Jakarta (Antara News) - Duta Besar AS untuk Indonesia, Joseph R Donovan, JR berkeinginan untuk meningkatkan kerja sama industri AS-Indonesia terutama industri tekstil dimana AS merupakan pemasok utama kapas.

Hal ini diutarakan Joseph dalam temu bisnis dengan sejumlah pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) di Jakarta, Selasa.

Dia berharap pertemuan kali ini akan ada masukan-masukan dari kalangan pengusaha tekstil di Indonesia untuk nantinya dituangkan melalui perjanjian kerja sama antara pemerintah kedua negara.

Nilai ekspor kapas AS ke Indonesia sebesar 350 juta dolar AS atau terbesar dibanding negara lain. Hal ini tentunya memberikan dampak positif bagi Indonesia dengan terciptanya lapangan kerja lebih luas, kata dia.

Joseph juga mengemukakan, kerjasama perdagangan dibidang agrikultur nilainya juga sangat signifikan mencapai 7,6 miliar dolar AS. Dia berharap kedepannya dapat terus didorong untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran kedua negara.

"Saya percaya kerja sama dapat ditingkatkan, ada peluang untuk sektor agrikultur senilai 7,6 m dolar AS. Indonesia ke AS senilai 4,8 miliar dolar AS dalam bentuk Seafood, kopi, rempah, karet, serta buah-buahan tropis lainnya, sedangkan AS ke Indonesia 2,8 miliar dolar AS dalam bentuk kedelai, kapas, dan produk berbasis susu (dairy product)," ujar dia.

Sedangkan Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Kementerian Perindustrian, Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, pertemuan kali ini merupakan yang pertama kalinya dengan Dubes baru AS untuk Indonesia. Pemerintah berencana mempercepat adanya kesepakatan kedua negara yang lebih konkret dibidang pertekstilan.

"Kami punya "material center" atau pusat penyedia bahan baku produk industri, tujuannya untuk mempermudah pelaku industri kecil dan menengah (IKM) mendapatkan bahan baku dengan harga yang terjangkau," kata Sigit.

Sigit juga menjelaskan, impor kapas untuk kebutuhan industri tekstil di Indonesia mencapai 70 persen. Pemerintah berencana untuk memperkuat Material Center industri tekstil salah satunya di Jawa Barat dengan mendirikan sekolah khusus kapas untuk mengembangkan jenis lain namun dengan kualitas yang berbeda.

Sigit mengungkapkan kalau selama ini Indonesia sudah memiliki forum bisnis bilateral dengan pemerintah Jepang, dia berharap forum semacam ini juga dapat dikembangkan dengan AS terutama untuk mengembangkan industri pertekstilan dari hulu sampai hilir.

Dalam kesempatan tersebut Dubes AS untuk Indonesia, Joseph R Donovan juga mengucapkan terimakasih atas kepercayaan industri di Indonesia untuk menggunakan produk AS terutama kapas dan mesin.

Kerja sama kedua negara akan ditingkatkan yang akan ditindaklanjuti dengan pembicaraan antara kedua negara  di Washington bulan Apri 2017 dengan kerangka kerja dibidang perdagangan dan investasi, kata Joseph.

Terkait dengan turunnya nilai ekspor tekstil Indonesia tahun 2016, hal ini diakui Sigit, namun hal ini lebih disebabkan kondisi ekonomi dunia yang memang sedang lesu, sedangkan untuk tahun 2017 ekspor tekstil akan membaik, jelas Sigit.

Sigit mengatakan, kalau pada tahun lalu nilai ekspor turun 3 persen dari 12 miliar dolar AS menjadi 11 miliar dolar AS, maka untuk tahun 2017 diharapkan dapat meningkat kembali.

Pemerintah, menurut Sigit, akan memperjuangkan agar tekstil Indonesia tidak dikenakan tarif sepertihalnya Vietnam.

Menurut Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat, kalau tarif dapat dibuat nol persen ke Eropa dan AS tentunya akan memberikan multiplier effect bagi perekonomian di Indonesia, serta dapat membuka lapangan pekerjaan lebih banyak lagi.

Ade mengatakan, industri tekstil saat ini menghadapi persoalan di sisi eksternal dalam artian dari segi geografis Indonesia lokasinya paling jauh dibandingkan negara-negara pesaing, membuat biaya logistik menjadi lebih tinggi.

Solusinya harus ada perbaikan di sisi internal dalam hal ini asosiasi telah meminta agar biaya energi dapat ditekan seperti harga gas di bawah 6 dolar AS serta listrik di bawah harga pesaing.

Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah memberikan kemudahan dalam sertifikasi tenaga kerja di industri tekstil mulai dari operator, supervisor, sampai manajerial sehingga industri tinggal menerima saja.

Ade juga mengungkapkan salah satu yang menjadi kendala untuk efisiensi adalah masih 87 persen mesin industri tekstil belum direstrukturisasi, kalau semuanya sudah direstrukturisasi akan membuat daya saing industri tekstil menjadi lebih baik.

Sedangkan untuk serbuan produk asing, menurut Ade, sudah tidak terlalu mengkhawatirkan karena harganya saat ini sudah sama dengan di dalam negeri. Hal ini karena harga bahan bakunya di luar negeri sudah sama.

Pewarta: Ganet Dirgantoro

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2017