Lebak (Antaranews Banten) - Kantor Bahasa Provinsi Banten melestarikan seni angklung buhung masyarakat Badui agar tidak punah sebagai warisan nenek moyang.
"Kita melakukan revitalisasi sastra angklung buhung Badui dengan melibatkan 100 siswa SMA/SMK," kata staf Kantor Bahasa Banten Nondi Sopandi saat dihubungi di Lebak, Selasa.
Kegiatan pelestarian budaya masyarakat Banten sebelum angklung buhun Badui sudah dilakukan sejak tahun 2010 di antaranya seni ubrug dan wayang garing.
Seni ubrug dan wayang garing berkembang di wilayah Kabupaten dan Kota Serang.
Biasanya, budaya seni tersebut kerap dipentaskan pada perayaan pernikahan, sunatan hingga perayaan kemerdekaan.
Budaya seni ubrug dan wayang garing itu,selain menghibur masyarakat juga membawa pesan penyampaian misi yang positif untuk pembangunan.
Para pemain seni ubrug itu menggunakan bahasa campuran antara Jawa Banten dan Sunda.
Namun, seni wayang garing dimainkan seorang diri dengan menirukan suara dalang juga bernyanyi dengan menggunakan bahasa Jawa Banten.
Sedangkan, budaya seni angklung buhun Badui dipentaskan saat masyarakat Badui melaksanakan tanam padi huma.
Masyarakat Badui menanam padi huma di lahan-lahan darat dan mereka terhibur dengan seni angklung buhun itu.
Namun, ketiga seni budaya masyarakat Banten tersebut hingga kini kurang dikenal masyarakat luas.
Karena itu, pihaknya khawatir seni budaya masyarakat Banten bisa punah jika tidak dilestarikan oleh generasi bangsa.
"Kami melakukan revitalisasi sastra seni angklung buhung Badui agar kembali berkembang di masyarakat," katanya menjelaskan.
Menurut dia, Kantor Bahasa Banten kini memperkenalkan kepada 100 pelajar SMA/SMK di Lebak agar mampu mempermainkan seni angklung buhun Badui.
Mereka para pelajar itu dilatih selama tiga hari mulai Selasa (6/2) sampai Kamis (8/2) oleh seniman-seniman yang didatangkan dari Badui.
Pelatihan seni angklung buhun Badui itu dipusatkan di Gedung Sugri Rangkasbitung.
"Kami berharap para pelajar itu bisa memainkan seni angklung buhun Badui sehingga bisa berkembang di masyarakat," katanya menjelaskan.
Salah satu seniman Badui, Kendut (50) mengatakan seni angklung buhung sudah berlangsung sejak leluhur nenek moyang hingga kini masih dilestarikan oleh masyarakat Badui.
Permainan seni angklung buhun sebanyak 11 orang dengan memainkan alat pertabuhan, seperti beduk, kalingting, ketik, indung, ringkong, dongdong, pujing, engklok, indung letik, torolog, dan roel.
Selama ini, seni angklung buhun juga kerap tampil di DKI Jakarta hingga Bandung.
Namun, pihaknya mengapresiasi adanya revitalisasi sastra angklung buhun oleh Kantor Bahasa Banten untuk pelestarian budaya masyarakat Badui.
Saat ini, permainan seni angklung di kawasan Badui relatif sedikit sehingga perlu dilestarikan kepada masyarakat.
"Kami berharap pemerintah bisa mempromosikan seni angklung buhun sehingga bisa menembus Internasional," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2018
"Kita melakukan revitalisasi sastra angklung buhung Badui dengan melibatkan 100 siswa SMA/SMK," kata staf Kantor Bahasa Banten Nondi Sopandi saat dihubungi di Lebak, Selasa.
Kegiatan pelestarian budaya masyarakat Banten sebelum angklung buhun Badui sudah dilakukan sejak tahun 2010 di antaranya seni ubrug dan wayang garing.
Seni ubrug dan wayang garing berkembang di wilayah Kabupaten dan Kota Serang.
Biasanya, budaya seni tersebut kerap dipentaskan pada perayaan pernikahan, sunatan hingga perayaan kemerdekaan.
Budaya seni ubrug dan wayang garing itu,selain menghibur masyarakat juga membawa pesan penyampaian misi yang positif untuk pembangunan.
Para pemain seni ubrug itu menggunakan bahasa campuran antara Jawa Banten dan Sunda.
Namun, seni wayang garing dimainkan seorang diri dengan menirukan suara dalang juga bernyanyi dengan menggunakan bahasa Jawa Banten.
Sedangkan, budaya seni angklung buhun Badui dipentaskan saat masyarakat Badui melaksanakan tanam padi huma.
Masyarakat Badui menanam padi huma di lahan-lahan darat dan mereka terhibur dengan seni angklung buhun itu.
Namun, ketiga seni budaya masyarakat Banten tersebut hingga kini kurang dikenal masyarakat luas.
Karena itu, pihaknya khawatir seni budaya masyarakat Banten bisa punah jika tidak dilestarikan oleh generasi bangsa.
"Kami melakukan revitalisasi sastra seni angklung buhung Badui agar kembali berkembang di masyarakat," katanya menjelaskan.
Menurut dia, Kantor Bahasa Banten kini memperkenalkan kepada 100 pelajar SMA/SMK di Lebak agar mampu mempermainkan seni angklung buhun Badui.
Mereka para pelajar itu dilatih selama tiga hari mulai Selasa (6/2) sampai Kamis (8/2) oleh seniman-seniman yang didatangkan dari Badui.
Pelatihan seni angklung buhun Badui itu dipusatkan di Gedung Sugri Rangkasbitung.
"Kami berharap para pelajar itu bisa memainkan seni angklung buhun Badui sehingga bisa berkembang di masyarakat," katanya menjelaskan.
Salah satu seniman Badui, Kendut (50) mengatakan seni angklung buhung sudah berlangsung sejak leluhur nenek moyang hingga kini masih dilestarikan oleh masyarakat Badui.
Permainan seni angklung buhun sebanyak 11 orang dengan memainkan alat pertabuhan, seperti beduk, kalingting, ketik, indung, ringkong, dongdong, pujing, engklok, indung letik, torolog, dan roel.
Selama ini, seni angklung buhun juga kerap tampil di DKI Jakarta hingga Bandung.
Namun, pihaknya mengapresiasi adanya revitalisasi sastra angklung buhun oleh Kantor Bahasa Banten untuk pelestarian budaya masyarakat Badui.
Saat ini, permainan seni angklung di kawasan Badui relatif sedikit sehingga perlu dilestarikan kepada masyarakat.
"Kami berharap pemerintah bisa mempromosikan seni angklung buhun sehingga bisa menembus Internasional," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2018