Cilegon (Antara News) - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Prof. Drs. H. Muhammad Nasir, M.Si, Ak, Ph.D, CA menegaskan komitmen pemerintah untuk mendorong kerja sama industri - perguruan tinggi terutama Fakultas Teknik agar lulusannya dapat memberi kontribusi bagi pembangunan.

"Saya akan dorong agar Rektor lebih aktif untuk menjalin kerja sama dengan industri di wilayahnya untuk memenuhi kebutuhan perkuliahan mahasiswa dan dosen," kata Muhammad Nasir di Cilegon, Senin, usai meresmikan gedung baru Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta).

Gedung baru ini mendapatkan pendanaan dari APBN Perubahan Ditjen Sumber Daya Iptek Dikti Kementerian Ristek Dikti ditujukan untuk memenuhi kebutuhan perkuliahan dan sarana perkuliahan Fakultas Teknik Unitirta.

Lebih lanjut, M. Nasir berharap melalui kerja sama dengan industri akan memudahkan mahasiswa untuk melakukan kuliah lapangan, tugas akhir atau bagi dosen dapat menjadi objek penelitan sehingga nantinya memberikan masukan yang positif bagi pengembangan industri tersebut.

Nasir mengatakan, melalui sinergi yang baik maka kualitas pendidikan juga dapat ditingkatkan ke depannya.

Nasir juga menyampaikan Untirta merupakan salah satu dari empat perguruan tinggi yang mendapatkan bantuan dari IDB untuk pembangunan prasarana dan sarana perkuliahan baru di atas lahan seluas 12 hektar senilai Rp650-700 miliar.

Sedangkan Wakil Ketua Inaplas (The Indonesian Aromatic Olefin & Plastic Industry Association), Suhat Miyarso, kerja sama dengan Untirta telah terjalin sejak lama salah satunya sarana laboratorium di Center Of Excellence (COE) di Fakulltas Teknik Unitirta

Suhat mengatakan kehadiran sarana baru yang dibangun Kementerian Ristek Dikti akan sangat membantu industri petrokimia yang ada di Provinsi Banten, apalagi dalam waktu dekat sejumlah pabrik baru akan beroperasi sehingga membutuhkan banyak tenaga kerja yang diharapkan banyak dipasok dari Untirta.

Suhat mengatakan Inaplas memiliki program pelatihan industri petrokimia baik bagi SDM dalam negeri maupun dari luar negeri.

Menurut Suhat saat ini negara-negara produsen minyak menyadari kalau hanya mengandalkan pendapatan dari minyak dan gas akan rugi, untuk itu mereka mulai membangun industri petrokimia yang sudah barang tentu membutuhkan tenaga yang berkompeten dibidangnya.

"Selama ini mereka banyak mengambil tenaga terlatih dari Indonesia, akibatnya SDM di Indonesia menjadi terbatas. Ke depan ini berkerja sama dengan Untirta kami membuka program pelatihan bagi SDM dari luar negeri," kata Suhat.

Salah satunya dari Oman, negara ini dalam waktu dekat akan merampungkan satu industri Petrokimia seperti CAP, calon tenaga kerjanya akan dilatih di sini untuk jangka waktu enam bulan kemudian akan dikembalikan ke negaranya untuk berkerja," kata Suhat.

Suhat mengatakan daripada mereka mengambil tenaga kerja dari Indonesia yang pada akhirnya mengganggu operasional perusahaan, lebih baik tenaga mereka dilatih di sini untuk kemudian dikembalikan ke negaranya.

"Mereka bukan pesaing karena lokasinya jauh, pesaing negara-negara Timur Tengah lebih ke Eropa. Justru dengan pengiriman tenaga kerja mereka kemarin akan ada sumber pendapatan baru," kata Suhat.

M. Nasir lebih jauh juga berharap seluruh program pendidikan di Fakultas Teknik Unitrita harus memiliki laboratorium, karena lulusannya akan diragukan kalau tidak memiliki laboratorium.

Menteri Ristek dan Dikti berharap mahasiswa di Untirta lebih giat belajar, pihaknya memberikan beasiswa bagi 150.000 mahasiswa berprestasi, angka ini mengalami kenaikan dari periode sebelumnya yang sempat mengalami penurunan. Anggaran Kementerian Ristek dan Dikti memang diturunkan, tetapi untuk beasiswa tetap kami upayakan terus meningkat.

Pewarta: Ganet Dirgantoro

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2017