Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang Selatan (Tangsel) mengoptimalkan Gerakan Masyarakat Makan Ikan atau Gemarikan sebagai upaya untuk mengatasi masalah stunting dan gizi buruk.

"Kalau kita tekankan ke anak-anak untuk makan ikan, itu mendapatkan asupan gizi yang bagus, nutrisi ke otaknya bagus, Insya Allah mereka bisa fokus di sekolahnya," kata Wakil Wali Kota Tangsel Pilar Saga Ichsan saat melaksanakan sosialisasi di Kecamatan Ciputat Timur, Kamis.

Ia mengatakan data terbaru menunjukkan penurunan angka stunting secara drastis dari 19 persen menjadi 9,2 persen di kota itu.

Keberhasilan tersebut, lanjutnya, merupakan kolaborasi berbagai pihak, termasuk upaya Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Tangsel bersama masyarakat untuk memberikan pemahaman terkait gizi.

"Kita harapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya konsumsi ikan dan asupan gizi yang seimbang untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan anak-anak di Tangerang Selatan," ujarnya.

Baca juga: Kemenkes optimistis target penurunan stunting 14 persen tahun ini tercapai

Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie menambahkan program ini terus dimasifkan ke masyarakat dan sudah berjalan sudah sangat lama. "Intinya untuk keseimbangan ekonomi, untuk menjaga inflasi, untuk menjaga konsumsi di tengah masyarakat," ucapnya. 

Ia mengatakan  ikan memiliki kandungan protein yang sangat baik untuk manusia, khususnya dalam mendukung tumbuh kembang anak.

"Targetnya saya harap konsumsi ikan di Tangsel bisa bertambah. Indeksnya satu orang biasanya cuma setengah kilo itu nanti bisa naik. Untuk berbagai jenis ikan dan berbagai macam olahan dari ikan itu sendiri. Nanti konsumsinya kita harapkan bisa naik," katanya.

Kepala DKP3 Tangsel Yepi Suherman mengatakan pihaknya juga akan berupaya meningkatkan budi daya ikan di wilayah itu.

"Kami menggerakkan budi daya ikan, para peternak ikan mengembangkan dengan kolam terpalnya, atau budi daya ikan dalam ember. Hampir di seluruh kecamatan," katanya.

Sebab sejauh ini pihaknya mencatat tingkat permintaan ikan di wilayah itu cukup tinggi, terutama jenis ikan lele. Untuk satu malam saja, kebutuhan ikan lele di Tangsel mencapai 15 ton. "Data yang diambil dari pedagang pecel lele, warteg, sama pasar," katanya.

Namun saat ini kebanyakan lele didistribusikan dari luar wilayah Tangsel, seperti dari Parung. "Karena kebutuhan yang tinggi sehingga Tangsel baru mampu produksi sebanyak tiga ton," ujarnya.

Baca juga: 1,4 juta keluarga telah ikuti program BKB Posyandu

Pewarta: Achmad Irfan

Editor : Bayu Kuncahyo


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024