Jakarta (Antaranews) - Ahli struktur, Ir Moch. Arif Toto R, M-Eng, A-UT, yang diberi tugas melaksanakan penaksiran (assessment) terhadap kondisi bangunan gedung di Lombok Nusa Tenggara Barat aibat gempa  menyatakan untuk pondasi yang menggunakan konstruksi sarang laba-laba tetap aman.
   
"Bahkan kami harus melakukan reassessment (beberapa kali penaksiran) mengingat gempa di NTB terjadi beberapa kali, namun sejauh ini bangunan dengan konstruksi sarang laba-laba tidak mengalami kerusakan strutur," kata Toto yang juga menjabat sebagai Ketua II Komisariat Daerah Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia DI Yogyakarta saat dihubungi, Sabtu.
     
Menurut Toto, berbeda dengan gempa di Yogyakarta beberapa waktu lalu, maka gempa di Lombok ini terdapat empat sumber gempa yang berbeda ada yang gerakannya horisontal, tetapi ada juga gerakannya vertikal.
     
"Jadi guncangannya selain horisontal juga vertikal, yang merusak itu vertikal ditambah akselerasi, terutama pada elemen-elemen arsitektural seperti penggunaan atap bangunan bermaterial berat seperti  genteng yang saat terjadi gempa jatuh menimpa plafon," ujar dia.
   
Seperti di Rumah Sakit Umum Provinsi di Mataram  yang menggunakan konstruksi sarang laba-laba, kedua bangunan tidak mengalami kerusakan yang berarti meski berkali-kali diguncang gempa kata Toto yang melakukan assessment bersama Dinas Cipta Karya Provinsi Nusa Tenggara Barat.
     
"Sifat dan karakter  konstruksi sarang laba-laba yang kaku dan stabil  serta responsif membuat bangunan di atasnya tidak mengalami kerusakan struktur meskipun diguncang gempa beberapa kali, jelas Toto. 
     
Karakter konstruksi seperti ini akan mengikat bangunan di atasnya saat terjadi gempa, ini yang membuatnya tidak mengalami kerusakan, ungkap Toto.
   
Toto mengatakan, penggunakan konstruksi tahan gempa seperti konstruksi sarang laba-laba seharusnya diwajibkan untuk bangunan faslitas publik seperti rumah sakit untuk daerah-daerah seperti Nusa Tenggara Barat. 
     
"Kerusakan yang saya lihat sifatnya non struktural seperti genteng jatuh dan dinding retak," ujar dia.
   
Gedung lain yang tidak mengalami kerusakan adalah Balai Kesehatan Mata Provinsi di Lombok dan gedung Balai Kepegawaian Daerah karena bangunan tua peninggalan Belanda yang menggunakan satu batu yang sangat tebal sebagai dinding, jelas Toto.
   
Toto merekomendasikan untuk bangunan di daerah rawan gempa sebaiknya selain ditunjang pondasi anti gempa juga menggunakan atap ringan.
   
Toto mengatakan, proses assessment merupakan forensik bangunan untuk nantinya dikeluarkan rekomendasi laik fungsi atau tidak, kalau tidak laik berarti ada tindak lanjut apakah cukup diperkuat atau harus diganti, sedangkan yang laik fungsi segera diterbitkan sertfikat laik fungsi.
   
Bangunan lain yang juga tidak mengalami kerusakan karena menggunakan konstruksi sarang laba-laba adalah gedung Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Kantor Perwakilan NTB di Mataram.
   
"Saya dilaporkan ternyata tidak ada kerusakan struktur, hanya kaca-kacanya ada yang pecah," kata mantan Ketua Unit Layanan Pengadaan (ULP) Biro Umum BPKP, Tri Winarno selaku perwakilan pemilik bangunan saat itu.
   
Tri yang kini bertugas di Papua mengatakan, pemilihan konstruksi sarang laba-laba saat itu sangat tepat dari hasil rekomendasi Dinas PU Provinsi NTB Subdin Cipta Karya serta dari konsultan perencana.
   
Berdasarkan survei ditambah data-data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Badan Meteorologi dan Geofisika setempat maka diputuskan untuk menggunakan konstruksi tahan gempa dalam hal ini kontruksi sarang laba-laba yang merupakan karya anak bangsa.
   
"Pembangunan saat itu membutuhkan waktu  dua tahun karena menyesuaikan dengan plafon anggaran Kementerian Keuangan. Kemudian untuk percepatan pekerjaan saat itu dibagi dua segmen atas dan bawah sehingga lebih efisien dari segi waktu dan biaya," ujar Tri.
   
Lebih jauh tenaga ahli pemasaran PT Katama selaku pemegang paten Perbaikan Konstruksi Sarang Laba-laba, Agus B. Sutopo menyampaikan rasa terimakasihnya kepada seluruh pemangku kepentingan yang telah mempercayakan penggunaan konstruksi sarang laba-laba untuk bangunan khususnya di daerah rawan gempa.
   
Bahkan perkembangan saat ini, untuk pengembangan teknologi konstruksi sarang laba-laba yang telah teruji beberapa kali terhadap guncangan gempa menarik perhatian dari pihak asing dan juga telah dijadikan bahan disertasi di Universite de Technologie de Compiegne (UTC) Perancis, ujar Agus.
 
Gedung BPKP Perwakilan NTB (Antara Foto/ Arsip)

   
Dalam kesempatan tersebut Agus juga menyampaikan turut berduka cita dan keprihatinan yang dalam atas korban jiwa dan luka serta kerusakan bangunan sebagai akibat bencana gempa di Lombok dan menindaklanjuti program pemerintah dalam penanganan bencana gempa, kami berharap terus disosialisasikan secara masif kepedulian gempa serta melibatkan masyarakat dan akademisi.

Baca juga: Konstruksi Sarang Laba-Laba Bisa Go Internasional

Pewarta: Ganet Dirgantara

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2018