsunami yang menerjang panggung yang sedang digunakan konserta oleh Seventeen Band di pantai yang akan menjadi pusat pebentukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata, Tanjung Lesung itu.
Saat gelombang menerjang panggung beserta hadirin yang hadir di pantai itu, ia mengaku mendenger terikan ratusan orang yang histeris meminta tolong.
"Suara 'tolong...tolong...tolong' banyak sekali. Semua yang hadir minta tolong," katanya.
Mumu pun sempat terbawa ombak ke tengah laut, namun atas pertolongan Tuhan datang ombak dari tengah laut yang menyeratnya kembali ke bibir pantai.
Setelah tiba dipantai dengan pertolongan yang didatangkan Tuhan melalui "ombak laut", Mumu pun langsung lari menjauh dari hamparan pasir.
"Saat itu ada orang, mungkin wisatawan, yang langsung mengajak saya ke Klinik Alinda di Panimbang," kata anak ketiga dari Sepudin itu.
Ia menjelaskan, kondisi tubuhnya sesaat setelah kejadian dan mendapat perawatan di Klinik Alinda. "Kepala saya pecah, tubuh, kaki dan tangan saya penuh luka," ujar sambil bering lemas di atas kasur di rumahnya.
Di tempat yang sama, Engkos kakak kandung Mumu mengaku sebelum terjadi tsunami mendapat firasat tidak enak akan keadaan adiknya tersebut, sehingga memutuskan berangkat ke Tanjug Lesung.
Saat perjalannya tiba di Kampung Kemuning, Desa Citeureup, Panimbanng ia mendengar kbabar telah terjadi tsunami.
"Masyarakat berlari-lari ketakutan sambil teriak Tanjung Leusng kena tsunami, mendengar itu saya percaya tidak percaya, karena sebelumnya kondisi air laut begitu tenang," katanya.
Namun, Engkos pun segera sadar dan langsung meneruskan perjalannya ke Pantai Tanjung Lesung, karena mendengar adiknya hilang.
"Sampai ke Tanjung Lesung suasananya mencekam. Porak poranda, saya mencari Mumu tidak ketemu. Tapi Alhamdulillah dia selamat," kataya.
Banyak Korban
Tsunami Selat Sunda yang melanda Lampung dan Banten telah menelan banyak korban. Badan SAR Nasional (Basarnas) mencatat 420 orang korban tsunami meninggal dunia di wilayah Provinsi Banten dan Lampung Selatan.
"Kita terus optimalkan evakuasi dan pencarian jenazah yang belum ditemukan," kata Kepala Basarnas Provinsi Banten, Zaenal di Posko Penanggulan Tsunami di Labuan,Pandeglang.
Kemungkinan korban meninggal maupun luka-luka terus bertambah karena saat ini petugas dan relawan melakukan evakuasi dan pencarian jenazah.
Mereka petugas dan relawan memfokuskan wilayah Kecamatan Panimbang dan Sumur, karena banyak korban yang belum ditemukan.
Selain itu juga dilakukan evakuasi di wilayah Pulau Badul dan Oar.
Berdasarkan laporan di pulau tersebut terdapat warga korban tsunami dan hilang.
"Kami berharap cuaca di perairan itu normal, sehingga bisa ditemukan jenazah maupun korban yang masih hidup," lanjutnya.
Menurut dia, jumlah korban meninggal dunia sampai pukul 13.00 WIB tercatat 420 orang, luka-luka 1.042 orang dan hilang 5 orang.
Dari 420 orang itu, kata dia korban meninggal yang ditemukan di Banten sebanyak 306 orang dan Lampung Selatan 114 orang.
Sedangan, jumlah korban luka-luka untuk Banten 757 orang dan Lampung Selatan 284 orang.
Korban menghilang di wilayah Banten 44 orang dan Lampung Selatan 11 orang. Kebanyakan korban bencana tsunami itu dari pesisir Pantai Pandeglang.
Bahkan, Pantai Panimbang mencapai 74 orang, Carita 71 orang, Tanjung Lesung 53 orang dan Sumur 43 orang.
