Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten, meminta dana desa dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah stunting atau kekerdilan akibat gagal tumbuh yang dialami anak-anak usia di bawah lima tahun.
"Kita meyakini pemanfaatan dana desa secara tepat sasaran dapat menurunkan kasus stunting," kata Kabid Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana pada Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) LebakTuti Nurasiah di Lebak, Kamis.
Pemerintah Kabupaten Lebak bekerja keras untuk menurunkan kasus stunting yang ditargetkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tahun 2024 sekitar 14 persen.
Baca juga: 2024, Pemprov Banten prioritaskan penanganan kemiskinan ekstrem
Baca juga: 2024, Pemprov Banten prioritaskan penanganan kemiskinan ekstrem
Penurunan kasus stunting itu untuk menyiapkan generasi emas tahun 2045, sehingga anak balita yang lahir sekarang harus terbebas dari tengkes.
Pihaknya menggelar rapat juknis penggunaan dana desa dengan melibatkan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) setempat.
Pemanfaatan penggunaan dana desa tahun lalu belum menyentuh dan tidak tepat sasaran untuk percepatan penurunan stunting.
Karena itu, pihaknya berharap pemanfaatan dana desa bisa menyentuh percepatan penurunan kasus stunting dengan memberikan pelatihan terhadap tim Percepatan Penanganan Stunting (TPPS) desa setempat.
Baca juga: Angka keluarga berisiko stunting di Tangerang turun
Baca juga: Angka keluarga berisiko stunting di Tangerang turun
Pelatihan itu, kata dia, nantinya mampu menangani kasus stunting maupun keluarga risiko stunting (KRS) dengan memberikan edukasi pencegahannya.
Selain itu juga memberikan bantuan aneka makanan beragam untuk pemulihan gizi anak dan ibu hamil yang mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK) agar tidak melahirkan anak stunting.
"Kami optimistis pemanfaatan dana desa jadi garda utama agar tidak ada lagi kasus stunting baru," kata Hj Tuti.
Pihaknya mengapresiasi jumlah anak yang mengalami stunting di Kabupaten Lebak sampai Desember 2023 sesuai data nama dan alamat (by name and by address) tercatat 3,65 persen atau 3.788 balita.
Baca juga: Dinkes Pandeglang lakukan Gerakan Aksi Bergizi SARITA SANTIK
Baca juga: Dinkes Pandeglang lakukan Gerakan Aksi Bergizi SARITA SANTIK
Sedangkan, berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) prevalensi anak stunting di Lebak sebesar 27,5 persen yang artinya dari 100 anak yang ada di Lebak, 27 di antaranya mengalami stunting.
"Kami optimistis percepatan penurunan stunting di Lebak bisa di bawah 14 persen 2024, karena secara by name by address sudah mencapai 3,65 persen," kata Tuti.
Tati (35) warga Rangkasbitung Kabupaten Lebak mengatakan perkembangan anaknya yang positif teridentifikasi stunting kini sudah membaik dengan bertambahnya berat badan, bahkan anaknya kini banyak bermain dan ceria serta bernafsu makan.
"Kami terbantu adanya bantuan aneka makanan bergizi juga pemeriksaan kesehatan dari pemerintah juga penimbangan di posyandu secara rutin sehingga perkembangan kesehatan anaknya itu cukup baik," kata Tati.
Baca juga: IDI: kolaboratif kunci utama atasi stunting di Kota Tangerang
Baca juga: IDI: kolaboratif kunci utama atasi stunting di Kota Tangerang
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024