Banyuwangi (Antara News) - Mina sedang asyik melumuri lem buatan ke badan lampu hias. Setelah itu, satu per satu,  ia menempelkan kerang dan hiasan lainnya agar lampu hiasan produk Husna Art menjadi cantik dan siap untuk diekspor ke mancanegara.

Tak hanya Mina, tapi belasan pekerja lainnya di sentra produksi (workshop) Husna Art sedang sibuk menyelesaikan berbagai produk kerajinan kerang untuk membuat lampu hias untuk rumah atau perkantoran. Mereka bekerja di "workshop" (sentra produksi) Husna Art, kecamatan Muncar,  Banyuwangi, saat kunjungan delegasi PNM dan para jurnalis berkunjung ke sana, Kamis (20/7).

"Sekitar 75 persen produk kerajinan kerang untuk produk lampu hias ini diekspor ke mancanegara di antaranya ke Jerman, Jepang dan Australia. Sedangkan sisanya sekitar 25 persen dipasarkan ke pasar dalam negeri," kata Yitno Pribadi, pengusaha UKM sekaligus perajin kerang, di Banyuwangi.

Yitno kemudian mengambil boks pembungkus lampu hias bermerek Paul Neuhaus. "Produk lampu hias Husna Art nantinya akan masuk ke mal-mal di Jerman dengan merek ini. Jadi semua lampu hias yang sudah selesai dibungkus dengan boks ini," katanya.

Perajin asal Banyuwangi itu mengaku bisa mengekspor satu kontainer per bulan berisi lampu hias dari kerajinan kerang dengan berbagai ukuran. "Kadang-kadang juga bisa mengirim beberapa kontainer per bulan jika banyak pesanan dari luar negeri," ujar dia.

Eksportir kerajinan kerang ini merupakan lulusan sekolah perhotelan dan sudah dua puluh tahun bekerja malang melintang di berbagai hotel dan berbagai tujuan wisata. Berkat keinginan atas masa depan dan hari tua yang lebih baik, Yitno langsung banting usaha membuat kerajinan kerang di Tegalalang, Ubud, Bali.

"Setelah dua puluh tahun bekerja di hotel kemudian banting setir menjadi perajin kerang demi masa depan yang lebih baik serta menolong warga sekampung dengan membuka lapangan kerja," tutur dia.

Setelah produk kerajinan kerangnya sukses dan banyak dibeli turis di Bali, ia kemudian membuat sentra produksi di Banyuwangi, kampung halamannya. ""Biaya produksi di Banyuwangi lebih murah dan bahan produksinya juga banyak tersedia di sini," katanya.

Pengusaha kerajinan kerang ini sudah memiliki dua workshop, yakni di Tegalalang, Ubud, Bali dan di Kecamatan Muncar, Banyuwangi. "Kami baru saja pulang kampung ke Banyuwangi dan membangun workshop ini dua tahun lalu. Membuka lapangan kerja buat para pemudi di kampung saya," kata Yitno, yang awal karirnya merupakan pekerja hotel di berbagai kota di dalam negeri.

Kesuksesan produk kerajinan kerang Husna Art hingga bisa tembus ke pasar mancanegara tak lepas dari sentuhan PT Permodalan Nasional Madani (PNM), sebuah BUMN yang bergerak di bidang pemberdayaan usaha mikro dan UKM, melalui program Ulamm yakni pembiayaan untuk usaha mikro kecil dan menengah.

"Kami mendapat bantuan modal usaha sebesar Rp200 juta. Berkat bantuan Ulamm PNM lah usaha kami terus berkembang. Kami mau nanti plafon bantuan modalnya bisa naik Rp600 juta," kata Yitno sambil berkelekar.

Ia mengaku senang dengan program Ulamm PNM, karena nasabah bukan hanya dapat bantuan modal usaha namun juga pembinaan agar usaha ini terus berkembang dan kuat. Para staf PNM sering datang mengunjungi kami, berdialog dan diskusi," ujar Yitno.

