Lebak (Antara News) - Petani di Kabupaten Lebak, Banten, pekan depan mulai memasuki musim panen jagung hibrida seluas 300 hektare di Desa Bulakan Kecamatan Gunungkencana.

"Panen jagung itu bagian dari bantuan program upaya khusus (Upsus) yang digulirkan Kementerian Pertanian (Kementan)," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Lebak Dede Supriatna di Lebak, Kamis.

Pemerintah daerah mengapresiasi gerakan penanaman jagung di Desa Bulakan Kecamatan Gunungkencana yang kini memasuki musim panen seluas 300 hektare.

Panen jagung tersebut menyumbangkan produksi dan produktivitas jagung di Tanah Air.

Petani yang memasuki panen jagung tersebut adalah dari masa tanam pada Mei 2017. Diperkirakan panen jagung di Desa Bulakan Kecamatan Gunungkencana rata-rata mencapai tujuh ton per hektare.

Produksi jagung sebanyak tujuh ton itu jika dikonversi menjadi pipilan sekitar lima ton per hektare. Apabila lima ton itu dijual Rp4.700 kilogram pipilan maka pendapatan petani bisa mencapai Rp22 juta per hektare.

"Kami yakin panen jagung itu bisa meningkatkan pendapatan petani," katanya.

Menurut Dede, petani Kabupaten Lebak tahun 2017 menerima bantuan Program Upsus dari Kementan itu seluas 30.000 hektare guna memutus impor jagung.

Produksi jagung itu akan ditampung oleh Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Provinsi Banten sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani bisa bisa mengatasi pengangguran.

Program Upsus jagung sinergi dengan Program "Lebak Sejahtera" yang digulirkan Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya.

Prospek pendapatan petani cukup menjanjikan setelah adanya kesiapan GPMT Banten menampung jagung tersebut.

"Panen jagung program upsus akan berlangsung hingga Desember mendatang." katanya.

Dede menyebutkan petani yang menerima Program Upsus menerima benih sebanyak 15 kilogram per hektare dengan pupuk urea 50 kilogram per hektare.

Penyaluran bantuan benih jagung hibrida varietas NK 212 sangat cocok ditanam di wilayah Kabupaten Lebak.

Untuk menggenjot produksi jagung, pihaknya kini menjalin kerja sama dengan perusahaan BUMN diantaranya Perum Perhutani dan Perkebunan VIII dengan memanfaatkan lahan tidur yang jumlah mencapai ribuan hektare.

Lahan tidur itu nantinya ditanam jagung oleh petani setempat sehingga bisa meningkatkan pendapatan ekonomi mereka.

"Kami bekerja keras agar Lebak menjadikan lumbung jagung dengan mengoptimalkan tenaga penyuluh, juga penerapan teknologi budidaya pertanian serta perluasan tanaman," katanya menjelaskan.

Seorang petani di Kecamatan Gunungkencana Kabupaten Lebak, Murod (55), mengakui panen jagung seluas satu hektare itu dengan memanfaatkan lahan milik Perum Perhutani dengan sistem tumpang sari.

Mereka petani di sini mengembangkan tanaman jagung di lahan darat.

"Kami meresa lega panen jagung sudah ditampung GPMT dan meraup keuntungan sekitar Rp21 juta," katanya.

Pewarta: Mansyur

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2017