Harga emas menguat pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB) menjadi bertengger di level tertingginya dalam lebih dari dua minggu, mendapat dukungan dari pelemahan dolar AS menjelang keputusan kebijakan moneter Federal Reserve pekan ini.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, bertambah 7,20 dolar AS atau 0,37 persen menjadi ditutup pada 1.953,40 dolar AS per ounce, setelah diperdagangkan menyentuh tertinggi sesi di 1.955,70 dolar AS dan terendah di 1.943,80 dolar AS.

Emas berjangka terangkat 13,40 dolar AS atau 0,69 persen menjadi 1.946,20 dolar AS pada Jumat (15/9), setelah naik tipis 0,30 dolar AS atau 0,02 persen menjadi 1.932,80 dolar AS pada Kamis (14/9), dan tergelincir 2,60 dolar AS atau 0,13 persen menjadi 1.932,50 dolar AS pada Rabu (13/9).

Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama lainnya, turun 0,3 persen menjadi 105,04 pada perdagangan Senin (18/9).

Baca juga: Info harga emas Antam hari ini, Rp1.075.000 per gram

Emas terjebak dalam kisaran perdagangan yang ketat karena investor menunggu hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) selama dua hari yang akan berakhir pada Rabu (20/9) dengan pengumuman setelah penutupan pasar.

Emas telah bertahan, mencerna kenaikan sebelumnya, sementara “tekanan di luar fundamental,” seperti penguatan imbal hasil obligasi pemerintah dan penguatan dolar AS “gagal secara tegas mendorong harga turun,” kata Adam Koos, presiden Libertas Wealth Management Group, seperti dikutip Market Watch. "Ini adalah hal positif bagi emas, menurut pendapat saya."

Inflasi tidak lagi menjadi faktor penting karena disinflasi terus menjadi “normal baru,” kata Koos. "Jadi, walaupun keputusan Fed pada Rabu (20/9) pasti akan memberikan dampak, dan meskipun Ketua Fed Jerome Powell pasti bisa menaikkan suku bunga lagi sebesar 0,25 persen dengan retorika yang cenderung ke arah 'hati-hati', kita semua tahu bahwa suatu hari nanti -- entah itu minggu ini atau akhir tahun ini - The Fed akan berhenti melakukan pengetatan dan rencana mereka akan beralih ke salah satu rencana 'selanjutnya'."

Yang akan terjadi selanjutnya kemungkinan besar adalah periode "normalitas pasar, di mana pasar bertindak sendiri-sendiri, dan tidak terpengaruh oleh pihak-pihak yang tidak terlihat," diikuti oleh suatu saat di masa depan - bahkan mungkin pada tahun 2024, ketika The Fed mulai melakukan pemotongan suku bunga," kata Koos. Hal itu "tentu saja akan baik untuk emas berjangka."

Baca juga: Emas terus menguat seiring melemahnya dolar AS

Federal Reserve secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya pada akhir pertemuan dua hari pada Rabu (20/9), namun inflasi yang lebih tinggi akan menghasilkan pandangan yang hawkish

Tetapi pasar tetap waspada terhadap prospek bank sentral, mengingat peningkatan inflasi dan ketahanan perekonomian AS baru-baru ini memberikan lebih banyak ruang bagi bank sentral untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut.

Sementara itu, Asosiasi Nasional Pengembang Rumah/Indeks Pasar Perumahan Wells Fargo melaporkan pada Senin (18/9) bahwa kepercayaan pengembang AS untuk rumah keluarga tunggal yang baru dibangun turun lima poin menjadi 45 pada September, menyusul penurunan enam poin pada Agustus.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember naik 11,20 sen atau 0,48 persen, menjadi ditutup pada 23,498 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober terangkat 8,80 dolar AS atau 0,95 persen, menjadi menetap pada 938,30 dolar AS per ounce.

Baca juga: Pedagang emas Pasar Anyar Tangerang direlokasi ke Mal Metropolis

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Bayu Kuncahyo


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023