Bisnis Yitno terus berkembang. Di bengkel kerjanya di Banyuwangi, usahanya tidak saja membuat lampu hiasan dari kerajinan kerang, tapi juga menjual tanaman hias, hortikultura beserta pot tanaman.

    
Batik Satrio

Sentuhan Ulamm juga membuat usaha Nanang Edi Supriyono, perajin batik dengan merek Batik Satrio, makin maju dan berkembang. Nanang, dulunya merupakan buruh pabrik, kemudian kena PHK. Dengan modal Rp850.000, ia membuat usaha kerajinan batik.

"Usaha batik ini sempat jatuh bangun juga. Bahkan hampir bangkrut. Namun berkat bantuan PT PNM melalui program Ulamm, usaha saya mulai bangkit, maju dan berkembang," kata Nanang, saat ditemui tim PNM dan rombongan wartawan, di gerai batik sekaligus cafe dan resto Batik Satrio, di Dusun Krajan, Desa Seneporejo, Siliragung, Banyuwangi.

Pemuda berambut gondrong kemudian dikuncir bak seorang seniman, kemudian menuturkan usaha batik yang dirintis sejak 2001. Awalnya,  Nanang membuat "bed cover" untuk dijual di Ubud Bali. Kemudian membuat produk batik Bali, kain batik untuk di pantai. Usahanya makin berkembang ketika PNM, melalui program Ulamm, memberikan pinjaman modal mulai dari Rp150 juta, kemudian naik menjadi Rp200 juta, terakhir dapat suntikan modal usaha Rp600 juta.

Dengan sentuhan program Ulamm, Nanang kini memiliki sentra produksi dan gerai batik serta kafe dan resto Desa Seneporejo, Siliragung, Banyuwangi. Tepat di jalan raya antara kota Banyuwangi dengan destinasi wisata Pantai Pulau Merah. "Jadi jika turis mau wisata ke Pantai Pulau Merah silahkan mammpir ke sini," kata Nanang.

Selain itu, Batik Satrio juga punya toko suvenir kaos di Pantai Pulau Merah. Selain membuat batik Bali, Nanang juga membuat batik tradisional Banyuwangi dan batik Solo untuk pasar Jawa Tengah dan Jakarta, serta kota lainnya.

"Produksi Batik Satrio kini telah merambah ke berbagai kota di Indonesia, bukan hanya Bali. Di antaranya Jakarta, Bandung, Kalimantan, Sulawesi, dan lainnya. Serta di pasar mancanegara seperti Prancis, Italia, Haiti, dan negara lainnya," aku Nanang.

"Keberhasilan Yitno dan Nanang merupakan sebagian kecil dari pengusaha kecil yang sukses tumbuh, besar dan berkembang berkat sentuan modal usaha dari program Ulamm," kata  Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT PNM Arief Mulyadi

Sejak program Ulamm masuk ke Banyuwangi sejak tahun 2011, PNM telah menyalurkan modal usaha sebesar Rp298,7 miliar kepada 3.346 pelaku UMKM. Dan posisi 7 Mei 2017, jumlah nasabah aktif Ulamm di Kabupaten Banyuwangi mencapai 983 nasabah, tambah Arief.

Sedangkan untuk Provinsi Jawa Timur, PNM telah menyalurkan modal usaha sebesar Rp4,05 triliun kepada 54.053 pelaku UMKM sejak tahun 2009. "Posisi Mei 2017, jumlah nasabah aktif Ulamm di Jawa Timur mencapai 13.181, dengan total tagihan (outstanding) Rp895,82 persen, katanya.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas merasa sangat senang dengan program Ulaam dan Mekaar (pembiayaan kepada perempuan prasejahtera dan aktif ekonomi) di daerahnya karena sangat membantu program kerja Pemkab Banyuwangi untuk memperkuat dan memberdayakan ekonomi kerakyatan.

Pewarta: Adi Lazuardi

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2017