Serang (Antara News) -  Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten Budiharto Setyawan mengatakan kontribusi sektor pertanian dalam pertumbuhan perekonomian Banten masih kecil, hanya 6,12 persen pada 2016, sehingga perlu ditingkatkan.

"Sedikit turun dari posisi tahun 2010 dengan pangsa 6,17 persen. Namun demikian terlihat bahwa kontribusi sektor pertanian di Banten relatif kecil, lebih kecil dari pangsa nasional," kata Budiharto pada rapat koordinasi Bank Indonesia dengan Pemerintah Daerah Semester I/2017 di Serang, Kamis.

Rapat sehari itu menghadirkan pembicara Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia periode tahun 2013-2016 Dr Hendar, Ekonom Senior INDEF Prof Bustanul Arifin, Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya dan Bupati Pandeglang Irna Narulita.

Budiharto mengatakan kondisi perekonomian Banten tahun 2016 tumbuh 5,26 persen (yoy), melambat dibanding tahun 2015 yang mencapai 5,4 persen (yoy). Namun demikian, meskipun mengalami perlambatan, laju pertumbuhan ekonomi Banten tersebut lebih tinggi daripada pertumbuhan nasional yaitu 5,02 persen (yoy) pada 2016.

Budi juga menyinggung inflasi di Banten pada 2016 sebesar 2,94 persen (yoy), yang merupakan tertinggi di Pulau Jawa, meski lebih rendah dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 4,29 persen (yoy).

Ia mengatakan meskipun inflasi Banten sudah menunjukkan tren menurun, namun inflasi kelompok pangan (bahan makanan) pada tahun 2016 masih cukup tinggi yaitu mencapai 7,38 persen (yoy).

Inflasi yang utamanya di sumbang oleh komoditas seperti beras, cabai merah, bawang merah, daging ayam ras dan daging sapi.

Tingginya inflasi pada kelompok bahan pangan yang juga merupakan kelompok utama pada komponen makanan berfluktuasi memberikan sumbangan terbesar pada inflasi tahun 2016.

Tahun 2017, Budiharto mengatakan tekanan inflasi diperkirakan akan lebih meningkat seiring dengan membaiknya perekonomian yang mendorong konsumsi masyarakat serta beberapa kebijakan penyesuaian harga oleh pemerintah.

Tingkat inflasi Provinsi Banten di tahun 2017, diperkirakan berada di kisaran 5,0 - 5,4 persen (yoy).

Demikian juga untuk inflasi komponen 'volatile food', diperkirakan akan meningkat seiring dengan cuaca yang belum kondusif.

"Adapun target inflasi kelompok bahan pangan tahun 2017 untuk Provinsi Banten adalah 8,4 persen (yoy), katanya.

Hasil kajian Bank Indonesia diketahui bahwa terdapat keterbatasan terkait 'volatile food' atau dalam hal ini adalah kelompok pangan, dimulai dari ketersediaan lahan, produktifitas, infrastruktur dan pembiayaan.

Keterbatasan terkait komoditas 'volatile food' tercermin dari menurunnya pangsa sektor pertanian dalam perekonomian nasional, yaitu dalam kurun waktu 10 tahun terakhir turun dari kisaran 20 hingga 23 persen menjadi hanya 13 persen.

Sementara itu, pada perekonomian Banten sektor pertanian hanya berkontribusi sebesar 6,12 persen dari perekonomian Banten pada tahun 2016, sedikit turun dari posisi tahun 2010 dengan pangsa 6,17 persen.

Namun demikian, terlihat bahwa kontribusi sektor pertanian di Banten relatif kecil, lebih kecil dari pangsa nasional.

Pengelolaan pangan mulai dari produksi, distribusi, dan tata niaga, sampai harga pangan dirasa belum maksimal.

Sementara gejolak pasokan dan harga pangan, disparitas harga yang tinggi antara daerah juga mencerminkan regulasi dan insentif pada sektor pertani belum optimal, kata Budiharto.

Selain itu, kata Budiharto, tingkat konversi lahan masih tinggi terutama di Pulau Jawa, termasuk di Provinsi Banten, yang mengakibatkan luasan lahan tanaman pangan menjadi tidak memenuhi skala ekonomis.

Selanjutnya hal tersebut juga akan menyulitkan upaya pengembangan teknologi produksi dan paska produksi menjadi rendah.

Permasalahan lain yang dihadapi terkait pangan adalah kualitas infrastruktur berupa kerusakan jalan dan saluran irigasi baik primer maupun sekunder.

Serta kendala panjangnya rantai perdagangan komoditas pangan yang menjadikan struktur pasar menjadi kurang kompetitif dan pembentukan harga dikuasai oleh level pedagang tertentu.

Kondisi inilah yang menyebabkan harga kelompok pangan menjadi tinggi dan sulit dikendalikan.

Kondisi-kondisi tersebut di ataslah yang kemudian mempengaruhi inflasi di Provinsi Banten menjadi cenderung lebih tinggi dibandingkan daerah lain, demkian diucapkannya.

Pewarta: Ridwan Chaidir

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2017