PT Astra Land Indonesia melalui Astra Property dan Hongkong Land menghadirkan hunian Ammaia Ecoforest yang ramah lingkungan dan tampak nyaman untuk aktifitas penghuninya di atas lahan 5,4 hektar dengan ruang terbuka hijau berbentuk hutan kota.

"Untuk tahap awal sebelum peluncuran di kuartal 4 tahun ini, kami akan membuka sekitar 8 ribu meter persegi terlebih dulu lahan hijau, bersama dengan peluncuran klaster perdana kami," kata Project Director Ammaia Ecoforest Tony Soetanto di Tangerang, Jumat.

Menurutnya, hunian yang dibangun dengan mengusung hutan kota itu pun ditumbuhi ratusan tumbuhan, bahkan 70 diantaranya merupakan jenis tanaman langka. Sehingga, juga ikut melestarikan dan sebagai sarana konservasi tumbuhan.

Baca juga: Astra Land kembangkan hunian skala kota di Cikupa

Kemudian untuk huniannya, disediakan tiga tipe pilihan dengan material ataupun desainnya mengusung sustainability. Seperti memiliki jendela tinggi dan banyak, sehingga memastikan sirkulasi udara baik.

"Jadi tidak perlu pendingin udara di saat siang hari, juga memungkinkan pencahayaan alami yang baik, jadi bisa hemat penerangan," katanya.

Untuk membeli dan memiliki tipe hunian dengan serasa di alam terbuka itu mulai dibandrol dari kisaran Rp1,9 miliar sampai dengan Rp3,6 miliar.

Sementara itu, Chairman Green Building Council Indonesia (GBCI) Iwan Prijanto menambahkan bahwa saat ini belum banyak komplek atau hunian tapak yang mengusung konsep hidup berkelanjutan atau sustainability. 

Yang ada, kata dia, hanyalah gedung sustainability, seperti perkantoran, ruko dan sebagainya. Kendati demikian hadirnya Ammaia Ecoforest akan memenuhi kebutuhan hunian 30 sampai 40 tahun ke depan.

"Belum banyak. Fenomenanya masih seperti blue ocean, jadi masih bisa dihitung jari. Jadi, harusnya bila saat ini ada developer mengusung hunian atau kluster sustainability, maka harus jadi nilai lebih bagi calon penghuninya," ujarnya.

Baca juga: Dukung penurunan emisi, pengembang Serpong siapkan 700 sepeda listrik

Ia menyebutkan, para developer harus segera mengembangkan sustainability. Sebab, membeli properti atau hunian bukanlah untuk jangka pendek, melainkan investasi dihuni jangka panjang. 

"Bukan sekedar membeli rumah, tapi kita juga beli lingkungannya. Jadi, kalau 5 sampai 10 tahun kemudian keadaan rumah ataupun lingkungannya sudah tidak relevan dengan tantangan global, buat apa? Sudah pasti harganya akan turun," tuturnya.

Iwan juga menuturkan, bukan sekedar hijau, dengan banyaknya tanam pohon suatu hunian dan lingkungannya memperoleh konsep sustainability. Melainkan, setidaknya ada 7 kriteria yang harus dipenuhi pengembang tersebut.

"Peningkatan ekologis, memperhatikan pergerakan atau movement activity warga atau penghuninya, bertanggung jawab atas pengelolaan serta konservasi air," paparnya.

Baca juga: Sinar Mas Land hadirkan show unit Upper West BSD City Tangerang

Pewarta: Azmi Syamsul Ma'arif

Editor : Bayu Kuncahyo


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024