Abraham Garuda Laksono (23 tahun) yang menjadi anggota DPRD Banten termuda pada Pemilu 2024 meluncurkan buku berjudul “Jalan Terjal Milenial Menuju Parlemen, Abraham Garuda Laksono, Dari Inspirasi Menjadi Aksi” sebagai prasasti literasi perjalanan karir politiknya.
"Literasi politik bagi kelompok milenial seusia saya ini sangat penting agar mereka melek politik sehingga menjadi warga negara yang berperan aktif dalam proses pembangunan bangsa ini," kata Abraham Garuda Laksono dalam acara peluncuran di Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis, Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Banten, Sabtu.
Alumni Universitas James Cook Singapura itu menceritakan alasan dibalik penerbitan buku tersebut karena tingkat literasi saat ini cenderung masih rendah dibandingkan negara-negara lain. Sehingga dirinya perlu mendorong partisipasi kaum milenial di politik melalui gerakan membaca.
"Sebagaimana para tokoh-tokoh bangsa panutan seperti Bung Karno, Bung Hatta, HOS Cokroaminoto, Haji Agus Salim, Tan Malaka dan tokoh-tokoh bangsa lainnya yang tumbuh dan besar bersama buku hingga akhirnya mampu menjadi mercusuar gerakan kemerdekaan bangsa ini," kata dia.
Baca juga: Anggota DPRD Banten termuda komitmen perjuangkan kesejahteraan warga
Ketua DPP PDI Perjuangan Ribka Tjiptaning menambahkan prestasi Abraham meraih posisi saat ini bukan karena faktor ayahnya yakni Ananta Wahana melainkan karena kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki telah layak menjadi seorang wakil rakyat.
“Bahkan jika Abe (panggilan akrab Abraham, red) memilih menjadi pebisnis sekalipun, dia pasti sudah berhasil, bekal pendidikannya cukup sebagai lulusan dari Singapura. Tapi Abe ternyata memilih jalan sebagai politisi mengikuti jejak ayahnya,” ujar Ribka yang menjadi keynote speaker pada bedah buku tersebut.
Keputusan Abe tersebut, kata dia, sesuatu yang luar biasa. Karena tak setiap anak muda usia milenial kemungkinan mampu membuat keputusan serupa.
“Tentunya ini yang menginspirasi, ketika Abe memiliki kesempatan hanya cukup memikirkan dirinya sendiri dengan kehidupan yang layak, pekerjaan yang mumpuni, tapi justru memilih mengurusi orang banyak, konstituen. Ini tentu membutuhkan kematangan mental dan pikiran,” katanya.
Tjiptaning juga menyerukan kepada kaum milenial untuk membaca buku tersebut karena akan menjadi sumber inspirasi berpolitik itu tidak selalu rumit. "Buku ini penting untuk dibaca, khususnya kaum milenial yang masih bersikap apatis terhadap politik," tegasnya.
Baca juga: Jadi anggota DPPR Banten, ini yang akan dilakukan Ahmad Imron
Bonnie Triyana, sejarawan muda Indonesia yang menulis kata pengantar pada buku yang diterbitkan oleh PT Gramedia itu mengatakan, dirinya merasa senang saat memberikan kata pengantar.
“Saya menulis kata pengantar dengan happy, karena buku ini hasil pengalaman empiris. Abe ini role model anak muda yang anomali, karena anak muda sekarang lebih memilih jadi Youtuber daripada jadi politikus," kata dia.
Bonnie pun menyebut buku tersebut semi memoar perjalanan awal karir Abe sebagai politisi yang akan menjadi inspirasi anak-anak muda masuk politik.
“Buku memoar biasanya ditulis oleh mereka yang sudah sepuh. Tapi Abe menulisnya justru diawal karir, ini sangat menarik. Sebab buku ini akan menjadi refleksi dari pertanggungjawaban Abe dalam keseharian yang harus sejalan dengan apa yang telah dituliskan. Sehingga jalan terjalnya tidak berhenti di sini, tapi seterusnya,” ujarnya.
Baca juga: Seratus anggota DPRD Provinsi Banten periode 2024-2029 dilantik
Kepala Badan Sejarah Indonesia DPP PDI Perjuangan itu pun menyandingkan Abe dengan Sjahrir, Soekarno, Muhammad Hatta, Tan Malaka serta tokoh-tokoh bangsa lainnya yang memulai perjuangan politik dengan penuh jalan terjal yang mewariskan pergolakan pemikiran dan perjuangannya melalui buku.
“Abe adalah sosok yang merefrensikan generasi yang berbeda yang harus mampu membongkar tradisi-tradisi politik lama dengan tradisi baru, yaitu banyak bertanya dan bertarung gagasan di ruang politik,” tegasnya.
Endang Jaya Permana yang menjadi editor buku tersebut bersama Didi Wahyudi mengatakan Abe adalah wajah baru dengan semangat baru di kancah politik kekinian.
“Sosok Abraham merupakan ‘wajah baru’ dan regenerasi dalam kepemimpinan modern di lembaga legislatif , yang cocok dengan suasana kebatinan milenial,” ungkap Endang Jaya Permana, editor buku tersebut.
Menurutnya buku “Jalan Terjal Milenial Menuju Parlemen” merupakan rekam jejak perjalanan Abraham dengan nama beken sapaan teman-temannya Abe, berhasil meraih kursi parlemen Banten.
"Buku ini adalah rekaman perjuangan Abraham sebagai milenial. Dari modal nol pengalaman politik, hingga dia terpilih menjadi anggota parlemen Banten. From zero to hero,” ujarnya.