Tim dari Polri telah berhasil mengindentifikasi 231 jenazah korban tsunami Selat Sunda di Kabupaten Pandeglang, yang ditampung di RSUD Berkah Pandeglang.
"Dari 242 jenazah yang kita identifikasi, sebanyak 231 diantaranya sudah berhasil diindentifikasi dan 11 lainnya masih dalam proses indentifikasi," kata Kabid Humas Polda Banten, AKBP Edy Sumerdi dalam konferensi pers di Wira Carita.
Dalam keterangan pers yang disampingi Dansat Brimob Kombes Pol Reza M SIK dan Kabid Dokes, dr Nuriyana itu, ia menjelaskan sebagian jenazah telah diambil oleh kerabatnya.
"Bagi keluarga serta masyarakat di seluruh Indonesia yang membutuhkan informasi terkait tsunami di Pandeglang dan Serang dapat menghubungi Call Center Bidhumas Polda Banten, dengan nomor 087880052760, 085211672708 dan 0852 1167 2721," katanya.
Bupati Pandeglang, Irna Narulita menyataka masih fokus pada pencarian dan evakuasi para korban tsunami pada daerah terdampak musibah itu.
"Kita masih fokus pada pencarian dan evakuasi korban, sambil melakukan inventarisasi kerusakan pada daerah terdampak," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2018
Mubarok, merupakan salah seorag korban selamat dari ganasnya tsunami Selat Sunda yang terjadi akibat letuasan Gunung Anak Krakatau (GAK) pada Sabtu (22/12), sekitar pukul 21.30 WIB itu.
Pria yang biasa dipanggil Mumu itu, sedang menyaksikan konser dari Seventeen Band pada acara gethering PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) di Pantai Tanjung Lesung, Kecamatan Panimbang.
"Saya bersama teman-teman sedang nonton konser Seventeen Band saat kejadian," kata Mumu yang sempat menjalani perawatan medis di Klinik Alinda, Panimbang.
Ia menjelaskan, setelah vokalis Seventeen Band, Ifan menyelesaikan lagu pertama, tiba-tiba terdengar dentuman suara dari arah laut, di mana Gunung Anak Krakatau berada.
"Tiba-tiba ada suara demtuman sangat keras dari arah Gunung Anak Kraktau dan kemudian disusul datangnya air dengan ketinggian sekitar dua meter," kata Mumu yang sampai saat ini kepalanya masih dibalut kain perban berwarna putih itu.
Suara gemuruh sangat kencang terdengar di telinga Mumu yang berakhir dengan datangnya gelombang pasang tsunami yang menerjang panggung yang sedang digunakan konserta oleh Seventeen Band di pantai yang akan menjadi pusat pebentukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata, Tanjung Lesung itu.
Saat gelombang menerjang panggung beserta hadirin yang hadir di pantai itu, ia mengaku mendenger terikan ratusan orang yang histeris meminta tolong.
"Suara 'tolong...tolong...tolong' banyak sekali. Semua yang hadir minta tolong," katanya.
Mumu pun sempat terbawa ombak ke tengah laut, namun atas pertolongan Tuhan datang ombak dari tengah laut yang menyeratnya kembali ke bibir pantai.
Setelah tiba dipantai dengan pertolongan yang didatangkan Tuhan melalui "ombak laut", Mumu pun langsung lari menjauh dari hamparan pasir.
"Saat itu ada orang, mungkin wisatawan, yang langsung mengajak saya ke Klinik Alinda di Panimbang," kata anak ketiga dari Sepudin itu.
Ia menjelaskan, kondisi tubuhnya sesaat setelah kejadian dan mendapat perawatan di Klinik Alinda. "Kepala saya pecah, tubuh, kaki dan tangan saya penuh luka," ujar sambil bering lemas di atas kasur di rumahnya.
Di tempat yang sama, Engkos kakak kandung Mumu mengaku sebelum terjadi tsunami mendapat firasat tidak enak akan keadaan adiknya tersebut, sehingga memutuskan berangkat ke Tanjug Lesung.
