Kurator Ibu Kota Nusantara (IKN) Ridwan Kamil menegaskan bahwa IKN harus menjadi kota yang layak huni dan manusiawi, menghindari terulangnya kegagalan yang terjadi pada beberapa ibu kota di negara lain.
Dalam Rapat Koordinasi Nasional IKN di Jakarta, Kamis (14/3), pria yang akrab disapa Emil itu mengaku pernah mengingatkan Presiden RI Joko Widodo tentang kompleksitas dalam membangun ibu kota negara baru.
Ia mencontohkan Naypyidaw, Ibu Kota Myanmar, yang dianggap gagal karena kotanya sepi dan desainnya hanya berfokus pada pusat pemerintahan.
Menurut dia, Naypyidaw sepi karena tidak didesain sebagai kota yang utuh. Kota ini hanya difungsikan sebagai pusat pemerintahan tanpa mempertimbangkan aspek kehidupan masyarakat yang beragam.
"Hanya memindahkan kantor, maka tidak ada namanya kota formal-informal, kaya-miskin bercampur. Kota itu semua golongan harus hadir," katanya.
Baca juga: Peta jalan IKN untuk jadi kota yang dicintai diluncurkan 20 Maret
Mantan Gubernur Jawa Barat itu juga menyinggung Putrajaya, ibu kota administratif Malaysia, yang menurutnya memiliki desain kota yang indah. Namun, kota ini menjadi sepi pada malam hari karena mayoritas penduduknya masih tinggal di Kuala Lumpur.
"Paginya berkantor di Putrajaya, sorenya pulang ke Kuala Lumpur, malam sepi," tutur Emil.
Kemudian, dia juga menyebut ibu kota Brasil, Brasilia, yang dinilai terlalu luas sehingga kurang manusiawi dan sulit diakses oleh masyarakatnya.
Dia juga menyebut Canberra, Ibu Kota Australia, sebagai kota yang sepi, berbeda dengan Sydney dan Melbourne yang ramai.
Baca juga: 10 tahun ke depan pembangunan Kota Nusantara disebut tidak perlu APBN
Menurutnya, sebuah kota yang ideal harus ramai, baik pada siang maupun malam hari.
Ia mencontohkan Washington DC, Ibu Kota Amerika Serikat, yang dirancang dari nol dan membutuhkan waktu 100 tahun untuk berkembang menjadi kota yang ramai dan layak huni seperti sekarang.
Emil menekankan pentingnya IKN sebagai kota yang layak huni dan manusiawi, jangan sampai IKN bernasib sama seperti beberapa ibu kota lain yang gagal.
“Maka saya katakan IKN harus layak huni, cirinya ada orang berjalan kaki. Kalau di IKN tidak ada orang berjalan kaki, kita gagal menciptakan kota yang manusiawi, ke mana-mana harus naik kendaraan, naik mobil," kata dia.
Baca juga: AHY bicara polemik tata ruang wilayah IKN di Pemaluan
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024
Dalam Rapat Koordinasi Nasional IKN di Jakarta, Kamis (14/3), pria yang akrab disapa Emil itu mengaku pernah mengingatkan Presiden RI Joko Widodo tentang kompleksitas dalam membangun ibu kota negara baru.
Ia mencontohkan Naypyidaw, Ibu Kota Myanmar, yang dianggap gagal karena kotanya sepi dan desainnya hanya berfokus pada pusat pemerintahan.
Menurut dia, Naypyidaw sepi karena tidak didesain sebagai kota yang utuh. Kota ini hanya difungsikan sebagai pusat pemerintahan tanpa mempertimbangkan aspek kehidupan masyarakat yang beragam.
"Hanya memindahkan kantor, maka tidak ada namanya kota formal-informal, kaya-miskin bercampur. Kota itu semua golongan harus hadir," katanya.
Baca juga: Peta jalan IKN untuk jadi kota yang dicintai diluncurkan 20 Maret
Mantan Gubernur Jawa Barat itu juga menyinggung Putrajaya, ibu kota administratif Malaysia, yang menurutnya memiliki desain kota yang indah. Namun, kota ini menjadi sepi pada malam hari karena mayoritas penduduknya masih tinggal di Kuala Lumpur.
"Paginya berkantor di Putrajaya, sorenya pulang ke Kuala Lumpur, malam sepi," tutur Emil.
Kemudian, dia juga menyebut ibu kota Brasil, Brasilia, yang dinilai terlalu luas sehingga kurang manusiawi dan sulit diakses oleh masyarakatnya.
Dia juga menyebut Canberra, Ibu Kota Australia, sebagai kota yang sepi, berbeda dengan Sydney dan Melbourne yang ramai.
Baca juga: 10 tahun ke depan pembangunan Kota Nusantara disebut tidak perlu APBN
Menurutnya, sebuah kota yang ideal harus ramai, baik pada siang maupun malam hari.
Ia mencontohkan Washington DC, Ibu Kota Amerika Serikat, yang dirancang dari nol dan membutuhkan waktu 100 tahun untuk berkembang menjadi kota yang ramai dan layak huni seperti sekarang.
Emil menekankan pentingnya IKN sebagai kota yang layak huni dan manusiawi, jangan sampai IKN bernasib sama seperti beberapa ibu kota lain yang gagal.
“Maka saya katakan IKN harus layak huni, cirinya ada orang berjalan kaki. Kalau di IKN tidak ada orang berjalan kaki, kita gagal menciptakan kota yang manusiawi, ke mana-mana harus naik kendaraan, naik mobil," kata dia.
Baca juga: AHY bicara polemik tata ruang wilayah IKN di Pemaluan
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024