Lebak (Antaranews Banten) - Kerajinan batu fosil di Kabupaten Lebak, Banten dapat menggulirkan pertumbuhan ekonomi masyarakat dan penyerapan lapangan pekerjaan di daerah itu.
"Kami sangat terbantu pendapatan ekonomi melalui produk batu fosil itu," kata Pepen (45), seorang perajin warga Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Senin.
Produksi kerajinan batu fosil tersebut kini berkembang di masyarakat, dibandingkan dua tahun sebelumnya.
Berkembangnya kerajinan batu fosil, karena permintaan pasar mancanegara cukup tinggi.
Saat ini, perajin batu fosil tersebar di Kecamatan Sajira, Rangkasbitung, Cibadak, Cimarga, Maja, Cipanas, dan Curugbitung.
Sebab, di daerah itu terdapat batu fosil yang awalnya pohon sempur dengan jutaan tahun terdampar di daerah aliran sungai maupun tertimbun tanah.
Namun, kebanyakan batu sempur yang didapati perajin itu dari sekitar daerah aliran sungai.
"Saya kira batu fosil asal Lebak masuk terbaik di dunia," katanya.
Menurut dia, saat ini, banyak para kolektor menampung produk kerajinan batu fosil dari Kabupaten Lebak untuk dipasarkan ke sejumlah negara di Benua Eropa, Australia, Amerika Serikan dan Asia.
Kelebihan batu fosil Lebak itu, karena memiliki keunikan dan nilai seni cukup tinggi.
Sebagian besar batu fosil itu dibuat kerajinan furniture, seperti meja dan kursi untuk keperluan perlengkapan perumahan.
Disamping dekorasi, seperti patung dan ornamen untuk hiasan perumahaan.
"Kita dalam sebulan menghasilkan omzet sekitar Rp350 juta dan menyerap tenaga kerja sebanyak tujuh orang," katanya menjelaskan.
Ia menuturkan untuk membuat furniture serta hiasan dekorasi dari batu fosil tidaklah mudah, karena harus memotong batu hingga ratusan kilogram.
Kegiatan usaha yang dirintisnya sejak tahun 2015 kini sangat menjanjikan, dengan memanfaatkan bahan baku sekitar daerahnya serta dapat membuka lapangan pekerjaan.
"Produk kami dijual dengan harga bervariasi mulai dari Rp500 ribu hingga Rp10 juta, tergantung bentuk dan kerumitan pembuatan," katanya menjelaskan.
Suryana (45) warga Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak mengaku, pihaknya banyak menerima permintaan batu fosil berbentuk kursi dan meja dari sejumlah negara.
Mereka langsung mendatangi pengrajin batu fosil dan tidak melalui agen lagi.
Sebelumnya sistem pemasaran dengan menjual langsung ke luar negeri melalui jasa agen di Jakarta, namun sekarang langsung pembeli datang sendiri ke lokasi pengrajin.
Sebab jika mereka datang ke pengrajin, tentu merasa puas karena sesuai dengan keinginan mereka.
"Kami terus meningkatkan produksi karena permintaan pasar relatif tinggi," ujarnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Dedi Rahmat mengatakan pemerintah daerah terus mendorong pengrajin batu fosil tumbuh dan berkembang sehingga memberikan kesejahteraan bagi masyarakat setempat.
Saat ini, jumlah pengrajin batu fosil tercatat 16 unit tersebar dengan omzet miliaran rupiah per bulan.
"Kami terus mendorong pengrajin dapat meningkatkan kualitas produk batu fosil itu," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2018
"Kami sangat terbantu pendapatan ekonomi melalui produk batu fosil itu," kata Pepen (45), seorang perajin warga Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Senin.
Produksi kerajinan batu fosil tersebut kini berkembang di masyarakat, dibandingkan dua tahun sebelumnya.
Berkembangnya kerajinan batu fosil, karena permintaan pasar mancanegara cukup tinggi.
Saat ini, perajin batu fosil tersebar di Kecamatan Sajira, Rangkasbitung, Cibadak, Cimarga, Maja, Cipanas, dan Curugbitung.
Sebab, di daerah itu terdapat batu fosil yang awalnya pohon sempur dengan jutaan tahun terdampar di daerah aliran sungai maupun tertimbun tanah.
Namun, kebanyakan batu sempur yang didapati perajin itu dari sekitar daerah aliran sungai.
"Saya kira batu fosil asal Lebak masuk terbaik di dunia," katanya.
Menurut dia, saat ini, banyak para kolektor menampung produk kerajinan batu fosil dari Kabupaten Lebak untuk dipasarkan ke sejumlah negara di Benua Eropa, Australia, Amerika Serikan dan Asia.
Kelebihan batu fosil Lebak itu, karena memiliki keunikan dan nilai seni cukup tinggi.
Sebagian besar batu fosil itu dibuat kerajinan furniture, seperti meja dan kursi untuk keperluan perlengkapan perumahan.
Disamping dekorasi, seperti patung dan ornamen untuk hiasan perumahaan.
"Kita dalam sebulan menghasilkan omzet sekitar Rp350 juta dan menyerap tenaga kerja sebanyak tujuh orang," katanya menjelaskan.
Ia menuturkan untuk membuat furniture serta hiasan dekorasi dari batu fosil tidaklah mudah, karena harus memotong batu hingga ratusan kilogram.
Kegiatan usaha yang dirintisnya sejak tahun 2015 kini sangat menjanjikan, dengan memanfaatkan bahan baku sekitar daerahnya serta dapat membuka lapangan pekerjaan.
"Produk kami dijual dengan harga bervariasi mulai dari Rp500 ribu hingga Rp10 juta, tergantung bentuk dan kerumitan pembuatan," katanya menjelaskan.
Suryana (45) warga Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak mengaku, pihaknya banyak menerima permintaan batu fosil berbentuk kursi dan meja dari sejumlah negara.
Mereka langsung mendatangi pengrajin batu fosil dan tidak melalui agen lagi.
Sebelumnya sistem pemasaran dengan menjual langsung ke luar negeri melalui jasa agen di Jakarta, namun sekarang langsung pembeli datang sendiri ke lokasi pengrajin.
Sebab jika mereka datang ke pengrajin, tentu merasa puas karena sesuai dengan keinginan mereka.
"Kami terus meningkatkan produksi karena permintaan pasar relatif tinggi," ujarnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Dedi Rahmat mengatakan pemerintah daerah terus mendorong pengrajin batu fosil tumbuh dan berkembang sehingga memberikan kesejahteraan bagi masyarakat setempat.
Saat ini, jumlah pengrajin batu fosil tercatat 16 unit tersebar dengan omzet miliaran rupiah per bulan.
"Kami terus mendorong pengrajin dapat meningkatkan kualitas produk batu fosil itu," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2018