Lebak (Antara News) - Pengurus Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Provinsi Banten mendukung gerakan nasional reboisasi hutan dan lahan (gerhan) dihidupkan kembali oleh pemerintah karena dapat mengendalikan bencana alam.

"Kami yakin program Gerhan cukup efektif untuk menangani kerusakan hutan dan lahan," kata Ketua Majelis Lingkungan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Provinsi Banten Charis Khaddafi di Rangkasbitung, Selasa.

Selama ini, bencana alam seperti banjir dan longsor melanda beberapa daerah di Tanah Air akibat kerusakan hutan dan lahan.

Bencana banjir dan longsor juga di awal tahun 2017 terjadi di Kabupaten Lebak dan Pandeglang.

Ribuan warga di dua kabupaten itu harus mengungsi akibat tergenang banjir, bahkan diantaranya memakan korban jiwa.

Selain itu juga kerugian material dan ancaman gagal panen cukup besar.

Peristiwa bencana alam tersebut karena kerusakan hutan di daerah konservasi sebagai kawasan hulu mengalami kerusakan.

Kerusakan hutan itu menyebabkan air hujan tidak terserap ke dalam tanah,namun  mengalir deras ke sejumlah daerah aliran sungai (DAS).

Karena itu, kondisi DAS tidak mampu menampung aliran air sehingga meluap ke permukaan penduduk.

"Kami setuju jika gerhan dihidupkan kembali, sehingga bisa mengendalikan bencana alam itu," ujarnya.

Menurut Charis, pelestarian hutan dan lahan perlu segera dilakukan reboisasi juga penghijauan di lahan konservasi untuk mencegah bencana longsor di daerah itu.

Lahan konservasi itu diantaranya kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) lahan konservasi milik adat Baduy, lahan konservasi adat kaolotan.

Selain itu juga lahan konservasi yang berada di kawasan Perum Perhutani, Perkebunan Nusantara dan milik rakyat.

"Semua lahan konservasi itu tahun ke tahun harus dilakukan program gerhan maupun gerakan penghijauan lainnya guna mencegah bencana alam itu," katanya.

Sejumlah masyarakat Kabupaten Lebak mengaku bahwa mereka mendukung dihidupkan kembali program gerhan untuk melakukan penghijauan di lahan-lahan konservasi maupun daerah aliran sungai.

Sebab gerakan penghijauan itu bisa mendorong pendapatan masyarakat karena produksi kayu saat ini cukup tinggi.

"Kami selama lima tahun bisa produksi kayu albasia seluas satu hektare dengan pendapatan sekitar Rp250 juta," kata Aman, petani warga Cijaku Kabupaten Lebak.

Pewarta: Mansyur

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2017