Saat perjalannya tiba di Kampung Kemuning, Desa Citeureup, Panimbanng ia mendengar kbabar telah terjadi tsunami.
"Masyarakat berlari-lari ketakutan sambil teriak Tanjung Leusng kena tsunami, mendengar itu saya percaya tidak percaya, karena sebelumnya kondisi air laut begitu tenang," katanya.
Namun, Engkos pun segera sadar dan langsung meneruskan perjalannya ke Pantai Tanjung Lesung, karena mendengar adiknya hilang.
"Sampai ke Tanjung Lesung suasananya mencekam. Porak poranda, saya mencari Mumu tidak ketemu. Tapi Alhamdulillah dia selamat," kataya.
Banyak Korban
Tsunami Selat Sunda yang melanda Lampung dan Banten telah menelan banyak korban. Badan SAR Nasional (Basarnas) mencatat 420 orang korban tsunami meninggal dunia di wilayah Provinsi Banten dan Lampung Selatan.
"Kita terus optimalkan evakuasi dan pencarian jenazah yang belum ditemukan," kata Kepala Basarnas Provinsi Banten, Zaenal di Posko Penanggulan Tsunami di Labuan,Pandeglang.
Kemungkinan korban meninggal maupun luka-luka terus bertambah karena saat ini petugas dan relawan melakukan evakuasi dan pencarian jenazah.
Mereka petugas dan relawan memfokuskan wilayah Kecamatan Panimbang dan Sumur, karena banyak korban yang belum ditemukan.
Selain itu juga dilakukan evakuasi di wilayah Pulau Badul dan Oar.
Berdasarkan laporan di pulau tersebut terdapat warga korban tsunami dan hilang.
"Kami berharap cuaca di perairan itu normal, sehingga bisa ditemukan jenazah maupun korban yang masih hidup," lanjutnya.
Menurut dia, jumlah korban meninggal dunia sampai pukul 13.00 WIB tercatat 420 orang, luka-luka 1.042 orang dan hilang 5 orang.
Dari 420 orang itu, kata dia korban meninggal yang ditemukan di Banten sebanyak 306 orang dan Lampung Selatan 114 orang.
Sedangan, jumlah korban luka-luka untuk Banten 757 orang dan Lampung Selatan 284 orang.
Korban menghilang di wilayah Banten 44 orang dan Lampung Selatan 11 orang. Kebanyakan korban bencana tsunami itu dari pesisir Pantai Pandeglang.
Bahkan, Pantai Panimbang mencapai 74 orang, Carita 71 orang, Tanjung Lesung 53 orang dan Sumur 43 orang.
Tim dari Polri telah berhasil mengindentifikasi 231 jenazah korban tsunami Selat Sunda di Kabupaten Pandeglang, yang ditampung di RSUD Berkah Pandeglang.
"Dari 242 jenazah yang kita identifikasi, sebanyak 231 diantaranya sudah berhasil diindentifikasi dan 11 lainnya masih dalam proses indentifikasi," kata Kabid Humas Polda Banten, AKBP Edy Sumerdi dalam konferensi pers di Wira Carita.
Dalam keterangan pers yang disampingi Dansat Brimob Kombes Pol Reza M SIK dan Kabid Dokes, dr Nuriyana itu, ia menjelaskan sebagian jenazah telah diambil oleh kerabatnya.
"Bagi keluarga serta masyarakat di seluruh Indonesia yang membutuhkan informasi terkait tsunami di Pandeglang dan Serang dapat menghubungi Call Center Bidhumas Polda Banten, dengan nomor 087880052760, 085211672708 dan 0852 1167 2721," katanya.
Bupati Pandeglang, Irna Narulita menyataka masih fokus pada pencarian dan evakuasi para korban tsunami pada daerah terdampak musibah itu.
"Kita masih fokus pada pencarian dan evakuasi korban, sambil melakukan inventarisasi kerusakan pada daerah terdampak," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2018