Baca juga: DPRD Banten periode 2024-2029 bentuk sembilan fraksi
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024
"Literasi politik bagi kelompok milenial seusia saya ini sangat penting agar mereka melek politik sehingga menjadi warga negara yang berperan aktif dalam proses pembangunan bangsa ini," kata Abraham Garuda Laksono dalam acara peluncuran di Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis, Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Banten, Sabtu.
Alumni Universitas James Cook Singapura itu menceritakan alasan dibalik penerbitan buku tersebut karena tingkat literasi saat ini cenderung masih rendah dibandingkan negara-negara lain. Sehingga dirinya perlu mendorong partisipasi kaum milenial di politik melalui gerakan membaca.
"Sebagaimana para tokoh-tokoh bangsa panutan seperti Bung Karno, Bung Hatta, HOS Cokroaminoto, Haji Agus Salim, Tan Malaka dan tokoh-tokoh bangsa lainnya yang tumbuh dan besar bersama buku hingga akhirnya mampu menjadi mercusuar gerakan kemerdekaan bangsa ini," kata dia.
Baca juga: Anggota DPRD Banten termuda komitmen perjuangkan kesejahteraan warga
Ketua DPP PDI Perjuangan Ribka Tjiptaning menambahkan prestasi Abraham meraih posisi saat ini bukan karena faktor ayahnya yakni Ananta Wahana melainkan karena kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki telah layak menjadi seorang wakil rakyat.
“Bahkan jika Abe (panggilan akrab Abraham, red) memilih menjadi pebisnis sekalipun, dia pasti sudah berhasil, bekal pendidikannya cukup sebagai lulusan dari Singapura. Tapi Abe ternyata memilih jalan sebagai politisi mengikuti jejak ayahnya,” ujar Ribka yang menjadi keynote speaker pada bedah buku tersebut.
Keputusan Abe tersebut, kata dia, sesuatu yang luar biasa. Karena tak setiap anak muda usia milenial kemungkinan mampu membuat keputusan serupa.
“Tentunya ini yang menginspirasi, ketika Abe memiliki kesempatan hanya cukup memikirkan dirinya sendiri dengan kehidupan yang layak, pekerjaan yang mumpuni, tapi justru memilih mengurusi orang banyak, konstituen. Ini tentu membutuhkan kematangan mental dan pikiran,” katanya.
Tjiptaning juga menyerukan kepada kaum milenial untuk membaca buku tersebut karena akan menjadi sumber inspirasi berpolitik itu tidak selalu rumit. "Buku ini penting untuk dibaca, khususnya kaum milenial yang masih bersikap apatis terhadap politik," tegasnya.
Baca juga: Jadi anggota DPPR Banten, ini yang akan dilakukan Ahmad Imron
Bonnie Triyana, sejarawan muda Indonesia yang menulis kata pengantar pada buku yang diterbitkan oleh PT Gramedia itu mengatakan, dirinya merasa senang saat memberikan kata pengantar.
“Saya menulis kata pengantar dengan happy, karena buku ini hasil pengalaman empiris. Abe ini role model anak muda yang anomali, karena anak muda sekarang lebih memilih jadi Youtuber daripada jadi politikus," kata dia.
Bonnie pun menyebut buku tersebut semi memoar perjalanan awal karir Abe sebagai politisi yang akan menjadi inspirasi anak-anak muda masuk politik.
“Buku memoar biasanya ditulis oleh mereka yang sudah sepuh. Tapi Abe menulisnya justru diawal karir, ini sangat menarik. Sebab buku ini akan menjadi refleksi dari pertanggungjawaban Abe dalam keseharian yang harus sejalan dengan apa yang telah dituliskan. Sehingga jalan terjalnya tidak berhenti di sini, tapi seterusnya,” ujarnya.
Baca juga: Seratus anggota DPRD Provinsi Banten periode 2024-2029 dilantik
Kepala Badan Sejarah Indonesia DPP PDI Perjuangan itu pun menyandingkan Abe dengan Sjahrir, Soekarno, Muhammad Hatta, Tan Malaka serta tokoh-tokoh bangsa lainnya yang memulai perjuangan politik dengan penuh jalan terjal yang mewariskan pergolakan pemikiran dan perjuangannya melalui buku.
“Abe adalah sosok yang merefrensikan generasi yang berbeda yang harus mampu membongkar tradisi-tradisi politik lama dengan tradisi baru, yaitu banyak bertanya dan bertarung gagasan di ruang politik,” tegasnya.
Endang Jaya Permana yang menjadi editor buku tersebut bersama Didi Wahyudi mengatakan Abe adalah wajah baru dengan semangat baru di kancah politik kekinian.
“Sosok Abraham merupakan ‘wajah baru’ dan regenerasi dalam kepemimpinan modern di lembaga legislatif , yang cocok dengan suasana kebatinan milenial,” ungkap Endang Jaya Permana, editor buku tersebut.
Menurutnya buku “Jalan Terjal Milenial Menuju Parlemen” merupakan rekam jejak perjalanan Abraham dengan nama beken sapaan teman-temannya Abe, berhasil meraih kursi parlemen Banten.
"Buku ini adalah rekaman perjuangan Abraham sebagai milenial. Dari modal nol pengalaman politik, hingga dia terpilih menjadi anggota parlemen Banten. From zero to hero,” ujarnya.
Baca juga: DPRD Banten periode 2024-2029 bentuk sembilan fraksi
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024