Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti, Nirwono Joga mengatakan krisis polusi udara di Jabodetabek menyadarkan untuk menerapkan pengembangan hunian dengan konsep ramah lingkungan.

Konsep ramah lingkungan, jelas Nirwono, tidak sekedar menyediakan taman tetapi juga menyediakan fasilitas transportasi yang tidak menyumbang polusi udara bagi penghuninya untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.

Konsep yang dikenal "eco green living" ini, menurut Nirwono, menjadi jawaban terkait polusi udara yang terjadi di Jakarta dan kota-kota sekitarnya.

Baca juga: Properti untuk WNA, Elevee Alam Sutera sasar pasar Ekspatriat

Berdasarkan data situs pemantau udara (IQAir), pada Senin (18/9) pagi Indeks Kualitas Udara Jakarta berada di angka 149. Angka ini termasuk dalam kategori tidak sehat dengan polusi udara PM2.5 dan nilai konsentrasi 55,2 mikrogram per meter kubik.

Angka ini menunjukkan kondisi udara yang tidak sehat bagi kelompok sensitif yang merugikan manusia dan juga berdampak pada hewan dan juga tumbuhan. 

Menurut Nirwono Joga Pengamat Tata Kota, kondisi ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru, karena Jabodetabek dan terutama Jakarta selalu mendapatkan peringkat antara satu sampai tiga dalam lima tahun terakhir ini terkait polusi udaranya.

Menurutnya lagi, dalam lima tahun ke depan di Jabodetabek akan tetap seperti ini kalau tidak ada aksi seluruh pemangku kepentingan. 

"Secara umum, untuk membangun kota, kawasan dengan udara bersih maka harus terus membangun kawasan eco green living dan ini perlu waktu dalam membangun konsep ini, jelas Nirwono Joga dalam acara bincang-bincang Elevee di Alam Sutera, Tangerang, Banten, Senin.
 
Untuk mewujudkan eco city atau eco living tersebut, menurut Nirwono, ada empat pilar yang menjadi fondasi. Pertama, membuat kondisi yang nyaman untuk orang berjalan kaki, menuju satu tempat ke tempat lainnya, misalkan ke sekolah, pasar dan fasilitas lainnya. 

"Di luar negeri ini sudah berkembang dengan istilah pengembangan berorientasi pejalan kaki (pedestrian oriented development/ POD), kita dengan iklim tropis, sebaiknya pedestrian ini dipayungi oleh pepohonan, agar lebih nyaman,” jelas Nirwono.

Selanjutnya yang kedua, pembangunan kawasan, perumahan itu harus berhubungan dengan lingkungan yang sehat, dari air dan udaranya. 

"Dan yang ketiga, adalah membudayakan jalan kaki, tapi kota-kota di Indonesia dibangun untuk kendaraan bermotor. Budaya jalan kaki, bersepeda dan menggunakan transportasi publik itu sangat kurang. Dan yang terakhir adalah memberikan ekologi pada makhluk lain, dengan udara bersih dan lingkungan sehat maka, hewan seperti burung akan menunjukkan apakah udara bersih atau tidak. Kalau kotor atau berpolusi maka burung akan lari dari sekitar kita," jelasnya.

Sementara itu Lilia Sukotjo Sales & Marketing Director PT Alam Sutera Realty Tbk, Alam Sutera yang berdiri di atas lahan seluas 800 hektar terus ikut berperan memperbaiki kualitas lingkungan di Jabodetabek. 

Dalam pengembangannya sejak awal, kota mandiri Alam Sutera direncanakan dengan baik sehingga keberlanjutannya berlangsung baik. Lilia mencontohkan, sejak akhir tahun 1994, kawasan pedestrian ini sudah di konsep dan juga termasuk pepohonan yang ada di pinggir jalan.

“Kami sangat setuju untuk mengurangi polusi dan membangun budaya jalan kaki, dengan istilah POD. Untuk itu, kondisi jalannya harus sehat, ruangnya cukup, dan aman. Nyaman dan aman tidak tersandung masuk got atau jatuh, tapi juga aman dari kriminalitas. Ini semua harus dirangkum dalam perencanaan yang baik. Makanya hirarki pedestrian di Alam Sutera berbeda-beda sesuai geografis areanya dan semuanya berkanopi pepohonan agar nyaman," ujar Lilia Sukotjo.

Lilia Sukotjo menambahkan, Escala adalah salah satu produk kawasan terbaru di Alam Sutera yang luasnya 19 hektar. Dan akan menjadi icon dan jantung Alam Sutera yang kita kembangkan sebagai area green development. 

"Untuk itu, hunian yang dikembangkan vertikal (EleVee Condominium) agar bisa mendapatkan banyak ruang terbuka. Di dalam Escala ini ada Forest Park yang kita namakan "Rimba" seluas 4 hektar. Dan pedestrian di kawasan seluas 19 hektar ini sudah ada dan berfungsi dengan panjang 1,75 kilometer yang mengelilingi Escala," tegas Lilia Sukotjo.

Sedangkan, Alvin Andronicus Chief Marketing Officer Elevee Condominium menegaskan, motivasi konsumen membeli hunian di Elevee karena merasa nyaman akan lingkungan Alam Sutera yang mengusung konsep eco green living.

"Lingkungan kami ditopang oleh akses tol dan menerapkan prinsip pedestrian oriented development (POD). Ini sarana yang mumpuni bagi penghuni untuk berjalan kaki. Dan budaya jalan kaki, bersepeda ini telah menjadi kesadaran dan kegandrungan masyarakat," ujarnya.

Untuk itu, terkait pemasaran tower selanjutnya, atau tower ketiga di Elevee Condominium akan memakai material gelas dobel agar lebih ramah lingkungan. Selain itu, langit-langitnya lebih tinggi dari tower pertama dan kedua. 

"Hingga saat ini marketing sales dua tower Elevee Condominium telah mencapai 80 persen, sedangkan serah terima tahap pertama kami jadwalkan awal 2025," jelas Alvin Andronicus.


 

Pewarta: Ridwan Chaidir

Editor : Ridwan Chaidir


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023